Anda di halaman 1dari 19

AQIDAH DALAM

PENGOBATAN
KEYAKINAN SEORANG MUSLIM DALAM
SEHAT DAN SAKIT
• Sehat dan sakit merupakan karunia Alloh sebagai
refleksi keimanan
• Kesehatan merupakan nikmat yang harus di syukuri
• Kesehatan merupakan amanah yang harus di jaga
• Sakit dan penyakit yang diderita merupakan variable
ujian keimanan
• Bersabar dalam menghadapi penyakit merupakan
rangkain menuju anak tangga menuju kesuksesan
• Sakit atau penyakit merupakan penghapus dosa
• Alloh menurunkan penyakit dan juga menurunkan
obatnya
BEBERAPA KESALAHAN DALAM
BEROBAT
• Berkeyakinan bahwa obat yang
menyembuhkan npenyakit
• Berobat kepada orang yang tidak memiliki
ilmu pengobatan
• Berobat pada pelaku kemusyrikan
• Berkeyakinan pada benda-benda yang bertuah
dapat memberikian kekuatan kesembuhan
• Berputus asa dan berburuk sangka pada Alloh
sebelum diberikan kesembuhan
HUKUM BEROBAT KE NON
MUSLIM
Disebutkan dalam kitab-kitab tarikh bahwa seorang THABIB Arab yang terkenal pada masa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah Harits bin Kaldah ats-Tsaqafi. (Usudul Ghabah:
1/218).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Ibnu Mandah meriwayatkan dari jalan Ismail bin
Muhammad bin Sa’ad dari bapaknya. Ia berkata:

‫مرض سعد فعاده النبي صلى هللا عليه و سلم فقال إني ألرجو أن يشفيك هللا ثم قال للحارث بن كلدة عالج سعدا مما به‬
“Sa’ad bin Abi Waqqash mengalami sakit (di Makkah). Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam menjenguknya dan berkata: “Sesungguhnya aku berharap agar Allah
menyembuhkanmu. Kemudian beliau berkata kepada Harits bin Kaldah: “Obatilah Sa’ad dari
penyakitnya!” (Al-Ishabah fi Tamyiizish Shahabah: 1/595).

Al-Hafizh juga berkata: “Al-Imam Ibnu Abi Hatim berkata:


‫ال يصح إسالمه وهذا الحديث يدل على جواز االستعانة بأهل الذمة في الطب‬
“Tidak sah keislaman Harits bin Kaldah. Hadits ini menunjukkan bolehnya meminta bantuan
kepada kafir dzimmi dalam bidang kedokteran.” (Al-Ishabah fi Tamyiizish Shahabah: 1/595).
AQIDAH PENGOBAT
• Pengobat adalah orang yang sehat secara
Spiritual,Emosional,Jasmaninya
• Kekuatan ruhiyahnya merupakan imunitas yang
akan mempengaruhi kondisi fisik menjadi sehat
dan kuat
• Dalam upaya pengobatan langkah-langkah iktiar
yang dilakukan harus kongkrit tetapi kenyakian
bahwa kesembuhan hanya milik Alloh
• Cara pengobatannya tidak menyelisihi ilmu
pengobatan yang syar’i
TINDAKAN AWAL PENGOBAT
• Ibnul Qoyyim mengatakan , jika kita sebagai
seorang pengobat dan ada pasien datang
jangan langsung dikasih obat. Seorang
pengobat itu tidak akan memberi obat segera
tapi diberikan dulu makanan kalau bisa di beri
makanan, karena makanan bisa jadi obat. Tapi
rata-rata orang zaman sekarang atau orang
perkotaan penyakitnya sudah komplikasi,
tetap makanan dengan obat ujung-ujungnya.
AKLAK PENGOBAT
• Baik hati dan tidak mencari kekayaan pribadi
• Tulus dan ikhlas dalam menolong
• Mempunya keberani dan keyakinan yang
tinggi
KEDUDUKAN PENGOBAT
• , ‫ وأصبح‬، ‫وقد ارتفعت مكانة الطبيب في المجتمع اإلسالمي‬
‫ بل من األطباء من‬، ‫أقرب الناس إلى الخليفة والحاكم‬
“. ‫أصبحوا من الوزراء الموثوق بهم‬
• Dokter/tabib memiliki kedudukan yang tinggi
dalam masyarakat Islam. Mereka menjadi
salah satu orang yang dekat dengan para
khalifah dan hakim. Bahakan ada di antara
para dokter/tabib yang menjadi menteri yang
terpercaya.”
TUGAS PENGOBAT ADALAH
MENGUPAYAKAN KESEMBUHAN
ِ َ‫• َك اال ِإ َذا بَلَغ‬
َ ِ‫ت الت ا َراق‬
‫ي () َوقِي َل َم ْن َراق‬
• “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak)
sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah
yang dapat mengobati?” (QS. Al-Qiyamah: 26-27).

