Anda di halaman 1dari 39

Appendisitis Akut

Disusun Oleh:
Falaah islama, S.ked.
712017064

Dokter Pembimbing:
dr. H. Rudyanto. Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
Pendahuluan..
Tidak dapat di tentukan lokasi
Visceral
nyerinya
Nyeri Abdomen
Perangsangan pada saraf tepi jadi
Somatik
dapat ditentukan lokasi nyerinya. Ex:
Appendisitis.
Pendahuluan..
 Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen
yang paling sering ditemukan.
 Dapat mengenai semua kelompok usia
 Hanya 50-70% kasus yang bisa didiagnosis dengan
tepat pada saat penilaian awal.
 Semua kasus appendisitis memerlukan tindakan
pengangkatan dari Appendix yang terinflamasi, baik
dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy
 Identitas Pasien
 Nama : An. G
 Usia : 11 tahun
 Jenis Kelamin : Laki - laki
 Agama : Islam
 Bangsa : Indonesia
 Alamat : Jl. Kapitan No 70 Kh achari
7 ulu palembang
 Tanggal Periksa : 06/06/2018
 No.RM :55.60.77
Anamnesis
 Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah
 Keluhan Tambahan :Mual dan Muntah
 Riwayat perjalanan penyakit:
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah yang timbul mendadak 2 hari yang lalu,
bertambah berat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri ketika pasien berjalan dan ketika pasien
batuk. Demam yang terus meningkat. Keluhan di
sertai mual muntah sejak 2 hari dan mengalami
penurunan napsu makan.
 Riwayat Pengobatan : Diberikan obat Mag 2 hari
yang lalu, Namun tidak ada perbaikan.
 Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat sakit mag disangkal.
Riwayat trauma (-)
Riwayat BAB dan BAK normal
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
 Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan darah : 110/70mmHg
 Nadi : 89 x/menit
 Suhu : 37,1 °C
 Pernapasan : 23x/menit
 BB : 30 kg
 TB : 120 cm
 Keadaan Spesifik
 Kepala : Normocephali
 Wajah : Tidak tampak pucat
ataupun kemerahan
 Mata : Konjungtiva Anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
 Hidung : Rhinorea (–) Nafas
Cuping Hidung (–)
 Telinga : Otorea (-) Nyeri tekan
tragus (-)
 Mulut : kering (-) farynk hiperemis (-
) Tonsil T2/T2
 Leher : Jvp 5-2 CmH20, perbesaran
KGB (-)
 Thoraks : Inspeksi : simetris
(statis/dinamis) retraksi (-)
 Palpalsi : Stemfemitus Kanan sama
dengan Kiri
 Perkusi : Sonor, redup (-)
 Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi
(-) weezing (-)
 Abdomen :
 Inspeksi : Datar, warna kulit sama dengan
sekitar.
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Palpasi : Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (+)
pada titik Mc Burney (+), Rovsing Sign
(+), Blumberg Sign (+), Psoas sign (+).
Hepar / Lien tidak teraba.
 Perkusi : Timpani, Nyeri Ketok pada titik Mc
Burney(+).
Pemeriksaan Penunjang
 Hb :12.9g/dl
 Leukosit : 16.100/ul (Leukositosis)
 Trombosit : 467.000/ul
 Hematokrit : 38%
 Diffcount : 0/0/2/84/9/5
Diagnosis Kerja
 Apendisitis akut
 Diagnosa Banding : Gastroentritis
Gastritis
Diverticulitis
 Penatalaksanaan
- Tindakan Operatif : Apendiktomi
 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Follow up
 Tanggal
 06/06/2018
 S:Nyeri pada perut kanan bawah
 O: Ku : sakit sedang
 TD : 110/70mmHg
 RR : 23x/m
 T : 37.1 ºC
 Nadi: 89x/Menit
 Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi : Datar, warna kulit sama dengan sekitar.
 Palpasi : Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (+) pada titik Mc Burney (+),
Rovsing Sign (+), Blumberg Sign (+), Psoas sign (+). Hepar / Lien tidak teraba.
 Perkusi : Timpani, Nyeri ketok pada titik Mcburney’s.
 A : Apendisitis Akut
 P : -Rencana Operasi.
 -Operasi Apendiktomi pukul 14.00
 07/06/2018
 S:Nyeri Perut kanan bawah tidak ada.
 O: Ku : sakit sedang
 TD : 120/80mmHg
 RR : 22x/m
 T : 36.7c
 Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi : Terdapat bekas jahitan pasca operasi apendiktomi
segaris lurus di bawah umbilikal, panjang 7cm.
 Palpasi : Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (-) pada titik Mc Burney
(-), Rovsing Sign (-), Blumberg Sign (-), Psoas sign (-). Hepar / Lien
tidak teraba.

 A : Apendisitis akut
 P : Follow up tanda vital dan observasi luka.
 08/06/2018

 S: nyeri Perut kanan bawah tidak ada


 O: Ku : Keadaan baik
 TD : 120/80mmHg
 RR : 22x/m
 T : 36.5c
 Pemeriksaan Fisik :
 Inspeksi : Terdapat bekas jahitan pasca operasi apendiktomi
segaris lurus di bawah umbilikal, panjang 7cm.
 Palpasi : Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (-) pada titik Mc Burney
(-), Rovsing Sign (-), Blumberg Sign (-), Psoas sign (-). Hepar / Lien
tidak teraba.
 A : Apendisitis akut
 P : Pulang
Apendisitis
 Definisi : Peradangan pada apendiks
vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang
paling sering
 Epidemiologi : -Apendisitis dapat ditemukan pada
laki-laki maupun perempuan
dengan risiko menderita apendisitis
selama hidupnya mencapai 7-8%.
-Insiden tertinggi dilaporkan pada
rentang usia 20-30 tahun.
Anatomi Appendix
 Apendiks merupakan organ berbentuk tabung,
panjangnya kira-kira 10 cm, dan berpangkal di sekum.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal. Persarafan parasimpatis berasal dari
cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika
superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan
simpatis berasal dari nervus torakalis 10.
 Persarafan sekum dan apendiks vermiformis berasal dari saraf
simpatis dan parasimpatis dari plekxus mesenterica superior.
Serabut saraf simpatis berasal dari medula spinalis torakal bagian
kaudal, dan serabut parasimpatis berasal dari kedua nervus vagus.
Serabut saraf aferen dari apendiks vermiformis mengiringi saraf
simpatis ke segmen medula spinalis thorakal 10.

 Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal, yang


memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung
pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus
selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang
sekum, di belakang kolon asendens.
Fisiologi
 Secara fisiologis apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml
per hari. Lendir tersebut normalnya dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.
 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut
Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat di
sepanjang saluran cerna termasuk apendiks adalah IgA,
imunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi.
Patofisiologi Appendisitis
 Adanya penyumbatan pada lumen apendik yang diikuti dengan terjadinya peradangan

akut.

 Akibat dari penyumbatan lumen apendik yang mengikuti mekanisme ”close loop

obstruction ” menyebabkan penumpukan mukus dan meningginya teka

 Peninggian tekanan intralumen ini akan menyebabkan hambatan aliran limfe,

sehingga terjadi edema disertai hambatan aliran vena dan arteri apendik. Keadaan ini

menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis, bahkan dapat terjadi perforasi. Pada

saat terjadi obstruksi akan terjadi proses sekresi mukus yang akan menyebabkan

peningkatan tekanan intraluminer dan distensi lumen maka kondisi ini akan

menstimulasi serat saraf aferen viseral yang kemudian diteruskan menuju korda

spinalis Th8 – Th10, sehingga akan timbul penjalaran nyeri di daerah epigastrium dan

preumbilikal. nan intra lumen dan distensi lumen apendik.


 Nyeri viseral ini bersifat ringan, sukar dilokalisasi dan
lamanya sekitar 4-6 jam disertai timbulnya anoreksia,
mual dan muntah. Peningkatan tekanan intraluminar
akan menyebabkan peningkatan tekanan perfusi kapiler,
yang akan menimbulkan pelebaran vena, kerusakan
arteri dan iskemi jaringan. Dengan rusaknya barier dari
epitel mukosa maka bakteri yang sudah berkembang
biak dalam lumen akan menginvasi dinding apendik
sehingga akan terjadi inflamasi transmural. Selanjutnya
iskemia jaringan yang berlanjut akan menimbulkan infark
dan perforasi.
Etiologi
 Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. (ex:
Fekolit dalam lumen apendiks, benda asing seperti
biji-bijian)
 Infeksi bakteri tersering adalah E.Coli dan
Streptococcus.
Diagnosis
 Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul
 Terjadi peningkatan nyeri yang seiring dengan perkembangan
penyakit.
 Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa
jam setelah onset terjadinya nyeri.
 Demam ringan (37,5 -38,5 0 C), Jika suhu tubuh diatas 38,6 0
C, Curigai terjadi perforasi.
 Anak dengan appendicitis kadang-kadang berjalan pincang
pada kaki kanan.
Pemeriksaan Fisik
 Rovsing’s sign : iritasi peritoneum
 Psoas sign :indikasi iritasi retrocaecal dan
retroperitoneal dari phlegmon atau
absess
 Obturator sign : Menunjukkan peradangan pada M.
obturatorius di rongga pelvis
 Blumberg’s sign : nyeri lepas kontralateral (tekan di
LLQ kemudian lepas dan nyeri di RLQ)
 Wahl’s sign : nyeri perkusi di RLQ di segitiga
Scherren menurun.
 Baldwin test : nyeri di flank bila tungkai kanan
ditekuk.
 Defence musculare: bersifat lokal, lokasi bervariasi
sesuai letak Appendix

 Dunphy sign: nyeri ketika batuk.

 Tabel Alvarado skore untuk membantu menegakkan


diagnosis Manifestasi
Gejala Klinik Value
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Lab Leukositosis 2
Shift to the left 1

Total poin 10

Keterangan: 0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil 5-6 : bukan diagnosis


Appendicitis 7-8 : kemungkinan besar Appendicitis 9-10 : hampir pasti menderita
Appendicitis Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6
maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan11
Pemeriksaan Lab
 Jumlah leukosit diatas 10rb

 Hitung jenis Shift to the left


 Ultrasonografi : Sensitifitas USG lebih dari 85% dan
spesifitasnya lebih dari 90%.
 CT-Scan CT scan merupakan pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis appendicitis
akut jika diagnosisnya tidak jelas.(spesifisitasnya
kira-kira 95-98%. )
Penatalaksanan
 Puasakan dan Berikan analgetik dan antiemetik jika
diperlukan untuk mengurangi gejala.
 Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis
dan yang membutuhkan Laparotomy Perawatan
appendicitis tanpa operasi.
 Antibiotika preoperative : Biasanya digunakan antibiotik
kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau
Cefepime dan Metronidazole.
Tindakan Operatif
 Open Appendectomy :
 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
 Dibuat sayatan kulit: Horizontal Oblique
 Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
-Pararectal/ Paramedian Sayatan pada vaginae tendinae M.
rectus abdominis lalu otot disisihkan ke medial. Fascia diklem
sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena
fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu penjahitan
karena bila terjahit hanya satu lapis bisa terjadi hernia
cicatricalis. 2 lapis M.rectus abd. Sayatan
-Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting Sayatan berubah-
ubah sesuai serabut otot. Lokasi insisi yang sering digunakan
pada Appendectomy
Komplikasi
 Komplikasi yang sering terjadi adalah perforasi,
peritonitis, dan appendicular infiltrat

 Prognosis : Tergantung pada cepatnya pasien


mendapatkan penanganan dan tatalaksana, apabila
pasien cepat terdeteksi menderita apendisitis dan
langsung di berikan tatalaksana yang sesuai. Maka
komplikasi dapat di cegah agar tidak terjadi.
 An.G datang ke igd RSUD bari dengan keluhan nyeri
pada bagian perut kanan bawah sejak 1 hari yang lalu
dan terus bertambah, 2 hari sebelumnya pasien
mengaku mengalami mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Pasien juga mengalami demam namun tidak
terlalu tinggi. Pasien mengaku pernah di berikan obat
mag 2 hari sebelumnya namun tidak ada perbaikan.
Pasien juga mengeluh nyeri saat berjalan dan saat batuk.
Riwayat BAK dan BAB Normal.
 Pada An. G menderita akut abdomen yaitu Apendisitis,
Menurut (sjamsuhidajat,2010),nyeri pada bagian perut kanan
bawah adalah merupakan khas dari apendisitis. Letak dari
apendix itu sendiri berada pada titik McBurney’s atau kuadran
kanan bawah. Pada apendisitis terjadi nyeri akibat adanya
eksudat inflamasi dari dinding apendix yang berhubungan
dengan peritonium parietale, dan mengaktifkan serabut saraf
somatic sehingga mengakibatkan nyeri yang khas pada titik
Mc.Burneys. Adanya anorexia, mual, muntah pada pasien
akibat infeksi sekunder dan iritasi sehingga mengaktivasi dari
nervus vagus, sehingga merangsang mual dan muntah.
 Pada saat di berikan obat mag, pasien tidak terdapat
perbaikan karena pusat nyeri, mual, dan muntah bukan terjadi
akibat adanya peningkatan asam lambung atau mag dan
menyingkirkan diagnosis banading gastritis. Nyeri pada saat
saat berjalan dan batuk terjadi akibat adanya peningkatan
tekanan intraabdominal yang menekan peritonium parietale
dan dinding apendix yang terinflamasi sehingga
mengakibatkan nyeri. Demam yang tidak terlalu tinggi pada
pasien terjadi akibat adanya reaksi inflamasi di dalam tubuh
karena adanya infeksi yang menyebabkan adanya
peningkatan suhu tubuh. Riwayat BAK dan BAB Normal
menyinkirkan diagnosis Gastritis.
 Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan nyeri
tekan pada kuadran kanan bawah pada titik McBurney,
adanya Rovsing Sign, Blumberg Sign,dan Psoas Sign.
Dari pemeriksaan fisik menunjukan hasil bahwa tanda
tersebut mengarah ke penyakit apendisitis dan
menyingkirkan diagnosis banding Diverticulitis. Pada saat
di lakukan pemeriksaan Laboratorium di dapatkan hasil
leukosit 16.100/UL (Leukositosis), dan Hitung Jenis
Menunjukan shift to left atau menandakan terjadinya
Penyakit yang akut. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
pasien An.G menderita Apendisitis Akut.
 Pada An.G di lakukan tindakan Apendiktomi yaitu pertujuan
memotong dan mengambil apendiks yang telah mengalami infeksi
sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai