Anda di halaman 1dari 21

HIDROPONIK

Alif fianda
Azzahra Firdaus
Farid alhuzaini
Madelaine cania
Nurhaliza
Siti Annisa R
Rahmavani
Tri aditya septian
Pengertian Hidroponik
Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan
untuk menjelaskan tentang cara bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah sebagai
media tanamnya. Di kalangan umum, istilah
ini dikenal sebagai “bercocok tanam tanpa
tanah”. Di sini termasuk juga bercocok
tanam di dalam pot atau wadah lainnya
yang menggunakan air atau bahan porous
lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali,
kerikil, maupun gabus putih.
Sejarah Hidroponik
Menurut literatur, bertanam secara hidroponik
telah dimulai ribuan tahun yang lalu.
Diceritakan, ada taman gantung di Babilon
dan taman terapung di Cina yang bisa disebut
sebagai contoh Hidroponik. Lebih lanjut
diceritakanpula, di Mesir, India dan Cina,
manusia purba sudah kerap menggunakan
larutan pupuk organik untuk memupuk
semangka, mentimun dan sayuran lainnya
dalam bedengan pasir di tepi sungai. Cara
bertanam seperti ini kemudian disebut river bed
cuultivation.
Klasifikasi Hidroponik
1. Substrate System
Substrate system atau sistem substrat
adalah sistem hidroponik yang
menggunakan media tanam untuk
membantu pertumbuhan tanaman. Sistem
hidroponik ini meliputi: sand culture atau
sandponics, gravel culture, rockwool, dan
bag culture.
A. Sand Culture
Sand Culture juga disebut sandponics adalah
budidaya tanaman dalam media pasir. Budidaya
hidroponik dengan cara ini dapat berupa misalnya:
 menggunakan bedengan pasir yang dipasang
pipa irigasi tetes
 membangun sistem drainase di lantai rumah kaca
kemudian ditutup dengan pasir yang nantinya
menjadi media tanam yang permanen,
selanjutnya tanaman ditanam langsung di pasir
tanpa menggunakan wadah dan secara
individual diberi irigasi tetes.
B. Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman
secara hidroponik menggunakan gravel
sebagai media pendukung sistem perakaran
tanaman. Budidaya dengan cara ini misalnya
menggunakan kolam memanjang sebagai
bedengan yang diisi dengan batu gravel yang
secara periodik diisi dengan larutan hara yang
dapat digunakan kembali atau menggunakan
irigasi tetes. Tanaman ditanam di atas gravel
dan akan mendapatkan unsur hara atau nutrisi
dari larutan hara yang diberikan.
C. Rockwool
Rockwool berasal dari batu basalt yang
bersifat inert yang dipanaskan sampai
mencair kemudian cairan tersebut dispin
(diputar) sehingga menjadi benang-
benang yang kemudian dipadatkan seperti
kain wool yang terbuat dari rock. Rockwool
banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit
tanaman sayuran dan dan tanaman hias.
D. Bag Culture
Bag culture adalah budidaya tanaman
tanpa tanah menggunakan kantong plastik
(polybag) yang diisi dengan media tanam
seperti serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit,
perlit, arang sekam,dll. Biasanya digunakan
irigasi tetes dalam sistem ini.
2. Bare root system
Bare Root System atau sistem akar
telanjang adalah sistem hidroponik yang
tidak menggunakan media tanam untuk
membantu pertumbuhan tanaman,
meskipun rockwool biasanya dipakai
diawal pertanaman. Sitem ini meliputi Deep
Flowing System, Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung (THST), aeroponic, Nutrient Film
Technics (NFT), dan Mixed System.
A. Deep Flowing System
Deep Flowing System adalah sistem
hidroponik tanpa media yang menggunakan
tempat berupa kolam atau kontainer yang
panjang dan dangkal yang diisi dengan larutan
hara (nutrisi) dan diberi aerasi. Pada sistem ini
tanaman ditanam diatas panel tray (flat tray)
yang terbuat dari bahan yang dapat
mengapung (misalnya styrofoam) di atas
kolam. Pada Deep Flowing System perakaran
tumbuh dan berkembang di dalam larutan
hara.
B. Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung (THST)
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung
adalah hasil modifikasi dari Deep Flowing
System yang dikembangkan di Bagian
Produksi Tanaman, Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Perbedaan utama dari Deep Flowing
System adalah dalam THST tidak digunakan
aerator sehingga teknologi ini relatif lebih
efisien dalam penggunaan energi listrik.
C. Aeroponic / Aeroponik
Aeroponic / aeroponik adalah sistem
hidroponik tanpa media tanam yang
menggunakan kabut larutan hara (nutrisi) yang
kaya oksigen yang disemprotkan pada zona
perakaran tanaman. Perakaran tanaman
diletakkan menggantung di udara dalam
kondisi gelap dan secara periodik disemprotkan
larutan hara (nutrisi) pada daerah perakaran
tersebut. Tentu saja, sistem ini membutuhkan
ketergantungan terhadap ketersediaan energi
listrik yang lebih besar.
D. Nutrient Film Technique
(NFT)
Nutrient Film Technique atau NFT adalah
sistem hidroponik tanpa media tanam di mana
tanaman ditanam dalam sikrulasi larutan hara
tipis pada talang-talang yang memanjang.
Persemaian biasanya dilakukan pada blok
rockwool yang dibungkus plastik. Sirkulasi
larutan hara diperlukan dalam teknologi ini
dalam periode waktu tertentu karena dapat
memisahkan komponen lingkungan perakaran
yang aqueous dan gaseous yang dapat
meningkatkan serapan hara tanaman.
E. Mixed System
Ein-Gedi System disebut juga Mixed System
adalan teknologi hidroponik yang
menggabungkan aeroponics dan deep flow
technique. Bagian atas perakaran tanaman
terbenam pada kabut hara yang
disemprotkan, sedangkan bagian bawah
perakaran terendam dalam larutan hara
(nutrisi). Sistem ini lebih aman daripada
aeroponics karena bila terjadi listrik padam
tanaman masih bisa mendapatkan hara dari
larutan hara di bawah area kabut.
Manfaat Hidroponik
 Pemakaian pupuk dapat lebih hemat dan
tentunya dapat terbebas dari pestisida.
 Pemakaian air lebih efisien dan sirkulasi airnya
dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti
dimanfaatkan untuk aquarium.
 Pemberian nutrisi pada tanaman hidroponik lebih
mudah dan lebih efisien.
 Hasilnya lebih banyak dan maksimal karena kita
dapat menanam tanaman lebih banyak dengan
lahan yang sempit.
 Lebih terjamin kebebasan tanaman dari hama
dan penyakit.
 Dapat menanam tanaman bagi yang hanya
mempunyai lahan minim dan juga di lingkungan
yang tidak mungkin atau sulit untuk ditanami seperti
di lingkungan tanah dengan sedikit kadar hara,
padang gurun, di lingkungan berbatu, dan lainnya.
 Lahan bertanam lebih bersih karena lebih terawat
 Tumbuhan bisa berkembang dan dapat tumbuh
dengan cepat
 Jika ada tumbuhan yang mati, kita dapat lebih
mudah menggantinya dengan tanaman yang baru
 Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit, karena
tidak perlu membajak sawah
 Beberapa jenis tanaman bisa ditanam di luar
musimnya dan hal ini menyebabkan harga jual
tanaman menjadi lebih mahal
 Harga jual tanaman hidroponik lebih tinggi dari
pada tanaman dengan teknik konvensional.
 Media tanam dapat digunakan berulang-ulang
hingga bertahun-tahun.
 Biaya yang dikeluarkan lebih hemat dan
keuntungan yang didapatkan lebih besar.
 Lebih menyenangkan dan kita dapat berkreasi
serta berinovasi sendiri.

Anda mungkin juga menyukai