• Al-Imam Abu Qilabah rahimahullah menafsirkan:


.‫ هل من طبيب شاف‬:‫• ( َوقِي َل َم ْن َراق ) قال‬
• “Ayat “Siapakah yang dapat mengobati?”, beliau
berkata: “Adakah seorang THABIB yang bisa
menyembuhkan?” (Atsar riwayat Ath-Thabari dalam tafsirnya:
24/75). Demikian pula menurut penafsiran Al-Imam adl-Dlahhak bin
Muzahim, Al-Imam Qatadah dan Al-Imam Ibnu Zaid
rahimahumullah. (Lihat Tafsir ath-Thabari: 24/75).
SYARAT JADI PENGOBAT
• BERILMU
• AHLI
• BERTANGGUNG JAWAB
1.BERILMU
ُ‫ع ِل َمهُ َو َج ِهلَهُ َم ْن َج ِهلَه‬
َ ‫ع ِل َمهُ َم ْن‬
َ •
• “Orang berilmu mengetahuinya, sedangkan
orang bodoh tidak mengetahuinya.” (HR.
Ahmad: 4015, al-Hakim dalam al-Mustadrak:
8205 (4/441) dan di-shahih-kan olehnya serta
disepakati oleh adz-Dzahabi dari Abdullah bin
Mas’ud radliyallahu anhu. Al-Albani men-
shahih-kannya dalam Silsilah ash-Shahihah:
451).
2.HARUS AHLI

• Segala urusan yang dipegang oleh bukan


ahlinya maka akan mendatangkan
kerusakan/kehancuran, Sebagaimana Sabda
Rasullullah SAW ” Apabila sesuatu perkara
diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya “
PERKATAAN PARA SAHABAT
Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:
ِ‫َّللا‬
‫سو َل ا‬ ُ ‫ع َما أ َ ان َر‬ َ َ‫عا َر ُجلَي ِْن ِم ْن بَنِي أ َ ْن َمار فَن‬
َ َ‫ظ َرا إِلَ ْي ِه فَز‬ ‫صابَهُ ُج ْر ٌح فَاحْ تَقَنَ ْال ُج ْر ُح الد َام َوأ َ ان ا‬
َ ‫الر ُج َل َد‬ َ َ ‫سلا َم أ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلاى ا‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫سو ِل ا‬ ُ ‫ان َر‬ ِ ‫أ َ ان َر ُج اال فِي زَ َم‬
َ ‫ا‬ َ
‫سل َم قَا َل أ ْنزَ َل الد َاوا َء الذِي أ ْنزَ َل‬ ‫ا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫ا‬
‫صل ى ا‬ ِ ‫سو َل ا‬
َ ‫َّللا‬ َ
ُ ‫ع َم زَ ْي ٌد أ ان َر‬
َ َ‫َّللا فَز‬
ِ ‫سو َل ا‬ ُ ‫ب َخي ٌْر َيا َر‬ ِ ‫الط‬
ِ ‫اال أ َو فِي‬ َ َ َ‫طبُّ فَق‬ َ َ ‫ا‬
َ ‫سل َم قَا َل لَ ُه َما أيُّ ُك َما أ‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلاى ا‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
‫ْاألَد َْوا َء‬
“Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka. Kemudian luka tersebut
mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang dari Bani Anmar, kemudian keduanya memeriksa orang
tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada keduanya: “Siapakah yang paling mengerti ilmu
kedokteran di antara kalian berdua?” Keduanya bertanya: “Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat
kebaikan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan
obatnya.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya: 23886
(7/361). Riwayat ini mursal karena Zaid bin Aslam tidak pernah bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam).

Al-Allamah Abul Walid al-Baji rahimahullah berkata:


‫ب‬ ِ ‫صلُ ُح أ َ ْن يُ َعالَ َج ِإ اال ِب ِع َالِِ َم ْن لَهُ ِع ْل ٌم ِب‬
ِ ‫الط‬ ْ ‫ب ؛ ِألَناهُ َال َي‬ ِ ‫ع ْن َحا ِل ِه َما َو َم ْع ِرفَت َ ُه َما ِب‬
ِ ‫الط‬ َ ْ‫سلام ْال َبح‬
َ ‫ث‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلاى ا‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫طبُّ ) َيحْ ت َِم ُل أ َ ْن ي ُِري َد‬
َ َ ‫(أَيُّ ُك َما أ‬
“Ucapan “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran di antara kalian berdua?”memberikan kemungkinan
makna bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ingin membahas keadaan dan keilmuan kedua orang tersebut
tentang ilmu kedokteran, karena tidaklah pantas mengobati kecuali dengan pengobatan orang yang mengerti
ilmu kedokteran.” (Al-Muntaqa Syarhul Muwaththa: 4/362).

