Kep What is it that helps me make meaning in my life?”
“What gives me purpose?”
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Makna (memiliki tujuan) Nilai (memiliki keyakinan dan standar) Transendens (menghargai dimensi diluar diri) Berhubungan (dengan Tuhan, orang lain, alam,) Menjadi (refleksi, mengetahui diri seseorang) Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari – hari. Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda – beda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya. When we discuss spirituality, we are typically discussing the spirituality of the patient and the family, not the spirituality of the nurse or other health care professionals. Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual.
Yaitu merupakan suatu keadaan ketika individu atau
kelompok mengalami atau resiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup. Penyakit Akut Penyakit yang mendadak, yang tidak diperkirakan, yang mengharapkan baik ancaman langsung atau jangka penjang terhadap, kesehatan dan kesejahteraan klien, dapat menimbulkan distress spiritual yang bermakna. Penyakit Kronis Seseorang yang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal mereka. Kemandirian dapat sangat terancam, yang menyebabkan ketakutan ansietas, kesedihan yang menyeluruh. Penyakit Terminal Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, dan ancaman terhadap intergritas. Klien mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian dan dengan demikian mereka menjadi sengat rentan terhadap distress spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang memampukan karena mereka untuk menghadapi kematian. Wawancara (Jika sudah terbina ”trust”) Apa keyakinan atau praktik spiritual yang penting bagi Anda saat ini? Apa yang anda inginkan dari tim perawatan untuk mendukung spiritualitas anda? Bagaimana kondisi anda di sini mengganggu praktik keagamaan anda? Lingkungan (membawa kitab suci, benda- benda keagamaan) Perilaku (tampak berdoa) Verbalisasi (takut kematian, ingin dikunjungi pemuka agama) Afek/sikap (depresi, cemas, khusyuk) Hubungan interpersonal (Siapa yang berkunjung, serta respon pasien) Distres spiritual Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual Risiko distress spiritual Bantu klien memenuhi kewajiban keagamaan Bantu klien memperoleh dan menggunakan sumber yang ada dalam dirinya Bantu klien mempertahankan hubungan personal yang dinamis dengan Tuhan Bantu klien menemukan makna keberadaan dan situasi yang sedang dihadapi Tingkatkan rasa harapan klien Sediakan sumber spirirual jika tersedia Menunjukkan kehadiran perawat Mendukung praktik keagamaan klien Membantu klien berdoa Merujuk klien untuk konseling spiritual