Anda di halaman 1dari 23

Penilaian Kecacatan di

Bidang Psikiatri
Bila
David
Egi
Pata
Sakti
 Gangguan jiwa yang bersifat sementara maupun
menetap, yang berhubungan dengan pekerjaan.
 Dilandasi oleh faktor-faktor dasar (predisposing factors)
dan dibangkitkan oleh faktor pencetus (precipitating
factor).
 Gangguan bersifat multikausal dan multifactorial 
sulit untuk menentukan hubungan kausalitas.

Definisi Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


• Organobiologik : • Stresor kerja :
hereditas dimarahi atasan, tidak
• Konstitusional : kondisi naik pangkat
yang ada pada saat
tumbuh kembang
• Psikososial :
pengalaman belajar
dari lingkungan
• Sosio-kultural :
budaya masyarakat di
Penilaian tingkat cacat penyakit akibat kerja bidang
psikiatrik diberikan apabila :
 Menurut perjalanan penyakit, gangguan jiwa dapat
menimbulkan cacat mental (mental disability)
 Masih terdapat gejala sisa sehingga merupakan
hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan

Batasan Penilaian tingkat cacat penyakit akibat kerja bidang


psikiatrik dilakukan ketika:
 Telah dilakukan terapi psikiatrik yang optimal
selama 1 tahun
 Terdapat cacat psikiatrik yang menyebabkan
pekerja sama sekali tidak mampu bekerja.
 Hendaya (impairment) :
Gejala positif dan negatif yang khas dan gangguan
yang berhubungan dengan abnormalitas kognitif dan
afektif

 Disabilitas (disability) :
Pembatasan (restriksi) yang diakibatkan oleh hendaya

Kriteria dalam ranah fungsi kehidupan

 Cacat (handicap) :
Kondisi yang dirugikan sebagai akibat hendaya dan
disabilitas yang membatasi atau mencegah
pemenuhan peranan yang normal
 Anamnesis
 Identitas : Nama, Umur, Usia
 Riwayat :
 Perkembangan kepribadian
 Pendidikan
 Penyakit dalam keluarga
 Riwayat penyakit :
 Timbul mendadak atau pelan-pelan
 Apakah pernah menderita gejala semacam
ini sebelumnya

Diagnosis (1)  Adakah stresor psiko-sosial


 Riwayat pekerjaan :
 Hubungan dengan stress
 Hubungan dengan kelainan organik pada
susunan saraf-pusat akibat pekerjaan

 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Neurologi
 Pemeriksaan Psikiatri Khusus :
 Penampilan umum :
 Kesadaran
 Perilaku dan aktivitas psikomotor
 Pembicaraan
 Sikap
 Keadaan afektif :
 Perasaan dasar
 Ekspresi afektif
 Empati

Diagnosis (2)  Fungsi kognitif :


 Daya ingat
 Daya konsentrasi
 Orientasi
 Kemampuan menolong diri sendiri
 Pemeriksaan Psikiatri Khusus :
 Gangguan persepsi :
 Halusinasi
 Ilusi
 Depersonalisasi
 Derealisasi
 Proses pikir :
 Waham

Diagnosis (3)
 Gangguan asosiasi pikiran
 Daya nilai sosial
 Persepsi tentang diri dan kehidupannya
 Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan rontgen
 Pemeriksaan psikologik, laporan social worker

Diagnosis (4)  Penentuan Hubungan Kausatif Atau Kausalitas Antara


Kondisi Kerja Dengan Gangguan Psikiatrik :
 Pasien telah bekerja selama minimal 6 bulan
 Didapatkan faktor pencetus yang objektif pada tempat
kerja yang dinyatakan tidak hanya oleh pasien tersebut
 Apabila ditemukan beberapa faktor pencetus, harus
dapat ditentukan bahwa kondisi kerja merupakan faktor
yang paling dominan.
 Aksis I :
 Gangguan Klinis
 Kondisi Lainnya yang Mungkin Merupakan Fokus
Perhatian Klinis
Diagnosis  Aksis II :
Diagnostic and Statistical  Gangguan Kepribadian
 Retardasi Mental
Manual of Mental
Disorders 4th Edition (DSM-  Aksis III :
 Kondisi Medis Umum
IV)
 Aksis IV :
 Masalah Psikososial dan Lingkungan

 Aksis V :
 Penilaian Fungsi Secara Global
Contoh Penegakan Diagnosis:
 Aksis I :
 Depresi

 Aksis II :

Diagnosis  Gangguan Kepribadian Organik

 Aksis III :
Diagnostic and Statistical  Post-contusio cerebri
Manual of Mental  Epilepsi
Disorders 4th Edition (DSM-  Aksis IV :
IV)  Masalah pekerjaan
 Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial

 Aksis V :
 Global Assessment of Functioning Scale = 41 – 50,
yaitu Gejala berat, Hendaya berat.
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
 0 : Inadequate information. Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
 1 – 10 : Persistent danger of severely hurting self or others (e.g., recurrent violence) OR persistent inability to maintain minimal personal
hygiene OR serious suicidal act with clear expectation of death.
 11 – 20 : Some danger of hurting self or others (e.g., suicide attempts without clear expectation of death; frequently violent; manic excitement) OR
occasionally fails to maintain minimal personal hygiene (e.g., smears feces) OR gross impairment in communication (e.g., largely incoherent or
mute).
 21 – 30 : Behavior is considerably influenced by delusions or hallucinations OR serious impairment in communication or judgment (e.g.,
sometimes incoherent, acts grossly inappropriately, suicidal preoccupation) OR inability to function in almost all areas (e.g., stays in bed all day; no job,
home, or friends).
 31 – 40 : Some impairment in reality testing or communication (e.g., speech is at times illogical, obscure, or irrelevant) OR major impairment in
several areas, such as work or school, family relations, judgment, thinking, or mood (e.g., depressed man avoids friends, neglects family, and is
unable to work; child frequently beats up younger children, is defiant at home, and is failing at school).
 41 – 50 : Serious symptoms (e.g.. suicidal ideation, severe obsessional rituals, frequent shoplifting) OR any serious impairment in social,
occupational, or school functioning (e.g., no friends, unable to keep a job).
 51 – 60 : Moderate symptoms (e.g., flat affect and circumstantial speech, occasional panic attacks) OR moderate difficulty in social, occupational, or
school functioning (e.g.. few friends, conflicts with peers or co-workers).
 61 – 70 : Some mild symptoms (e.g. depressed mood and mild insomnia) OR some difficulty in social, occupational, or school functioning (e.g.,
occasional truancy, or theft within the household), but generally functioning pretty well, has some meaningful interpersonal relationships.
 71 – 80 : If symptoms are present, they are transient and expectable reactions to psychosocial stressors (e.g., difficulty concentrating after family
argument); no more than slight impairment in social, occupational or school functioning (e.g., temporarily failing behind in schoolwork).
 81 – 90 : Absent or minimal symptoms (e.g., mild anxiety before an exam), good functioning in all areas, interested and involved in a wide range
of activities. socially effective, generally satisfied with life, no more than everyday problems or concerns (e.g. an occasional argument with
family members).
 91 – 100 : Superior functioning in a wide range of activities, life’s problems never seem to | get out of hand, is sought out by others because
of his or her many positive qualities. No symptoms.
 Kondisi kejiwaan yang khas di tempat kerja :
 Anxiestas
 Depresi
 Lesu kerja (burn-out)
 Absenteisme
 Histeria massal

Penyakit (1)  Gangguan jiwa yang paling banyak terkait dengan


kondisi kerja :
 Gangguan Neurotik
 Gangguan Somatoform
 Gangguan yang berkaitan dengan Stress
 Gangguan jiwa yang kadang-kadang terkait dengan
kondisi kerja :
 F00-F09 :
 Gangguan Organik : Demensia, Delirium
 F10-F19 :
 Anxietas
 Depresi
 Gangguan Kepribadian Akibat Zat Toksik
 F30-F39 :
 Gangguan Suasana Perasaan (Mood)
 F50-F59 :
 Disfungsi Seksual
 Gangguan Makan

Penyakit (2)  Gangguan Tidur

 Gangguan jiwa yang mengakibatkan cacat


mental :
 Skizofrenia
 Gangguan Paranoid
 Psikosis Organik
Asas I
Dalam menentukan hendaya yang diakibatkan oleh
gangguan mental dan fisik, kriteria empirik harus
dilaksanakan secara tepat. Penilaian perlu
diperhatikan tiga faktor yaitu derajat hendaya,
derajat disabilitas dan derajat kecacatannya.

Menentukan
Tingkat
Kecacatan (1) Asas II
Guides to the Evaluation of Diagnosis adalah diantara faktor-faktor yang perlu
Permanent Impairment (American diperhatikan dalam menilai parahnya dan lamanya
Medical Association, 1985) hendaya, untuk kriteria diagnostik dan deskriptif,
penilaian harus menggunakan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 4th Edition
(DSM-IV).
Asas III
Dalam hal terdapat ketidaksamaan pada evaluasi
terhadap sistem organ yang lain, faktor-faktor yang
berkaitan dengan situasi keluarga, pendidikan
keuangan dan sosial hendaknya diperhatikan,
demikian pula taraf fungsi seseorang.

Menentukan
Tingkat
Kecacatan (2) Asas IV
Guides to the Evaluation of Karakter (kepribadian) dan sistem nilai dari
Permanent Impairment (American seseorang merupakan faktor yang penting dalam
Medical Association, 1985) perjalanan gangguan jiwa fisik. Motivasi untuk
sembuh merupakan faktor utama untuk
prognosisnya.
Asas V
Suatu tinjauan yang berkali-kali harus dilaksanakan
terhadap metode terapi dan rehabilitasi. Keputusan
akhir belum boleh diambil hingga seluruh riwayat
penyakit, fase terapi dan rehabilitasi, status mental,
fisik dan perilaku yang sekarang terus diperhatikan.

Menentukan
Tingkat
Kecacatan (3)
Guides to the Evaluation of
Permanent Impairment (American
Medical Association, 1985)
Derajat 1 2 3 4 5
Hendaya
Persentase 0–5% 10 – 20 % 25 – 50 % 55 – 75 % > 75 %
Hendaya
Intelegensi Normal atau Retardasi Retardasi Retardasi Retardasi
lebih baik ringan sedang – sedang – berat
ringan berat
Daya pikir Tidak ada Defisit Defisit Defisit Defisit berat
defisit ringan sedang sedang –
ringan
Persepsi Tidak ada Defisit Defisit Defisit Defisit berat
defisit ringan sedang sedang –

Evaluasi Daya nilai Tidak ada Defisit Defisit


ringan
Defisit Defisit berat
defisit ringan sedang sedang –

Hendaya Afek Normal Masalah Masalah


ringan
Masalah Masalah

Psikiatrik
ringan sedang sedang – berat
berat
Perilaku Normal Masalah Masalah Masalah Masalah
ringan sedang sedang – berat
berat
Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Kemampua Mandiri Perlu sedikit Perlu Perlu Tidak dapat
n bantuan bantuan bantuan dibantu
teratur besar
Potensi Rehabilitasi dan Terapi
Potensi Baik sekali Baik Baik untuk Kondisi statis Kondisi akan
pemulihan lebih buruk
parsial
Kategori Deskripsi Gabungan
Hendaya Hendaya
Intelegensi Normal 1
Daya pikir Defisit sedang- 4
berat, tidak mampu
menarik kesimpulan
minimal dari
pernyataan tunggal
Persepsi Defisit ringan, tetapi 2
tidak ada gejala

Contoh Profil Afek


waham
Antara defisit 4

Hendaya sedang dan berat,


suasana perasaan
dari permusuhan

Psikiatrik Perilaku
hingga ramah
Defisit sedang 4
hingga berat
Aktivitas Mandiri 1
Kehidupan Sehari-
Hari
Potensi Baik untuk 3
Rehabilitasi dan pemulihan parsial
Terapi
Hendaya Kolektif Sedang hingga 4
berat 55% - 75%
Hilangnya kemampuan kerja mental tetap,
kompensasinya dihitung sebagai tingkat kecacatan
paling tinggi, yaitu:

Kompensasi
Kecacatan 70 % x 80 x upah
Psikiatrik sebulan
Seorang pekerja confined space mengalami
kecelakaan kerja, yang menyebabkan Ia terjebak di
dalam area kerjanya dan kehabisan oksigen. Diketahui
area confined space tersebut tinggi kadar CO-nya.
Pekerja tersebut akhirnya berhasil dievakuasi dalam
keadaan tidak sadar dan segera dirujuk ke RS terdekat.
Setelah menjalani perawatan, terdapat gejala sisa
berupa penurunan fungsi kognitif berat. Setelah

Contoh menjalani tahapan rehabilitasi oleh Psikiater selama 1


tahun, dinyatakan bahwa tindakan rehabilitasi yang
diberikan sudah optimal dan kondisi ini akan menetap.
Kasus
Diketahui bahwa upah bulanan pekerja tersebut adalah
Rp 10.000.000.

Tentukan besarnya kompensasi yang menjadi hak


pekerja tersebut!
Jumlah Kompensasi:
70 % x 80 x Rp 10.000.000 = Rp 560.000.000

Di luar kompensasi kecacatan psikiatriknya, pekerja


tersebut juga berhak atas:
1. Penggantian biaya pengangkutan

Menghitung
 angkutan darat, sungai, atau danau paling banyak
Rp1.000.000
 angkutan laut paling banyak Rp1.500.000
Kompensasi  angkutan udara paling banyak Rp2.500.000
 > 1 angkutan, maka berhak atas biaya paling banyak dari
Kecacatan masing-masing angkutan yang digunakan

Psikiatrik 2. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)


 6 bulan pertama diberikan sebesar 100% upah
 6 bulan kedua diberikan sebesar 75% upah
 6 bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% upah

3. Bantuan beasiswa kepada anak Peserta yang masih


sekolah sebesar Rp12.000.000
 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PER.25/MEN/XII/2008 TENTANG PEDOMAN
DIAGNOSIS DAN PENILAIAN CACAT KARENA
KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Sumber  PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN
KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Anda mungkin juga menyukai