Beliau juga berkomentar:


َ ‫ع ْن أ َ ْف‬
‫ض ِل ِه َما فِي ِه‬ َ ‫سلام‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلاى ا‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ‫سأَلَ ُه َما النا ِب‬
َ ‫ي‬ َ ‫ص ِحي ٌح َو ِل َذ ِل َك‬ ِ ‫ع َلى أ َ ان‬
َ ‫الطبا َم ْعناى‬ َ ‫َوفِي َه َذا َد ِلي ٌل‬
“Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa kedokteran merupakan makna (baca: definisi) yang benar. Oleh karena
itu Nabi shallallahui alaihi wasallam bertanya kepada keduanya tentang yang paling utama dalam ilmu kedokteran di
antara keduanya.” (Al-Muntaqa Syarhul Muwaththa: 4/362).
Maksud al-Baji adalah bahwa dokter yang dikenal di masa dahulu adalah sama juga dengan dokter yang kita kenal
sekarang ini. Hanya saja keilmuan dokter terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3.BERTANGGUNG JAWAB
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengingatkan bahwa yang berhak mengobati adalah
ahli profesi kedokteran dengan standar kedokteran. Beliau bersabda:

‫ام ٌن‬
ِ ‫ض‬َ ‫اب َو َال يُ ْعلَ ُم ِم ْنهُ ِطبٌّ فَ ُه َو‬ َ َ ‫َم ْن ت‬
َ ‫طب‬
“Barangsiapa berpraktik PENGOBATAN padahal ia belum dikenal menguasai ilmu
PENGOBATAN, maka ia harus bertanggung jawab (atas perbuatannya, pen).” (HR. Abu Dawud:
3971, Ibnu Majah: 3457 dan an-Nasai: 4748 dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya dan
di-shahih-kan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak: 7484 (4/236) serta disepakati oleh adz-
Dzahabi. Al-Albani meng-hasan-kannya dalam Silsilah ash-Shahihah: 635).

Al-Allamah ash-Shan’ani rahimahullah berkata:

‫الحديث دليل على تضمين المتطبب ما أتلفه من نفس فما دونها سواء أصاب بالسراية أو المباشرة وسواء كان عمدا أو خطأ‬
‫وقد ادعي على هذا اإلجماع‬
“Hadits ini menunjukkan bahwa seorang dokter harus bertanggung jawab atas perbuatannya
yang merusakkan nyawa atau yang di bawahnya (seperti anggota tubuh, pen). Baik ia bertindak
langsung terhadap pasiennya atau ia hanya memerintahkan dan menasehatkan saja (melalui
perawat atau lainnya, pen). Baik secara sengaja atau tidak sengaja. Dan ini diakui oleh ijma’
(kesepakatan ulama, pen).” (Subulus Salam: 3/250).
SYARAT PENGOBAT PROFESIONAL
• Memahami berbagai jenis penyakit kronik dan ringan
• Perlu mengetahui fungsi obatan dari sumber alamiah dan juga obatan modern
yang mengandungi dadah terkawal dan terjadual.
• Harus mengetahui dan mahir melihat penyakit dari tanda-tanda fisik penyakit dan
kaedah Naturopathy, Iridologi, Tradisioal dan lain-lain.
• Harus bijak mestabilkan dan menjaga emosi, mental dan memahami kondisi jiwa
Pasiennya.
• Mampu memainkan peranan berkomunikasi dengan anggota keluarga pasien
dengan melibatkan musyawarah seluruh anggota keluarga.
• Mau berkorban dan tidak mengenal lelah dalam merawat pasien.
• Ketelitian dalam memeriksa penyakit dan diagnosa yang tepat mengenai penyakit
sebelum pasien, guna menghindari hal yang tidak diinginkan.
• Janganlah sekali-kali mengobati jika diri sendiri belum pernah dibekamBagi
Pemula jangan
• Obat-obatan yang telah dan sedang dikonsumsi oleh pasien kronik juga perlu
dijelaskan supaya tidak timbul masalah sewaktu dibekam.Kemahiran
menggunakan peralatan kedokteran modern
HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM
PELAYANAN
• Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin
tanpa melihat kedudukan dan status dari orang
yang kita tolong
• Tidak menetapkan tarif yang berlebihan
• Tidak melakukan promosi yang berlebihan dan
menjanjikan kesembuhan dengan tarif-tarif
tertentu.
• Memperhatikan kebersihan, kenyamanan dan
higienitas baik tempat maupun peralatan yang
digunakan.
HAL-HAL YANG DIUTAMAKAN
DALAM PENGOBATAN
• Menyakini bahwa Allah SWT,yang
menyembuhkan segala penyakit
• Menggunakan obat yang halal dan baik
• Tidak menimbulakn mudhorot
• Tidak bersifat tahayul,biod’ah ,kurafat
• Selalu ikhtiar dan tawakal
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEMBUHAN
• Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengobatan dalam Thibbun Nabawi :
1. Keikhlasan perawat
2. Pengalaman
3. Tahap penyakit / riwayat penyakit
4. Amalan yang berkelanjutan
5. Keyakinan pasien

Anda mungkin juga menyukai