Anda di halaman 1dari 19

2.

Mu’amalah/Mu’amalat
• Mu’amalat mengandung makna pengaturan
hubungan (antar manusia). Hubungan yang diatur
hubungan perdata dan hubungan publik
• Hubungan perdata adalah hubungan individu
dengan individu, hubungan individu dengan
benda.
• Hubungan publik adalah hubungan individu
dengan masyarakat (umum) atau negara.
• Hubungan perdata dan hubungan publik tidak
dapat diceraipisahkan, kendatipun dapat
dibedakan.
• Didalam Al-Quran terdapat 228 ayat syari’at atau
mu’amalat. Diantara itu ada sifat zanni dan qath’i.
Zani mengandung berbagai kemungkinan arti,
dikembangkan melalui ijtihad. Qath’I sudah jelas
artinya, contohnya syari’at (hukum) yang
mengatur tentang perkawinan dan kewarisan
• Kaidah mu’amalah adalah ibahah atau jaiz artinya
boleh saja dilakukan asal tidak bertentangan
dengan ketetapan Allah dan Rasul
• Tujuh puluh ayat atau sekitar tiga puluh persen
ayat mu’amalat adalah mengenai keluarga.
A. Keluarga dan Pernikahan

• Keluarga adalah kesatuan terkecil masyarakat


yang anggotanya terikat secara batiniah dan
hukum karena pertalian darah dan pertalian
perkawinan.
• Bentuk keluarga batih masyarakat modern terdiri
dari ayah, ibu, dan beberapa atau tanpa anak.
• Keluarga batih menurut ajaran Islam terdiri dari
ayah, ibu, anak-anak, beserta kedua atau salah
seorang orang tua suami dan atau isteri.
• Ikatan keluarga menurut ajaran Islam adalah
pertalian darah, namun tidak menimbulkan
sistem penarikan garis keturunan secara
patrilinial dan matrilinial seperti klen,
bermarga atau bersuku.
• Dalam kesatuan kekeluargaan besar seperti
klen, marga, belah, dan suku ini perkawinan
sebagai sarana pembentukan keluarga harus
eksogam, artinya seseorang wajib kawin
dengan orang lain diluar klennya atau dengan
sesama anggota klennya.
• Dalam surat An Nisa (4): 22, 23, 24 bahwa
kedalam larangan perkawinan itu tidak
termasuk semua bentuk perkawinan sepupu
baik cross maupun parallel cousin.
• Perkawinan cross atau silang adalah
perkawinan antara anak dua bersaudara,
seorang laki-laki seorang perempuan.
• Perkawinan parallel cousin adalah perkawinan
sejajar antara anak dua orang bersaudara
sama-sama laki-laki atau sama-sama
perempuan.
Kedudukan Keluarga
Dalam keluarga masing-masing anggota memiliki
kedudukan tertentu yang menimbulkan wewenang,
hak, dan kewajiban.
• Suami, menurut ajaran Islam sebagai kepala keluarga,
mitra (partner=pasangan) isteri
• Istri, sebagai kepala rumah tangga, mitra
(partner=pasangan) suami
• Ayah dan ibu memiliki tanggung jawab dalam
memelihara dan mendidik anak-anak serta memelihara
kesucian kehidupan keluarga yang baik
• Kewajiban anak yaitu menghormati orang tua dan
menaati kehendak mereka yang baik
Pernikahan
• Menurut Anwar Harjono (Anwar Harjono, 1968:219) perkawinan
atau pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga
bahagia.
• Bertujuan untuk memperoleh keturunan yang sah dan menciptakan
rumah tangga yang bahagia
• 3 aspek penting lembaga perkawinan:
1. Hukum lembaga tersebut
Perkawinan sifatnya: tidak dapat dilangsungkan tanpa persetujuan
kedua belah pihak, ditentukan tata cara melaksanakannya,
ditentukan akibat-akibat perjanjian itu bagi kedua belah pihak
2. Sosial lembaga perkawinan
Anggapan bahwa orang yang telah menikah adalah orang yang
telah dewasa.
3. Keagamaan tergambar dalam kata “suci” rumusan itu
Asal Hukum Melakukan Perkawinan
1. Ibahah, ja’iz atau kebolehan
2. Sunnat (keinginan untuk berumah tangga)
3. Wajib (jika sudah matang untuk menikah)
4. Makruh (jika seseorang belum siap untuk
berumah tangga)
5. Haram (beristeri lebih dari empat ataupun
mempunyai suami lebih dari seorang bagi
seorang wanita)
Rukun dan Syarat Nikah
Rukun Nikah Syarat Nikah
1. Ada calon suami 1. Persetujuan kedua belah
2. Ada calon isteri pihak
3. Wali 2. Mahar
