Anda di halaman 1dari 23

1.

Pengertian
2. Output Jangka Panjang dan Pertumbuhan
Produktifitas
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran
4. Inflasi dan Implikasinya
1. Pengertian
 Perekonomian yang ideal :
 Pertumbuhan output per pekerja yang cepat
 Pengangguran rendah
 Inflasi rendah
Sayangnya perekonomia tidak selalu demikian.
 Ekonomi makro menganalisis apa yang menentukan
output, pengangguran dan inflasi, dan mengapa ketiga
variabel tersebut berfluktuasi.
2. Output Jangka Panjang dan Pertumbuhan
Produktifitas (1)
 Bagaimana Output bisa meningkat dalam perekonomian? Ada 2
cara
 Menggunakan lebih banyak tenaga kerja, dan/atau
 Menggunakan lebih banyak mesin
 Cara lain adalah :
 meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui peningkatan
pendidikan, pelatihan.
 Peningkatan teknologi dan kualitas peralatan
 Intensitas (lama kerja) ditingkatkan.
 Penemuan berbagai macam mesin/teknologi (seperti mesin
uap, listrik, TV, dan lain-lain) pada tahun 1950-an dan 1960-an
telah menyebabkan lonjakan pertumbuhan output
 Apakah penemuan Internet pada tahun 2000-an akan
meningkatkan output? Wallahu alam. Kita lihat saja nanti.
2. Output Jangka Panjang dan Pertumbuhan
Produktifitas (2)

 Ada 2 persoalan ekonomi jangka panjang : Pengangguran


dan Inflasi.
 Kedua persoalan tersebut tidak dapat selesai dengan
sendirinya melainkan perlu intervensi pemerintah.
 Ada perbedaan pandangan diantara aliran (pemikiran
ekonomi) dalam menyikapi persoalan ekonomi jangka
panjang ini.
 Perdebatan terjadi antara beberapa kelompok, diantaranya
: kelompok Keynes (Keynesian), Kelompok Moneteris,
Kelompok Klasik Baru (New Classical Economist).
 Contoh : menurut Keynes, pengangguran selalu ada dalam
perekonomian, sedangkan menurut asumsi Klasik,
ekonomi selalu mencapai full employment.
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (1)
 Resesi secara garis besarnya adalah periode dimana GDP Riil
menurun setidaknya selama dua kuartal berturut-turut.
 GDP Riil turun  lebih sedikit output yang bisa dihasilkan 
lebih sedikit input yang digunakan  lapangan pekerjaan turun,
pengangguran meningkat  pabrik bekerja dibawah kapasitas
yang seharusnya. Akhirnya, pendapatan riil pun turun.
 Depresi adalah resesi yang berkelanjutan dan parah. Tidak ada
kesepakatan yang jelas seberapa parah dan seberapa lama resesi
berlangsung sehingga disebut depresi. Namun hampir semua
orang setuju bahwa AS dan banyak negara lainnya mengalami
depresi pada tahun 1929 hingga akhir tahun 1930-an. Resesi yang
parah juga terjadi di AS pada tahun 1980 dan 1982
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (2)

 Definisi Pengangguran
 Dalam bahasa Indonesia : “peng - anggur – an” ....? Kata
dasarnya “anggur” ...? Artinya...?
 Dalam bahasa Inggris : “ un – employment” yang berarti
“tidak punya pekerjaan”.
 Penganggur : Seseorang yang siap bekerja, aktif mencari
pekerjaan dan belum mendapatkannya selama 4 minggu
yang lalu (defenisi di AS)
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (3)
 Siapa yang dikatakan seorang pengangguran?
 Ada beberapa pengertian (terminologi) yang
berkaitan dengan pengangguran.

•Under working age (under 16)


• The armed forces
Populatio •Who were in jail
n

The noninstitutional civilian


population

Ekonomi Makro/Pengangguran 7
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (4)

The noninstitutional civilian population

Out of Labor force Labor Force


•Mereka yang sedang
bersekolah.
•Mereka yang bekerja tidak
di pasar kerja. Employed Unemployed
(bekerja) (tidak bekerja)
•Mereka yang telah
pensiun.

Ekonomi Makro/Pengangguran 8
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (5)
 Tingkat Pengangguran =
Menganggur / (bekerja + menganggur)
 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja =
Angkatan kerja /Populasi
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (6)
 Jenis-jenis pengangguran
 Pengangguran Konjungtur (cyclical unemployment).
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan
dalam tingkat kegiatan ekonomi.  Terjadi krisis ekonomi
atau resesi.
 Pengangguran struktural. Pengangguran yang disebabkan
oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi.
Agraris  Industri
Manual  Berteknologi tinggi
Labor intensif  Kapital Intensif
Perubahan struktur kegiatan ekonomi seperti ini
dapat menyebabkan pengangguran.
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (7)

 Frictional Unemploment.
Pengangguran ini terjadi akibat perpindahan dari
pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain.
Seseorang pindah dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan
yang lain karena berbagai alasan.
Pengangguran friksional ini terjadi ketika ekonomi
mencapai full employment.
Pengangguran friksional disebut juga sebagai
pengangguran alamiah (natural unemployment).
Ada juga yang mengistilahkan dengan pengangguran
normal.
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (8)
 Pengangguran di Negara-negara Berkembang
 Pengangguran Tersembunyi atau Pengangguran Tidak Kentara.
Pengangguran seperti terjadi bila dalam suatu pekerjaan (kegiatan
ekonomi) terdapat jumlah pekerja yang berberlebihan (tidak efisien).
 Pengangguran Musiman.
Terjadi di sektor pertanian dan perikanan (laut). Pengangguran terjadi
pada waktu-waktu tertentu. Misal, waktu antara panen dengan musim
tanam, waktu musim badai, dan lain-lain.
 Setengah menganggur (under employment).
Bekerja dengan jumlah jam kerja yang kurang dari seharusnya.
 Pengangguran Sukarela dan Tak Sukarela
Pengangguran Sukarela : penduduk usia kerja tapi tidak mencari
pekerjaan.
Pengangguran Tak sukarela : Pengangguran yang terjadi akibat kenaikan
upah hasil tekanan/desakan dari serikat pekerja atau pemerintah.
Kenaikan upah mendorong perusahaan mengurangi penggunaan tenaga
kerja pada hal ada kelompok orang yang mau bekerja pada tingkat upah
yang lebih rendah.
3. Resesi, Depresi, dan Pengangguran (9)
 Akibat buruk pengangguran.
 Tingkat kemakmuran tidak maksimum.
 Pendapatan pajak pemerintah berkurang.
 Pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
 Kehilangan pendapatan.
 Kehilangan keterampilan.
 Memicu terjadi ketidakstabilan sosial, keamanan dan
politik.
 Apa manfaat resesi? Mengurangi inflasi
 Resesi + Inflasi = Stagflasi
4. Inflasi dan Implikasinya (1)
 Pengertian Inflasi :
“Inflationary period is describe as one during which there is
a general increase in prices as measure by some composite
index” (Dernburg & Mc Dougall)
Harga yang dimaksud adalah harga barang dan jasa yang
digunakan oleh masyarakat secara umum pada suatu
daerah atau negara tertentu.
Di Indonesia, harga barang dan jasa yang diamati
pekembangannya sebagai indikator inflasi pada awalnya
dikenal dengan istilah “sembilan bahan pokok” (sembako)
yang meliputi : beras, ikan asin, minyak tanah, minyak
makan, sabun batangan, garam, kain batik, kain blacu, dan
gula pasir.
4. Inflasi dan Implikasinya (2)
 Pengukuran inflasi menggunakan angka index. Ada 3 macam indeks
yang sering dijadikan sebagai ukuran inflasi :
 Indeks Harga Konsumen (IHK)
 GDP Deflator
 Indeks Perdagangan Besar

 Indeks Harga Konsumen (Consumer’s Price Index,CPI) adalah angka


indeks yang mengukur ongkos pembelian sejumlah barang dan jasa
tertentu yang mencerminkan pembelian/pengeluaran masyarakat.
 Pembentukan IHK di Indonesia pada awalnya (tahun 1970-an)
mengamati perkembangan harga sembilan bahan pokok (sembako)
pada 17 kota di Indonesia.
 Sekarang, lebih dari 400 macam barang dan jasa yang diamati
perkembangan harganya pada 44 kota di Indonesia.

inflasi 15
4. Inflasi dan Implikasinya (3)
Tabel : IHK dan Inflasi, Gabungan 27 Kota di Indonesia, 1995 - 1998

Kelompok Pengeluaran 1995 1996 1997 1998*

IHK (Umum) 172.27 185.92 198.22 168.32


Bahan Makanan 171.06 187.38 203.94 209.23
Makanan Jadi, Minuman Rokok 176.53 182.01 188.82 173.94
&Tembakau
185.12 194.81 203.06 142.02
Perumahan
153.81 164.04 172.14 191.70
Sandang
168.40** 184.60 197.51 179.50
Kesehatan
-- -- -- 147.03
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
165.66 182.64 190.23 154.14
Transportasi & Komunikasi

Inflasi(%) 8.64 6.47 11.05 77.63


Sumber : Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia
Inflasi tahun t = {(IHK t – IHKt-1) / IHKt-1} x 100%
Ket : * Gabungan 44 Kota di Indonesia (1996 = 100)
** IHK Kelompok Aneka barang dan Jasa
inflasi 16
4. Inflasi dan Implikasinya (4)
 Ada tiga kemungkinan sumber inflasi :
 Dari segi permintaan (demand pull inflation)
 Dari segi penawaran (cost push inflation)
 Dari sektor luar. negeri. Berkaitan dengan adanya hubungan
ekonomi antar negara dan mata uang yang berbeda.
 Inflasi yang berasal dari sisi permintaan terjadi karena
pergeseran kurva Aggregate Demand, AD. Pergeseran kurva AD
dapat terjadi karena adanya peningkatan pendapatan
masyarakat. Disisi lain Aggregate Supply tidak meningkat
seiring dengan peningkatan AD.
Inflasi dari sisi permintaan ini juga dapat terjadi ketika terjadi
ketidak-stabilan ekonomi dan politik. Adanya ekspektasi bahwa
harga akan naik, akan mendorong masyarakat untuk berbelanja
lebih banyak.
Grafik : Inflasi Akibat Peningkatan Permintaan Aggregate

Harga, P AS

P1 E1

P0 E0

AD1
AD0

0
Output, Y

inflasi 18
3. Inflasi dan Implikasinya (5)
 Inflasi dari sisi penawaran dapat terjadi akibat naiknya
ongkos produksi (cost-push inflation).
Naiknya ongkos produksi dapat ditimbulkan oleh kenaikan
bahan bakar minyak, BBM.
Inflasi yang disebabkan oleh tekanan ongkos produksi
akan menyebabkan turunnya pendapatan masyarakat dan
meningkatnya angka pengangguran.
Ada juga yang mengatakan, high cost economy (ekonomi
biaya tinggi) seperti suburnya inflasi, birokrasi yang terlalu
panjang dan rumit, dapat juga menimbulkan inflasi tinggi.
Inflasi akibat kenaikan ongkos sering diiringi dengan
meningkatnya pengangguran. Kondisi ekonomi seperti ini
disebut stagflasi ( stagnasi dan inflasi)
3. Sumber Inflasi (lanjutan)
Grafik : Inflasi Akibat Peningkatan Ongkos Produksi

AS1
Harga, P
AS0
P1 E1

P2
E0

AD

0 Y1 Y0 Output, Y

inflasi 20
3. Inflasi dan Implikasinya (6)
 Inflasi yang berasal dari sektor luar dapat terjadi bila
ketergantungan suatu negara terhadap negara lain sangat
tinggi.
Semakin tinggi impor, semakin tinggi permintaan terhadap
mata uang asing, dan semakin tinggi harga mata uang
asing tersebut maka harga barang impor semakin tinggi
pula.
Tingginya harga barang impor dapat menurunkan
permintaan terhadap barang impor, tetapi juga dapat
menaikkan harga barang dalam negeri.
Inflasi yang terjadi dinegara asal barang impor, juga dapat
berpengaruh kepada negara pengimpor bila
ketergantungannya sangat tinggi
3. Inflasi dan Implikasinya (7)
 Akibat buruk Inflasi.
 Mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif.
 Tingkat bunga meningkat  investasi berkurang.
 Meningkatkan ketidakpastian ekonomi masa depan.
 Memperburuk neraca pembayaran karena harga barang
luar negeri sepertinya lebih murah dari harga barang
dalam negeri.
 Memperburuk distribusi pendapatan.
 Menurunkan pendapatan riil
 Menurunkan tabungan riil.
Kesimpulan
 Pertumbuhan ekonomi yang rendah (bahkan negatif),
pengangguran yang tinggi, dan inflasi yang tinggi dan
tidak terkendali merupakan penyakit dan musuh
perekonomian.
 Manakah diantara ketiganya itu yang paling berbahaya
?

Anda mungkin juga menyukai