Anda di halaman 1dari 38

FARMAKOGNOSI I

1. PENDAHULUAN

Oleh:
1.Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt.
2.Vini Noviani, M.Farm., Apt.
3.Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt. 1
2
SEJARAH MATERIA MEDIKA
• Pembangunan kesehatan, bagian integral
pembangunan nasional  tujuan  tercapai
kemampuan untuk hidup sehat bagi penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.

• Dalam GBHN tujuan pembangunan kesehatan


 meningkatkan dan mendekatkan pelayanan
kesehatan pada rakyat  terutama golongan
penghasilan rendah
3
• Untuk mencapainya, obat salah satu unsur yang
penting.

• Karena itu perlu tersedia obat dalam jenis dan


jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
masyarakat, aman, berkhasiat dan dengan mutu
yang memenuhi persyaratan, tersebar merata.

4
• Indonesia kaya sumber bahan alam dan obat
tradisional sebagai warisan budaya nenek
moyang, telah digunakan secara turun temurun.

• Karena itu pembangunan di bidang obat harus


mencakup pembangunan bidang obat
tradisional dan obat dari bahan alam.

5
• Penggunaan obat tradisional perlu dimanfaatkan
di tempat yang belum terjangkau oleh
puskesmas, disebabkan oleh faktor-faktor :
1. Obat tradisional adalah obat bebas, tanpa
perlu resep dokter
2. Obat tradisional dapat diramu sendiri
3. Bahan baku tidak perlu diimpor
4. Tanaman obat dapat ditanam di
pekarangan/ pemukiman.

6
• Kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan
obat tradisional dari bahan alam mengalami
peningkatan  sehingga meningkatkan
penggunaan simplisia.
– Terlihat dari data berikut :
– Tahun 1972 53.773,31 kg
– Tahun 1973 54.772,06 kg
– Tahun 1974 67.432,21 kg
– Tahun 1975 58.144,30 kg
– Tahun 1976 97.327,32 kg
– Tahun 1977 101.059,75 kg
– Tahun 1978 171.648,13 kg 7
• Peningkatan kebutuhan simplisia tidak hanya
karena peningkatan produksi dan penggunaan
di dalam negeri namun juga karena peningkatan
permintaan oleh pasar internasional  sehingga
perlu upaya peningkatan produksi serta mutu
simplisia.

8
• Simplisia nabati yang paling banyak digunakan
di Indonesia masih bersumber dari :
1. Tumbuhan liar
2. Tumbuhan tumpangsari
3. Tumbuhan perkebunan

• Belum adanya cara pembuatan/ penyediaan


simplisia yang baku  sehingga mutu simplisia
yang dihasilkan sangat beraneka ragam 
sehingga sulit memenuhi persyaratan standar
yang baku.
9
• Untuk peningkatan produksi dan mutu simplisia
perlu diterbitkan buku yang memuat cara-cara
pembuatan simplisia serta buku yang khusus
memuat persyaratan dan cara pemeriksaan
simplisia  diberi nama Materia Medika
Indonesia (MMI), disusun dan diterbitkan oleh
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

• Materia medika tidak hanya memuat


persyaratan resmi simplisia tapi juga keterangan
lain seperti nama daerah, gambar mikroskopik
irisan dan serbuk simplisia serta foto berwarna
simplisia. 10
• Untuk penyusunan persyaratan simplisia perlu
penelitian laboratorium yang cermat sehingga
tidak mungkin untuk sekaligus menerbitkan
persyaratan semua simplisia yang dipakai.
• Materia medika terdiri dari jilid I-VI.
• Simplisia yang dimuat persyaratannya adalah
yang banyak dipakai dalam perusahaan obat
tradisional.

11
12
DEFINISI-DEFINISI
• Farmakognosi  ilmu yang mempelajari
pengetahuan dan pengenalan obat-obat yang
berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya,
begitu pula yang berasal dari mineral dan
hewan.
• Obat tradisional  obat yang berasal dari bahan
tumbuhan, hewan dan atau sediaan galeniknya
atau campuran dari bahan-bahan tsb yang
belum mempunyai data klinis dan dipergunakan
dalam usaha pengobatan berdasarkan
pengalaman. 13
• Simplisia  bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
• Simpliisa nabati  simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman.
• Eksudat tanaman  isi sel yang keluar secara
spontan dari tanaman atau isi sel yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-
zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa
zat kimia murni. 14
• Simplisia hewani  simplisia yang berupa
hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
• Simplisia pelikan (mineral)  simplisia yang
berupa bahan pelikan (mineral) yang belum
diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.

15
KETENTUAN UMUM
1. Tata nama
• Nama latin simpisia ditetapkan dengan
menyebutkan nama marga (genus), atau nama
jenis (species) atau petunjuk jenis (specific
epithet) dari tanaman asal, diikuti dengan bagian
tanaman yang dipergunakan.
• Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia
nabati yang diperoleh dari beberapa macam
tanaman yang berbeda marganya maupun
eksudat tanaman.
16
• Nama latin simplisia hewani ditetapkan dengan
menyebutkan nama latin yang paling umum
untuk simplisia tsb.
• Nama latin, dengan beberapa perkecualian
ditulis dalam bentuk tunggal dan diperlakukan
sebagai kata benda netral deklinasi kedua.
• Nama Indonesia dari simplisia nabati, hewani
dan pelikan ditulis dengan menyebutkan nama
daerah yang paling lazim.
• Jika simplisia nabati berupa bagian tanaman,
maka nama daerah tsb didahului dengan nama
bagian tanaman yang dipergunakan.
17
2. Syarat baku dan berlakunya syarat baku
• Semua paparan yang tertera dalam persyaratan
simplisia, kecuali tentang isi dan penggunaan,
merupakan syarat baku bagi simplisia ybs.
• Suatu simplisia tidak dapat dinyatakan bermutu
Materia Medika jika tidak memenuhi syarat tsb.
• Syarat baku yang tertera dalam MMI berlaku
untuk simplisia yang akan dipergunakan untuk
keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi
bahan yang dipergunakan untuk keperluan lain
yang dijual dengan nama yang sama.

18
3. Kemurnian simplisia
• Dalam perdagangan tidak selalu mungkin
memperoleh simplisia murni, bahan asing yang
tidak berbahaya dalam jumlah yang sangat kecil
yang terdapat dalam simplisia ataupun yang
ditambahkan atau dicampurkan, pada umumnya
tidak merugikan.

19
• Simplisia nabati harus bebas dari serangga,
fragmen hewan atau kotoran hewan, tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh
mengandung lendir dan cendawan atau
menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain,
tidak boleh mengandung bahan lain yang
beracun dan berbahaya.

20
• Simplisia hewani harus bebas dari fragmen
hewan asing atau kotoran hewan, tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidka boleh
mengandung cendawan atau tanda-tanda
pengotoran lainnya, tidak boleh mengandung
bahan lain yang beracun atau berbahaya.

• Simplisia pelikan harus bebas dari pengotoran


oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan
bahan asing lainnya.

21
4. Bahan organik asing
• Yang dimaksud dengan bahan organik asing
adalah:
1. bagian tanaman atau seluruh tanaman asal
simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam
uraian atau pemerian dalam monografi ybs.
2. Hewan asing, utuh atau bagiannya, atau zat
yang dikeluarkan hewan asing tsb.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan
bahan organik asing pada simplisia nabati
adalah bahan organik asing yang berasal dari
tanaman.
22
5. Pengawetan
• Simplisia nabati boleh diawetkan dengan
penambahan kloroform P atau bahan pengawet
lain yang cocok, yang mudah menguap dan
tidak meninggalkan sisa.

6. Reaksi identifikasi
• Reaksi warna dilakukan untuk pemastian
identifikasi dan kemurnian simplisia.
• Reaksi warna dilakukan terhadap hasil
penyarian zat berkhasiat, terhadap hasil
mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan
atau serbuk simplisia. 23
7. Air
• Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan
air adalah air suling atau air demineralisata.

8. Penimbangan dan pengukuran


• Pengertian lebih kurang dalam pernyataan
untuk jumlah bahan yang diperlukan untuk
pemeriksaan atau penetapan kadar, berarti
bahwa jumlah yang harus ditimbang atau diukur
tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh
lebih dari 110% dari jumlah yang tertera.

24
• Hasil pemeriksaan atau penetapan kadar
didasarkan pada penimbangan atau pengukuran
secara seksama sejumlah bahan tsb.
• Dengan pernyataan timbang seksama
dimaksudkan bahwa penimbangan dilakukan
sedemikian rupa sehingga batas kesalahan
penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1% dari
jumlah yang ditimbang.
• Misalnya : pernyataan “timbang seksama 50
mg”  berarti bahwa batas kesalahan
penimbangan tidak lebih dari 0,05 mg.

25
• Penimbangan seksama dapat juga dinyatakan
dengan menambahkan angka nol di belakang
koma angka terakhir bilangan ybs.
• Misalnya dengan pernyataan timbang 10,0 mg
 dimaksudkan bahwa penimbangan harus
dilakukan dengan seksama.
• Dengan pernyataan ukur seksama dimaksudkan
bahwa pengukuran dilakukan dengan memakai
pipet atau buret yang memenuhi syarat yang
tertera pada bobot dan ukuran.

26
• Pengukuran seksama dapat juga dinyatakan
dengan perkataan pipet atau dengan
menambahkan angka nol di belakang koma
angka terakhir bilangan ybs.
• Misalnya dengan pernyataan pipet 10 ml atau
ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran
harus silakukan dengan seksama.

27
9. Pengeringan simplisia nabati
• Kecuali dinyatakan lain, pengeringan simplisia
nabati dilakukan di udara, terlindung dari sinar
matahari langsung.
10. Wadah dan bungkus
• Wadah atau bungkus tidak boleh mempengaruhi
bahan yang disimpan di dalamnya baik secara
kimia maupun secara fisika yang dapat
mengakibatkan perubahan potensi, mutu atau
kemurnian.

28
• Jika pengaruh itu tidak dapat dihindarkan, maka
perubahan yang terjadi tidak boleh sedemikian
besar sehingga menyebabkan bahan yang
disimpan tidak memenuhi syarat baku.
• Bahan harus disimpan dalam wadah tertutup
baik atau wadah tertutup rapat

29
11. Penyimpanan
• Semua simplisia harus disimpan sedemikian
rupa sehingga perubahan, karena cahaya atau
lengas, sejauh mungkin harus dihindarkan.
• Simplisia yang mudah menyerap air harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat yang berisi
kapur tohor (silika gel).

30
12. Tanda dan penyimpanan simplisia yang
termasuk narkotika serta obat keras
• Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika,
diberi tanda palang medali berwarna merah di
atas dasar putih dan harus disimpan dalam
lemari terkunci.
• Semua simplisia yang termasuk daftar obat
keras, kecuali yang termasuk daftar narkotika,
diberi tanda tengkorak dan harus disimpan
dalam lemari terkunci.

31
13. Isi
• Isi di dalam masing-masing simplisia yang
tertera pada masing-masing monografi tidak
dimaksudkan sebagai persyaratan dari simplisia
ybs.

14. Penggunaan
• Penggunaan merupakan petunjuk mengenai
kerja farmakologik atau penggunaan secara
tradisional untuk pengobatan dan tidak berarti
bahwa simplisia ybs tidak mempunyai khasiat
dan penggunaan lain.
32
• Dosis lazim yang tertera dalam Materia Medika
Indonesia hanya merupakan petunjuk dan tidak
mengikat.

33
15. Etiket
• Pada wadah simplisia harus tertera etiket yang
menyebutkan :
a. Nama latin simplisia
b. Nama Indonesia simplisia
• Untuk simpliisa nabati dan hewani yang tersedia
di laboratorium, pada etiketnya harus pula
tertera :
1. Nama latin tanaman atau hewan asal
2. Nama famili dari tanaman atau hewan yb

34
KLASIFIKASI SIMPLISIA
• Di dalam ilmu farmakognosi, simplisia dapat
diklafisifikasikan berdasarkan :
1. Morfologi
• Di dalam praktek, klasifikasi ini digunakan untuk
menyelidiki adanya pemalsuan.
• Dalam hal ini simplisia digolongkan menurut
bagian-bagian yang berkhasiat dari tumbuhan
atau hewan, misalnya dari akar, daun, kelenjar,
enzim, dll.

35
2. Taksonomi dari tumbuh-tumbuhan atau
binatang yang menghasilkannya 
• Lebih cenderung menurut susunan dalam dari
tanaman atau hewan, contoh : famili
Compositae, yg berkhasiat adalah bunganya.
3. Efek terapi  kalisifikasi berdasarkan efek
terapi atau farmakologis, contoh : simplisia yang
mempunyai efek atau berkhasiat terhadap otot
jantung.

36
4. Susunan kimia dari konstituen atau zat
aktifnya  klasifikasi menurut zat aktif yang
berkhasiat obat, contoh : simplisia yang
mengandung karbohidrat, glikosida, tannin, dll.

“Klasifikasi menurut konstituen inilah yang


akan dibicarakan dalam pelajaran
farmakognosi ini”

37
TERIMA KASIH

38

Anda mungkin juga menyukai