Anda di halaman 1dari 27

TETANUS

dr. Pandu Nugroho K


IDENTITAS

◼Nama : Tn. R
◼Jenis kelamin : laki-laki
◼Umur : 37 tahun
◼Pekerjaan : swasta
◼No RM : 199175
◼Tanggal Masuk Rumah Sakit : 19 Agustus 2018
KELUHAN UTAMA

Nyeri pinggang
ANAMNESIS

Pasien mengeluh nyeri pinggang sejak 4 hari sebelum


MRS. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak menjalar.
Pasien sebelumnya jatuh dengan posisi jatuh terduduk,
awalnya tidak bisa jalan karena sakit kemudian bisa
berjalan kembali, 3 hari kemudian pasien sakit pinggang
lagi sampai tidak bisa berjalan. Kesemutan dan rasa baal
disangkal, kaki terasa kaku namun masih bisa di gerakkan
maksimal. BAK dan BAB tidak didapatkan keluhan.
Setelah di bangsal pasien mengeluh agak kaku di
rahang, leher dan perut. Riwayat terkena golok pada jari
tangan kira-kira 1 bulan yang lalu.
RIWAYAT PENGOBATAN

Post jatuh pasien sempat diurut di tukang pijat dan


dirasakan membaik setelah diurut.
PEMERIKSAAN FISIK

◼Keadaan umum : baik


◼Kesadaran : GCS 456
◼Suhu badan : 37,1 ºC
◼Pernapasan : 22x/menit
◼Nadi : 94x/menit, teratur, dan kuat
angkat
◼ Kepala & leher :
anemia (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-), pKGB (-), buka mulut > 2 jari, kaku
kuduk (+), risus sardonikus (+)

◼ Thorax : simetris, bentuk normal, deformitas (-)


◼ Cor :
S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-), ictus cordis di ICS 5 midclavicular line kiri
◼ Pulmo : ves/ves, wheezing -/-, rhonchi -/-

◼ Abdomen :
flat, kaku seperti papan, BU (+)Normal, hepar/lien sulit dievaluasi

◼ Extremitas :
akral hangat kering merah, CRT<2detik, edema -/-, Luka laserasi di jari tengah tangan
kanan. Lasseque (+), kernig sign (+)
TPL PPL Assessment
1. Leher, punggung, Muscle spasm Tetanus derajat I
perut, kedua kaki
terasa kaku

1. Riwayat jari tangan


kanan terkena golok
1 bulan yang lalu

1. Kaku kuduk

1. Perut kaku seperti


papan
EDUKASI

◼Mobilisasi bertahap
◼Debridement luka
◼Pencegahan dengan imunisasi tetanus
DEFINISI

Kelainan neurologis yang ditandai dengan


kekakuan otot (spasme) yang disebabkan
oleh tetanospasmin yang dihasilkan oleh
kuman Clostridium tetani.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS

◼Kaku kuduk
◼Trismus
◼Sulit menelan
◼Risus sardonikus
◼Perut papan
◼Opistotonus
◼Kekakuan lokal (di tempat masuk kuman)
◼Kekakuan otot ekstremitas
◼Kejang
◼Spasme laring
◼Gangguan saraf otonom
KLASIFIKASI TETANUS

1. Local tetanus
Kaku dan spasme hanya terbatas pada otot di area luka.

2. Cephalic tetanus
Terjadi bila luka terdapat di area kepala, leher, atau telinga (otitis media).
Umumnya ditandai dengan cranial nerve palsy (biasanya N. VII).

3. Generalized tetanus
Meliputi sekitar 80% dari kasus tetanus. Kekakuan dan spasme bisa terjadi
di seluruh tubuh.

4. Neonatal tetanus
DERAJAT TETANUS

Kriteria Abblet

GRADE 1 (MILD)
Mild trismus, general spasticity, no respiratory compromise, no dysphagia

GRADE 2 (MODERATE)
Moderate trismus, rigidity, short spasms, mild dysphagia, moderate respiratory
involvement, ventilator frequency >30

GRADE 3 (SEVERE)
Severe trismus, generalized rigidity, prolonged spasms, severe dysphagia, apneic spells,
pulse >120, ventilator frequency >40

GRADE 4 (VERY SEVERE)


Grade 3 with severe autonomic instability
Kriteria SURABAYA
DERAJAT I (TETANUS RINGAN)
Trismus (lebar ≥ 2 cm), kekakuan umum, tidak dijumpai kejang, tidak dijumpai gangguan
respirasi.

DERAJAT II (TETANUS SEDANG)


Trismus (lebar < 1 cm), kekakuan umum makin jelas, kejang rangsang.

DERAJAT IIIA (TETANUS BERAT)


Trismus berat (kedua baris gigi rapat), otot sangat spastis, kejang spontan, takipnea,
takikardi, apneic spell (spasme laring).

DERAJAT IIIB (TETANUS DENGAN GANGGUAN SARAF OTONOM)


Gangguan otonom berat, hipertensi berat dan takikardi, atau hipotensi dan bradikardi,
atau hipertensi berat, atau hipotensi berat.
DIAGNOSIS BANDING

◼Infeksi
(meningoensefalitis, rabies, abses oropharyngeal,
peritonitis)
◼Kelainan metabolik
(tetani, keracunan striknin, efek samping obat:
fenotiazin)
◼Kelainan CNS (Epilepsi, tumor)
◼Kelainan psikiatri
KOMPLIKASI

◼Gangguan ventilasi paru


◼Pneumonia
◼Sepsis
◼Fraktur
TATALAKSANA

◼Terapi suportif
1.Bebaskan jalan napas
2.Cegah aspirasi
3.O2
4.Perawatan dengan stimulasi minimal (di ruang isolasi)
5.Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6.Bantuan napas
7.Observasi kejang dan penyulit
◼Terapi definitif
1. Antibiotik
• Penicillin 100.000-200.000 IU/kgBB/hari selama 7-10 hari
(i.v/i.m)
• Metronidazole 4x500 mg selama 7 hari
2. Imunisasi
• TIG 3.000-6.000 unit (i.m)
• ATS 10.000-20.000 unit (i.m)
3. Antikonvulsan
Diazepam
4. Debridement luka (port d’entrée)
PENCEGAHAN

◼ Imunisasi Aktif

◼ Wound Management
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai