Anda di halaman 1dari 20

Taat Pajak dengan Efisien pada PPN

Dasar Hukum
• UU PPN Nomor 42 Tahun 2009
• PMK-151/PMK 03/2013
• PER-16/PJ/2014
• KEP-136/PJ/2014
• PENG-4/PJ.02/2015
• PENG-3/PJ.02/2015

Karakteristik PPN
• Sebagai pajak objektif ynag pengenaannya sangat tergantung pada objeknya, objek PPN sebagiamana
dijelaskan dalam UU PPN (Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal 16D):
• Objek pajak PPN
• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak
• Impor Barang Kena Pajak
• Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan didalam daerah Pabean
• Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
• Kegiatan membangun sendiri di luar kegiatan usaha atau pekerjaannya yang digunakan untuk tempat
tinggal dan tempat usaha
• Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, sepanjang PPN pada saat
perolehannya dapat dikreditkan
Mekanisme Pengkreditan PPN
• Pengenaan PPN berdasarkan Sistem Faktur sehingga setiap
penyerahan BKP/JKP yang dilakukan PKP harus dibuatkan
faktur pajak.
Fungsi Faktur Pajak
Bagi PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP(penjual) :
• Bukti transaksi penyerahan BKP/JKP yang terhutang pajak
• Bukti pemungutan PPN (Pajak Keluaran)
Bagi Pembeli BKP atau penerima JKP yang dipungut pajaknya:
• Bukti transaksi yang terhutang PPN
• Bukti pembayaran Pajak Masukan.
Dokumen yang Berhubungan (Pendukung)
Faktur Pajak
Dokumen pendukung transaksi penyerahan BKP/JKP yang
dilakukan dalam daerah pabean antara lain:
•Surat pesanan
•Delivery Order
•Surat Jalan
•Faktur komersial
•Kuitansi
•Faktur Pajak
Dokumen pendukung transaksi penyerahan BKP/JKP
dalam hal impor antara lain:
• Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atau Pemberitahuan
Impor untuk Dipakai (PIUD)
• Bill of Landing (BL)
• Invoice
• Packing List
• Certificate of Origin
• Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) atas
pembayaran Bea Masuk, PPN Impor dan PPh Pasal 22
• Bukti biaya pemasukan barang di pelabuhan
• Bukti pembukaan Letter of Credit (L/C) pada bank devisa
• Surat-surat korespondensi lainnya.
PPN Masukan dapat di Kreditkan dengan Kriteria
• Memenuhi ketentuan material yaitu PPN Masukan yang
dibayarkan atas perolehan BKP/JKP yang berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan
produksi, manajemen, distribusi dan pemasaran. Juga
PPN Masukan juga mesti didukung bukti pengeluaran
berupa invoice dan kuitansi pembayaran yang
menyatakan bahwa transaksi sudah dipungut PPN, bukan
transaksi fiktif.
• Memenuhi ketentuan formal yaitu secara formal harus
berbentuk Faktur Pajak Standar, diisi lengkap dan tidak
cacat.
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan bagi:

• Perolehan BKP dan JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP


• Perolehan BKP dan JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung
denan kegiatan usaha
• Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor seperti sedan,
jeep, station wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang
yang disewakan
• Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar
daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
• Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan
• Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak
• Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN yang ditemukan
pada waktu pemeriksaan.
Bukan Objek PPN (Negatif List)

• Barang hasil pertambangan atau hasil


pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, yaitu:
1. Minyak mentah (crude oil);
2. Gas bumi;
3. Panas bumi;
4. Pasir dan kerikil;
5. Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;
6. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak;
7. Barang hasil pertambangan dan pengeboran lainnya yang diambil
langsung dari sumbernya
• Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu:

1. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah,
beras ketan hitam atau beras ketan putih dalam bentuk:
[a.1] Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih;
[a.2] Digiling;
[a.3] Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh,
dikilapkan maupun tidak;
[a.4] Beras pecah;
[a.5] Menir (groats) dari beras
2. Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung
kunih kemerahan atau popcorn (jagung brondong), dalam bentuk:
[b.1] Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan
biji jagung/jagung pipilan;
[b.2] Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk
butiran.
3. Sagu, dalam bentuk:
[c.1] Empulur sagu;
[c.2] Tepung, tepung kasar, dan bubuk dari sagu.
4. Segala jenis kedelai seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai
kuning atau kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh.
Garam, baik yang berjodium ataupun tidak berjodium, termasuk:
[e.1] Garam meja;
[e.2] Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50kg atau lebih,
dengan kadar NaCL 94,7% (dry basis).
5. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya (tidak termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa
boga);
6. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN adalah:
• Jasa dibidang pelayanan kesehatan medic, meliputi:
• Jasa dibidang pelayanan social, meliputi:
• Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko;
• Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewaguna usaha
dengan hak opsi;
• Jasa dibidang keagamaan, meliputi;
• Jasa dibidang pendidikan, meliputi:
• Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan
pajak tontonan;
• Jasa dibidang penyiaran dan yang bukan bersifat iklan;
• Jasa dibidang angkutan umum di darat dan di air;
• Jasa dibidang tenang kerja, melikputi:
• Jasa dibidang perhotelan;
• Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum. dll
Menghitung PPN
PPN merupakan pajak yang dikenakan atas
pertambahan nilai (value added) barang dan
jasa yang dihasilkan oleh PKP. Dalam
penegrtian ini, besarnya PPN adalah tarif
dikalikan dengan nilai tambah. Dengan
metode atau mekanisme kredit pajak,
besarnya PPN yang kurang atau lebih dibayar
atau disetor oleh PKP dihitung dari selisih
pajak (PPN) keluaran dengan pajak (PPN)
masukan.
Restitusi PPN
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi)
terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
tidak seharusnya terutang, dengan catatan WP tidak
punya hutang pajak lain.
Manajemen Restitusi PPN

