Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN PERPAJAKAN

PEMILIHAN SUMBER
PEMBIAYAAN
DAMPAK DARI MENAHAN LABA
(PENDANAAN INTERNAL)

 Alasan yang berkaitan dengan pajak untuk


beranggapan bahwa investor mungkin lebih
menyukai pembagian dividen yang rendah daripada
yang tinggi:
 Pertumbuhan laba dianggap menghasilkan kenaikan harga
saham dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
 Pajak atas keuntungan yang tidak dibayarkan sampai saham
terjual, Karena adanya efek nilai waktu, dimana satu dolar yang
dibayarkan di masa datang mempunyai biaya efektif yang lebih
rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
DAMPAK DARI MENAHAN LABA
(PENDANAAN INTERNAL)

 Karena adanya keuntungan – keuntungan pajak


itulah, para investor lebih suka perusahaan menahan
sebagian besar laba perusahaan.

 Maka para investor akan mau membayar lebih tinggi


untuk perusahaan yang pembagian dividennya
rendah daripada perusahaan sejenis yang pembagian
dividennya tinggi.
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI MODAL
(EQUITY FINANCING) DAN DISTRIBUSI LABA
(DISTRIBUTING DIVIDEND)

 Penerbitan saham mengisyaratkan adanya


pengembalian yang diharapkan oleh pemodal.

 Terkait dengan unsur pajak dalam dividen, kebijakan


atas pembayaran dividen yang tinggi akan
memindahkan harga saham karena dividen dikenakan
pajak yang tinggi daripada keuntungan modal
(Brennan 1970 dalam Fama dan French 1997).
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI MODAL
(EQUITY FINANCING) DAN DISTRIBUSI LABA
(DISTRIBUTING DIVIDEND)

 Bagi perusahaan yang membagikan dividen, apapun


bentuknya (dividen tunai dan dividen saham), bukan
merupakan pengurang beban pajak perusahaan.

 Pengembalian yang diharapkan investor tidak hanya


berupa dividen saja melainkan juga keuntungan
modal. Pajak atas keuntungan modal dapat ditunda
hingga penjualan saham yang sesungguhnya (ketika
direalisasi).
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI MODAL
(EQUITY FINANCING) DAN DISTRIBUSI LABA
(DISTRIBUTING DIVIDEND)

 Selain itu, dengan menjual saham untuk merealisir


keuntungan modal, pemodal membayar biaya
transaksi tertentu dan (seharusnya) membayar
pajak.

 Tetapidengan menerima dividen (tidak perlu


membayar biaya transaksi), pemodal justru hanya
membayar pajak. Hal ini dapat menyebabkan pajak
atas keuntungan modal lebih kecil dari dividen
(Husnan dan Pudjiastuti, 2004).
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI UTANG (DEBT
FINANCING) TERUTAMA OLEH PEMEGANG SAHAMNYA

 Keputusan pendanaan menjadi relevan melalui


utang dalam keadaan ada pajak.

 Hal ini dikarenakan bunga yang dibayar oleh


perusahaan merupakan pengurang pajak
penghasilan (tax deductibility of interest payment).
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI UTANG (DEBT
FINANCING) TERUTAMA OLEH PEMEGANG
SAHAMNYA

 Dengan memasukkan unsur pajak, kebanyakan


pakar keuangan setuju bahwa utang memiliki
dampak positif atas penilaian total perusahaan.

 Utang digunakan untuk pendanaan maupun


investasi seperti pembelian aktiva tetap yang
memiliki tax shield atau perlindungan pajak, karena
depresiasi aktiva tetap yang merupakan dana non
cash dapat digunakan untuk mengurangi beban
pajak yang ditanggung perusahaan
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI UTANG (DEBT
FINANCING) TERUTAMA OLEH PEMEGANG SAHAMNYA

 Sedangkan, pembayaran bunga utang merupakan


biaya pengurang pajak perusahaan yang berutang.

 Berbeda dengan dividen yang merupakan non


deductible expense, akibatnya jumlah total dana
yang tersedia untuk membayar para pemilik utang
dan pemegang saham akan lebih besar jika utang
digunakan, sehingga bunga utang juga disebut
perlindungan pajak.
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI UTANG (DEBT
FINANCING) TERUTAMA OLEH PEMEGANG
SAHAMNYA

 Semakin besar jumlah utang semakin besar pula


keuntungan perlindungan pajak dan semakin besar
nilai perusahaan, jika semua hal lain dianggap tetap.

 Namun, jika penghasilan kena pajak jumlahnya kecil


atau negatif, keuntungan perlindungan pajak dari
utang akan berkurang atau bahkan tidak ada. Selain
itu, jika perusahaan bangkrut dan dilikuidasi,
penghematan pajak di masa depan yang
berhubungan dengan utang akan hilang. Hal ini
membuat keuntungan perlindungan pajak atas
utang, menjadi tidak pasti.
FACTORING (ANJAK PIUTANG) AND LEASING
(SEWAGUNA USAHA)

 Factoring (Anjak Piutang) adalah badan usaha yang


melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan
dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.

 Kegiatan Factoring (Anjak Piutang) dapat dilakukan


dalam bentuk:
 Pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
 Penatausahaan dan penagihan piutang perusahaan Penjual Piutang.
FACTORING (ANJAK PIUTANG) AND
LEASING (SEWAGUNA USAHA)

 Pihak-Pihak yang terkait dengan kegiatan Factoring


(Anjak Piutang):

1. Penjual Piutang (Client) adalah perusahaan yang


menjual dan/atau mengalihkan piutang atau
tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan
kepada Perusahaan Pembiayaan.
2. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring) adalah
perusahaan yang akan mengambil alih atau
mengelola piutang atau penjualan kredit debiturnya.
3. Debitur adalah nasabah yang mempunyai hutang
kepada kreditur (Client).
FACTORING (ANJAK PIUTANG) AND
LEASING (SEWAGUNA USAHA)

 Manfaat Factoring (Anjak Piutang):


1. Menurunkan Biaya Produksi
2. Memberikan Fasilitas Pembayaran di muka
3. Meningkatkan daya saing perusahaan klien
4. Meningkatkan kemampuan perusahaan klien
dalam memperoleh laba
5. Menghindari kerugian karena kredit macet
6. Mempercepat Proses Ekonomi
FACTORING (ANJAK PIUTANG) AND
LEASING (SEWAGUNA USAHA)

 Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara


lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna
barang modal), dimana lessor memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka
waktu tertentu dengan suatu imbalan berkala dari lessee
yang besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dan
lessee.
FACTORING (ANJAK PIUTANG) AND
LEASING (SEWAGUNA USAHA)

 Kegiatan Usaha Leasing :


1. Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk
pengadaan barang modal bagi Penyewa Guna Usaha,
baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli
barang tersebut (Finance Lessee atau Operating Lessee).
2. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan
cara membeli barang Penyewa Guna Usaha yang
kemudian di sewa guna usahakan kembali.
3. Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku,
hak milik atas barang modal objek transaksi Sewa Guna
Usaha berada pada Perusahaan Leasing.
FACTORING (ANJAK PIUTANG) AND
LEASING (SEWAGUNA USAHA)

 Pihak-Pihak yang terkait dengan kegiatan Leasing :


1. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau
perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan (Lessor).
2. Lessor adalah perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing) yang
membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh
barang-barang Modal
3. Supplier adalah perusahaan (pedagang) yang menyediakan
barang-barang Modal yang akan di-leasing-kan (disewa guna
usahakan) antara Lessor dengan Lessee.
4. Asuransi adalah merupakan perusahaan asuransi yang akan
menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan
lesse.
HYBRID FINANCIAL INSTRUMENTS

 Salah satu instrumen keuangan yang saat ini


banyak digunakan oleh perusahaan dalam
melakukan investasi adalah "Hybrid Financial
Instruments''.

 Dari sisi pertimbangan komersial, inovasi


instrumen keuangan dengan menggunakan hybrid
financial instrument akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan saat menghadapi
risiko investasi yang besar.
HYBRID FINANCIAL INSTRUMENTS

 Suatu instrumen keuangan hybrid yang bertujuan


memanfaatkan perbedaan sistem perpajakan di
antara dua negara dan tidak memiliki tujuan
komersial yang bonafit mengakibatkan dasar
pengenaan pajak dalam negeri suatu negara bisa
terkikis.

 Sehingga hal ini dianggap sebagai bentuk


penghindaran pajak yang menjadi ancaman serius
berbagai negara dan saat ini berupaya diatasi
melalui reformasi pajak.
HYBRID FINANCIAL INSTRUMENTS

 Saat ini, Indonesia belum memiliki ketentuan


pencegahan penghindaran pajak baik secara khusus
maupun umum yang dapat menangkal praktik
penghindaran pajak melalui penggunaan instrumen
keuangan hybrid.

 Walaupun otoritas pajak Indonesia memiliki wewenang


untuk mengkarakterisasi transaksi utang sebagai
modal, namun dengan tidak adanya peraturan yang
dapat digunakan sebagai batasan antara utang dan
modal menjadi kendala bagi kepastian hukum
menjustifikasi wewenang otoritas pajak tersebut.
HYBRID FINANCIAL INSTRUMENTS

 Contoh hybrid financial instruments yang sering


ditemui, antara lain:
 Saham preferen (preference shares),
 silent partnerships,
 shareholder loan,
 participation bonds,
 convertible bonds,
 warrant bonds, dan
 profit participation loans.
CONTOH KASUS

 Berikan analisis anda mengenai kasus 4 jaringan

Perusahaan Internet yang beroperasi di Indonesia


antara lain PT. Google Indonesia, PT. Yahoo,
Twitter dan Facebook yang melakukan
penghindaran pajak!
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai