Asuhan Keperawatan Pada TN
Asuhan Keperawatan Pada TN
AP
DENGAN SINDROM KORONER AKUT
Iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama (>30-45menit) menyebabkan kerusakan seluler yang
irreversibel. Plak aterosklerosis menyebabkan bekuan darah atau trombus yang akan menyumbat pembuluh
darah arteri, jika bekuan terlepas dari tempat melekatnya dan mengalir ke cabang arteri koronaria yang lebih
perifer pada arteri yang sama.
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera
setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan
akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.
Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung).
Lanjutan…..
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan
adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan
sudah fibrotic. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung
ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel
dan timbulnya aritmia. Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat
IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami
hipertropi.
Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel
akan memperburuk faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama
pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa
refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan.
PENATALAKSANAAN
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil: hasil pemeriksaan Rontgen Thorax pada tanggal
25-11-2018 dengan Kesan: tidak tampak kelainan pada jantung dan paru. Saat pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 25-10-2018 CK 36 U/l, CK-MB 19 U/l, Troponin I < 0.01 Mg/dL, hb 12,2, Ht 38,
Leco 91, trombosit 244, eritrosit 4,05, natrium 139, kalium 3,49, clorida 107. Saat pemeriksaan 26-10-18
CK 33 U/l, CK-MB 18 U/l, Troponin I < 0.01 Mg/dL. Tanggal 29-10-2018 CK 36 U/l, CK-MB 18 U/l, Troponin I
< 0.01 Mg/dL. Dan pada tanggal 6-11-2018 hasil CAD 2VD anjuran PCI. Klien mendapat Cairan Nacl
0,9%/24 jam, Klien mendapat Diet rendah lemak 1700 kalori dan protein 60gr. Klien mendapatkan
Obat CPG 75 mg 1x1, aspilet 80 mg 1x1, nitocrap 5 mg 2x1, atorvastatin 10 mg 1x1, laxadin siyur 1x1cc,
alprazolam 0,5 mg 1x1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d berkurangnya suplai O2 ke otot jantung ditandai dengan Data
Subyektif: Klien mengatakan nyeri dada sebalah kiri, nyeri hilang timbul,
skala nyeri 3. Data Obyektif: TD : 130/90 mmhg, N: 120x/mntt, Rr : 24x/mnt,
SpO2 : 90 %, skala nyeri 3
2. Intoleransi aktivitas b. d Ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan Data Subyektif: Klien mengatakan lelah bila dari
kamar mandi. Data Obyektif: DO : TD : 110/80 mmhg, N: 80X/mnt, Rr :
20x/mnt, Sp02 : 90%
3. Risiko penurunan curah jantung ditandai dengan Data Subyektif: paien
mengeluh sesak, nyeri dada disebelah kiri, dada berdebar-debar, mudah
lelah. Data Obyektif: CRT 3 detik, , TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, tidak ada bengkak
INTERVENSI
Dengan mengetahui tanda dan gejala serta proses penyakit ini diharapkan tercapai asuhan
keperawatan yang komperehensif tanpa memperberat kondisi klinis pasien. Perawat
diharapkan bisa memberikan informasi kepada pasien sehingga pasien dapat mengetahui
penyebab terjadinya sindrom koroner akut, sehingga resiko terjadinya sindrom koroner akut
semakin kecil, menurunkan angka morbilitas dan mortalitas. Perawat juga berperan sebagai
jembatan informasi tentang edukasi pentingnya mengkonsumsi obat secara teratu untuk
memperkecil pengulangan penyakit ini, terutama untuk pasien yang mengalami tindakan PCI