• Dalam hal terjadi kelebihan bayar PKP perlu menimbamg-nimbang apakah


akan melakukan kompensasi atau melakukan restitusi. Pertimbangan
utama dalam menentukan pilihan tersebut melakukan kalkulasi biaya
pemeriksaan dan opportunity cost dari dana yang tertanam di Negara.
Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan restribusi PPN
• Jumlah Besarnya PPN yang lebih bayar
• Kondisi keuangan perusahaan
• Kesiapan perusahaan untuk diperiksa
• Prediksi Masa Depan Pembayaran PPN
Contoh Tabel Ekualisasi PPN antara Buku Besar
(Ledger) dengan SPT masa PPN
Masa 2013 Selisih

Penjualan PPN Keluaran PPN Keluaran Peredaran


Usaha
Januari 1.000 100 100 1.000 -

Februari 2.000 200 200 2.000 -

Maret 5.000 500 500 5.000 -

April 4.000 400 400 4.000 -

Mei 2.000 200 200 2.000 -

Juni 1.000 100 100 1.000 -

Juli 5.000 500 500 5.000 -

Agustus 5.000 500 500 5.000 -

September 4.000 400 400 4.000 -

Oktober 2.000 200 200 2.000 -

November 4.000 400 400 4.000 -

Desember 5.000 500 400 4.000 100

Jumlah 40.000 4.000 3.900 39.000 100


• Analisis Ekualisasi PPN tahun 2013
Berdasarkan data di atas pada bulan Desember terdapat selisih 100 PPN Keluaran yang
dilaporkan dan yang terdapat di General Ledger, penyebab adanya nota retur (retur
penjualan) yang belum di jurnalkan oleh bagian akuntansi sehingga terjadinya selisih
demikian.

• Tanggung Jawab Renteng


Ketentuan tanggung jawab renteng terdapat dalam UU PPN nomor 42
Pasal 16 f yang mengatakan “Pembelian barang kena pajak atau
penerimaan jasa kena pajak bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukan bukti bahwa pajak
telah dibayar”

• Kesan yang timbul dari tanggung jawab renteng ini adalah


• Sanksi perpajakan untuk satu objek pajak PPN dikenakan lebih dari satu
kali, dimana penjual dan pembeli sama-sama dikenakan. Ini tak sesuai
dengan karakter legal dari PPN yang bersifat non komulatif dan tidak
menimbulkan pajak berganda.
• Sesuai dengan karakteristik PPN sebagai pajak tidak langsung senantiasa
menjaga sifat netralitas, maka tanggung jawab pemungut pajak (serta
penyetoran dan pelaporan ) dalam hal ini berada di tangan penjual yang
melakukan penyerahan BKP/JKP.sungguh tak elok bila kekeriun yang
terjadi di bebankan kepada pembeli.
Hal – Hal Yang Perlu di Perhatikan dalam
Perencanaan PPN

• Perlu di perhartikan Persyaratan formal faktur Pajak yg dapat di


kredit kan agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
• Berkaitan dengan batas waktu tiga bulan atas pengkreditan Faktur
Pajak Masukan, Maka semakin lebih baik karena perusahaan sudah
dapat mengkreditkan walaupun belum melakukan pembayaran,
usahakan Faktur Pajak sudah diterima sebelum lewat tiga
bulansetelah berakhirnya masa pajak,
• Jika Pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, maka kelebihan
PPN tersebut dapat diperhitungkan dan dimintakan restitusi atau
kompensasi.
• Pengusaha Kena Pajak ( PKP ) perlu memperhatikan secermat
mungkin pembuatan faktur pajak sesuai dengan dengan peraturan
yg berlaku, agar terhindar dari sanksi 2 % dari DPP.
• Melakukan pemusatan tempat terutangnya PPn jika perusahaan
memiliki banyak cabang, agar dapat diawasi dengan mudah.
Pembahasan

• Terjadinya Restitusi PPn karena PKP kelebihan


Bayar PPN, dimana angka Masukan lebih besar
setelah dikurangi dengan PPN keluaran, ada
dua cara mengatasi kelebihan pembayaran
PPN, pertama cara Kompensasi dan cara
Restitusi.
Analisa Perhitungan
Bulan Jumlah Lebih (1+r)n Nilai future Value Bunga
Bayar
Januari 100.000.000 1.061678 106,167,800.00 6,167,800.00

Februari 150.000.000 1.056396 158,459,400.00 8,459,400.00

Maret 50.000.000 1.051140 52,557,000.00 2,557,000.00

April 40.000.000 1.045911 41,836,440.00 1,836,440.00

Mei 50.000.000 1.040707 52,035,350.00 2,035,350.00

Juni 100.000.000 1.035529 103,552,900.00 3,552,900.00

Juli 50.000.000 1.030378 51,518,900.00 1,518,900.00

Agustus 60.000.000 1.025251 61,515,060.00 1,515,060.00

September 175.000.000 1.020151 178,526,425.00 3,526,425.00

Oktober 150.000.000 1.015075 152,261,250.00 2,261,250.00

November 50.000.000 1.010025 50,501,250.00 501,250.00

Desember 25.000.000 1.005000 25,125,000.00 125,000.00

Total 1.000.000.000 34.056.685


• Dari ilustrasi tadi nampak kerugian yg diderita
PKP sehubungan dengan penundaan waktu
restitusi yg seharusnya perbulan menjadi per
tahun sejumlah per Rp. 34.056.685,-

Anda mungkin juga menyukai