Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)

JUDUL

Disusun Oleh :
NAMA

Pembimbing:
dr. Novita Indriani, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
Medan 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang

Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh


infeksi bakteri Yersinia pestis.

Menurut International Health Regulation,


pes termasuk dalam Public Health
Emergencies of International Concern
(PHEIC) dan merupakan jenis penyakit
menular yang dapat menimbulkan wabah
Pes pertama kali masuk ke Indonesia pada:
Tahun 1910 melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Boyolali
Tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon
Tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal.

Korban yang diakibatkan dari tahun 1910 hingga tahun


1960 sudah tercatat korban meninggal akibat penyakit pes
sebanyak 245.375 orang

Di Indonesia penyakit ini kemungkinan timbul kembali (re-


emerging disease) dan berpotensi menimbulkan kejadian
luar biasa.
Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis pes
dan kasus pes pertama kali ditemukannya pada tahun
1986, dengan jumlah penderita 101 orang, 42 orang
diantaranya meninggal (CFR=43%). Pada tahun 1970
kasus pes di Kabupaten Boyolali kembali ditemukan,
dengan jumlah penderita 11 orang, tiga diantaranya
meninggal (CFR=27,3%).

Mobilitas penduduk antar negara maupun antar benua,


demikian juga perdagangan dalam negeri maupun antar
negara mengenai hewan dan hasil hewan yang terinfeksi
sangat berpengaruh di beberapa negara termasuk
Indonesia. Karena itu penularan penyakit ini sampai
sekarang masih terjadi dan mungkin akan terjadi wabah lagi
dimasa yang akan datang
Penyakit Pes masih terdapat di Indonesia baik pada
manusia maupun rodensia secara serologis. Kejadian pes
dilaporkan terakhir tahun 2007 sebanyak 82 orang.

Pemanutauan pes didaerah endemis masih terus dilakukan oleh


dinas kesehatan setempat dengan melakukan pemeriksaan
pinjal tikus yang berada di sekitar tempat aktifitas masyarakat.

Pengamatan penyakit pes harus dilakukan terutama di daerah-


daerah focus pes yaitu kecamatan Selo dan Cepogo di
Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman DIY, serta kecamatan Tutur
Nongkojajar dan Tosari Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa
Timur. Kegiatan pengamatan tersebut perlu didukung oleh
laboratorium pes yang memadai
Tujuan
Tujuan Umum Telaah penyakit Pes dan Deteksi Dini di Pintu Masuk
Negara

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui definisi dan etiologi Penyakit Pes.


Untuk mengetahui epidemiologi Penyakit Pes
Untuk mengetahui pencegahan Penyakit Pes dan pemutusan
rantai langsung antar negara Penyakit Pes
Untuk mengetahui deteksi dini Penyakit Pes di Pintu Masuk
Negara
manfaat
 Bagi Penulis
 Bagi Masyarakat
 Bagi Kantor Kesehatan dan Pelabuhan
BAB Ii
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUE

DEFINISI
Pes(Plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Yersinia pestis yang terdapat pada binatang pengerat /rodensia melalui
gigitan pinjal

ETIOLOGI
Yersinia
Pestis Melalui
vektor : pinjal
tikus atau
rodensia
EPIDEMIOLOGI
MORFOLOGI DAN SENSITIFITAS
BAKTERI

 Pasteurella pestis adalah bakteri batang Gram-negatif gemuk yang


menunjukkan pewarnaan bipolar yang mencolok dengan pewarnaan
khusus.
 Semua Pasteurella pestis memiliki lipopolisakarida dengan aktivitas
endotoksin bila dilepaskan

Morfologi Bakteri Pasteurella Pestis


PATOFISIOLOGI
MASA INKUBASI

• Waktu inkubasi adalah 2-8 hari, jangn sampai melebihi 15 hari


• Tipe pneumonik antara 2-4 hari

Manifestasi klinis

Sampar tipe Sampar tipe Sampar tipe Sampar tipe Sampar tipe
bubonik septikemik pneumonik meningeal kutaneal
Penatalaksanaan
1. Untuk tersangka Pes
• Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut
• Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut.
2. Untuk penderita Pes
• Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut,
kemudian dosis dikurangi menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-
turut. Setelah panas hilang, dilanjutkan dengan pemberian: Tetracycline 4-
6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis diturunkan
menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau Chloramphenicol 6-
8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian dosis diturunkan
menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.
Diagnosa banding

Bubonic plague

Pneumonia
Plague

Septicemic Plague
Prognosis

Dengan dipakainya antibiotik prognosis penyakit ini telah


banyak berubah. Semula tipe bubonik angka kematiannya
mencapai 50-90%, sedangkan tipe pneumonik septikemik dan
meningeal hampir seluruhnya berakhir dengan kematian.
komplikasi

Kematian
Meningitis
Jaringan

Kematian
Pencegahan

1. Vaksinasi
2. Isolasi
3. Pengobatan terhadap penderita pes
4. Perbaikan rumah-rumah penduduk
5. Penyuluhan terhadap penduduk
6. Pengendalian terhadap tikus dan pinjal
Cara pemutusan rantai
penularan

Saat ini, upaya pemerintah daerah terbatas pada pencarian


dan pengobatan penderita, belum secara komprehensif
melibatkan semua faktor yang terlibat. Salah satu upaya
tersebut adalah dilaksanakan penilaian cepat (rapid
assessment) leptospirosis pascakejadian luar biasa untuk
mengetahui besaran masalah kesehatan yang dihadapi dan
upaya pengendalian untuk memutuskan rantai penularan.
Deteksi dini di pintu masuk
negara
Karantina

DEFINISI
Karantina merupakan pemisahan dan pembatasan pergerakan orang sehat yang
mungkin telah terpapar penyakit menular untuk memantau kemungkinan berkembang
menjadi sakit.

Jenis-jenis karantina:
(1) Karantina kesehatan di Bandara
(2) Karantina kesehatan di Pelabuhan Laut
(3) Karantina kesehatan di Pos Lintas Batas Darat
BAB III
PEMBAHASAN
• Faktor fisik lingkungan pelabuhan dan alat transportasi
merupakan parameter penting untuk deteksi dini penyakit
pes dan pengendalian vector merupakan program yang
diprioritaskan.
• Sistem kewaspadaan dini pes meliputi pemantauan
kondisi lingkungan pelabuhan, rat fall (tikus mati tanpa
sebab yang jelas), pemantauan kepadatan tikus dan pinjal
serta pemantauan tersangka pes (plague suspect).
• Sedangkan program pengendalian vector pes diutamakan
untuk memutus rantai penularan yaitu menekan populais
tikus dan pinjal sebagai vector pes.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN

Pes atau yang juga dikenal dengan nama Pesteurellosis atau


Yersiniosis/Plague merupakan penyakit Zoonosa terutama pada
tikus dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia.
Mekanisme penyebaran penyakit pes terjadi melalui kuman-
kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat
ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang
menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan
kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain
atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
KESIMPULAN

Upaya dalam menanggulangi wabah penyakit pes ini meliputi


upaya pencegahan yang dapat dilakukan melalui penyuluhan dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan cara
mengurangi atau mencegah terjadinya kontak dengan tikus serta
pinjalnya, upaya pengobatan dengan obat-obatan seperti
Tetracycline, Cholamphenicol, Streptomycine yang diminum
sesuai aturan dan dosis, serta upaya rehabilitasi.

saran
 Untuk Masyarakat
 Untuk pemerintah

Anda mungkin juga menyukai