4. Saksi (min. 2 orang yang 3. Tidak boleh melanggar
memenuhi syarat) larangan-larangan
5. Ijab kabul perkawinan
Larangan-Larangan Perkawinan
dalam Surat Al Baqarah (2) dan An Nisa (4)
1. Beda Agama
2. Adanya hubungan darah
3. Hubungan kekeluargaan yang disebabkan
perkawinan
4. Hubungan sepersusuan
5. Larangan poliandri (larangan bagi laki-laki
untuk mengawini perempuan yang sedang
bersuami)
Larangan-Larangan Perkawinan dalam
Pasal 8 UU Perkawinan Indonesia
1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke
bawah dan ke atas
2. Berhubungan darah dalam keturunan menyamping
3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri
4. Berhubungan susuan
5. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi
atau kemenakan isteri, dlm hal seorang suami
beristeri lebih dari seorang
6. Yang mempunyai hubungan oleh agamanya atau
peraturan lain yang berlaku dilarang kawin
Pernikahan Sirri
• Pernikahan sirri adalah perkawinan diam-
diam, perkawinan terselubung.
• Perkawinan ini dilakukan oleh orang-orang
yang dengan mempergunakan perbedaan
pendapat dalam fikih, melangsungkan
perkawinan. Ada yang tanpa wali, tanpa saksi,
secara diam-diam melangsungkan
perkawinan.
• Dianggap sah menurut hukum fikih islam
Istilah-istilah Perkawinan
1. Monogami, perkawinan seorang suami
dengan seorang isteri
2. Poligami (poligini dan poliandri)
- Poligini, seorang suami kawin dengan lebih
dari seorang isteri
- Poliandri, seorang isteri mempunyai lebih
dari seorang suami
Kedudukan Suami Isteri menurut
Hukum Islam
• Kedudukannya sederajat, mempunyai hak dan
kewajiban yang seimbang sesuai dengan
fitrahnya masing-masing (QS. 2:228)
• Sebagai akibat kedudukan yang sederajat dan
keseimbangan hak dan kewajiban itu,
kekayaan yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama melalui syirkah
Hukum Islam tentang Perceraian
1. Cerai hidup atau cerai benci, terjadi karena
inisiatif suami atau atas isteri, permintaan
suami atau isteri.
2. Cerai mati atau cerai kasih
B. Kewarisan
• Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang
mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan
peralihan hak atas harta seseorang setelah ia
meninggal dunia kepada ahli warisnya.
• Disebut juga hukum fara’id
• Asas-asas hukum kewarisan Islam yang dapat
disalurkan dari al Qur’an dan as Sunnah,
diantaranya ijbari, bilateral, individual, keadilan
berimbang, akibat kematian.
Sebab-sebab seorang menjadi dan menjadi
penghalang Ahli Waris
Seseorang menjadi ahli waris
Penyebab Utama menjadi Ahli
Waris: orang lain atau menghalangi
orang menjadi menjadi ahli waris
1. Hubungan darah atau orang lain atau kedua kategori
kekerabatan itu:
2. Hubungan perkawinan 1. Pembunuhan yang
dilakukan oleh calon ahli
waris terhadap pewarisnya
2. Perbedaan agama
3. Karena kelompok
keutamaan dan hijab
Unsur dalam Kewarisan Islam
Yang memungkinkan peralihan harta
peninggalan seorang berlangsung sebagaimana
mestinya. Unsur-unsurnya yaitu:
1. Pewaris
2. Harta Warisan
3. Ahli Waris (ahli waris yang sudah ditentukan
dan ahli waris yang tidak ditentukan
bagiannya secara pasti)
C. Kerja sama Antarumat Beragama
• Di Indonesia terdapat beberapa agama.
• Di dalam melaksanakan ibadah, mengenai keimanan, umat
beragama tidak perlu bekerja sama. Biarkan masing-masing
pemeluk agama melaksanakannya menurut cara dan
kepercayaan agama masing-masing.
• Dalam NRI, suatu agama tidak boleh memaksa
bagaimanapun bentuknya agar pemeluk agama lain
mengikuti cara peribadatannya, beriman seperti imannya.
• Namun karena peranserta umat beragama sangat penting
dlm pembangunan bangsa dan negara, maka umat
beragama tidak perlu bekerja sama dalam pelaksanaan
ibadat dan keimanan itu, perlu bekerja sama dalam
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, sesuai
dengan profesi serta kemampuan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai