TUBERKULOSIS PARU
OLEH:
M. AUFAR ISYTAHAR, S. KED. 04054821820126
SUCI RAMADHANI, S. KED. 04054821820014
PEMBIMBING:
DR. RA LINDA, SP.PD
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI 2019
OUTLINE
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Tuberculosis TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar dari droplet inhalasi
Kota Palembang
WHO 2015 Indonesia 2016
2011
diperkirakan dari Menyatakan yang
9,6 juta kasus TB kontak TB erat >3
baru, di bulan 8,5x
antaranya 3,2 ditemukan jumlah berisiko tertular
juta ditemukan kasus dri kontak <3
pada wanita dan tuberkulosis bulan. Penularan
1 juta kasus sebanyak dipengaruhi oleh
ditemukan pada 351.893 kasus, faktor lingkungan,
anak-anak (di dan meningkat ventilasi,
bawah usia 15 dari tahun 2015 kepadatan
tahun) dengan hunian, jenis
140.000 kematian lantai,
per tahun kelembaban
Angka kejadia yang masih tinggi membuat kita harus memperhatikan dan mencermati
kasus ini untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan dan
mengkaji lebih dalam tentang penanganan pada kasus ini.
BAB II
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 10 Juli 1950 /68 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Banyuasin, Palembang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhi : SD
MRS : 2 Februari 2019
Nomor rekam medik : RI 19003582
Anamnesis (autoanamnesis)
7
Keluhan Utama : Batuk Keluhan tambahan :
berdahak yang semakin badan lemas sejak 1
memberat sejak 4 hari bulan
Hematologi
Hemoglobin 8,9 g/dL 12,6-17,40 g/dL
RBC 3,35x106/mm3 4,40-6,30x106/mm3
Leukosit 7,45x103/mm3 4.73-10.89x103/mm3
Hematokrit 26% 41 - 51%
PEMERIKSAAN Trombosit 201x103/ µL 170-396x103/µL
PENUNJANG Diff. count 0/0/88/6/6 0-1/1-6/50-70/20-
40/2-8
Metabolisme Karbohidrat
GDS 115 mg/dL <200 mg/dL
Ginjal
Ureum 47 mg/dL 16,6-48,5 mg/dL
Kreatinin 0,67 mg/dL 0,50-0,90 mg/dL
Elektrolit
Kalsium 7,0 mg/dL 8,4-9,7 mg/dL
PEMERIKSAAN Natrium 128 mEq/L 135-155 mEq/L
PENUNJANG Kalium 3,9 mEq/L 3,5-5,5 mEq/L
Kimia Klinik Hati
Protein 5,7 g/dL 6,4-8,3 g/dL
Total
Albumin 1,8 g/dL 3,4-4,8 g/dL
RONTGEN THORAKS
DIAGNOSIS BANDING
• Pneumonia
• Tumor Paru
TATALAKSANA
Non Farmakologis
• Istirahat
• Edukasi
• Menjelaskan kepada pasien dan tentang penyakit TBC,
komplikasi penyakit, dan keteraturan dalam berobat
sehingga pasien menjadi lekas sembuh
• Memotivasi pasien untuk rutin meminum obatnya secara
teratur.
• Memakai masker, memisahkan alat makan yang digunakan
dengan orang satu rumah.
TATALAKSANA
Farmakologis
• IVFD NaCl 0,9% gtt XX x/m
• Omeprazole 1x40 mg PO
• 4 FDC 1x2 tablet PO
RENCANA PEMERIKSAAN
• Kultur dan resistensi sputum
• Pemeriksaan laboratorium darah
lengkap
PROGNOSIS
• Quo ad vitam: dubia ad bonam
• Quo ad functionam: dubia ad bonam
• Quo ad sanationam: dubia ad
bonam
FOLLOW UP
Tanggal P
9/2/2019 S: Batuk Non farmakologi:
O: Istirahat
Sensorium: compos mentis Diet bubur tinggi protein
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 70 x/m
RR: 22 x/m Farmakologi:
Temp: 36,7ºC a. IVFD NaCl 0,9% gtt XX x/m
Kepala: konjungtiva palpebra pucat (+), b. Omeprazole 1x40 mg
sklera ikterik (-) c. 4 FDC 1x2 tablet
Leher: JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
FOLLOW UP
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Gejala respiratorik
Batuk ≥ 2 minggu
batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
PEMERIKSAAN FISIK
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex
lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara
lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung
dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan
pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pemeriksaan mikroskopik dapat menggunakan pewarnaan Ziehl-Neelsn, Tan
Thiam Hok (Kinyoun-Gabbett), dan Auramin-Phenol Fluorokrom
Pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna merah dan latar
belakang berwarna biru
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease):
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang: negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang: ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapangan pandang: positif 1
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang: positif 2
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapangan pandang: positif 3
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah
apeks paru (segmen apikal lobus atas atau
segmen apikal lobus bawah)
Darah
PCR
Uji Tuberkulin
TATALAKSANA
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada anamnesis diperoleh bahwa pasien datang dengan keluhan utama
batuk yang bertambah berat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan batuk yang dialami pasien sudah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu. Setiap batuk pasien mengeluarkan ½ sendok makan, tetapi tidak
terdapat bercak darah. Selain batuk gejala lain yang di alami Tn. M
adalah demam, keringat malam, badan lemas dan nafsu makan menurun
yang merupakan gejala klinis yang mengarahkan kepada penyakit
Tuberculosis
Pada kasus iniparu.
kemungkinan Tn.M tertular penyakit TB paru dari istri,
berdasarkan hasil anamesis didapatkan bahwa istri Tn.M pernah
menderita TB paru namun dengan pengobatan yang tidak tuntas. Selain
kemungkinan penularan dari istri Tn. M, lingkungan hidup yang sangat
padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan penyakit TB, serta faktor lain seperti
usia Tn. M yang sudah 68 tahun akan mempengaruhi sistem imunitas
yang mulai menurun sehingga sangat rentan untuk terkenanya suatu
penyakit.
Gejala klinis yang di alami Tn M seperti batuk dan demam merupakan
respon imunitas tubuh terhadap kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Proses demam dimulai dari stimulasi selsel darah putih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator
inflamasi reaksi imun. Reaksi imun akan mengeluarkan zat kimia yang
dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α dan IFN). Pirogen
endogen dan eksogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk
membentuk prostagladin. Prostagladin yang terbentuk akan meningkat
patokan
Sedangkan termostat di pusat
batuk terjadi termoregulasi
karna tubuh inginhipotalamus
mengeluarkan benda asing
yang masuk kedalam paru-paru. Pada kasus juga didapatkan riwayat
kebiasaan Tn. M yang suka merokok. Merokok merupakan salah satu
faktor risiko untuk seseorang terkena penyakit TB paru, hal ini
disebabkan karna pada perokok sel silia yang terdapat pada cabang
bronkus yang berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel udara
mengalami kerusakan sehinga mekanisme pertahanan menjadi
terganggu
Pada pemeriksaan fisik Tn. M dilihat secara keadaan umum dan keadaan
spesifik, pada keadaan umum didapatkan Tn. M tampak sakit sedang
dengan kesadaran kompos mentis, pada keadaan spesifik pemeriksaan
yang ditemukan adanya peningkatan stem fremitus dan vesikuler pada
paru kanan atas, serta ronkhi basah. Hasil pemeriksaan ini khas pada
pasien yang menderita TB. Pada Tn.M telah dilakukan pemeriksaan TCM
dengan hasil MTB detected High yang menunjukan bahwa Tn. M
menderita TB paru dengan BTA positif. Pemeriksaan Radiologis juga
merupakan salah satu cara praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis.
Gambaran lesi pada Penderita TB paru paling sering ditemukan pada
apeks paru, hal ini terjadi karna sifat bakteri M.Tb yang aerob, yang
berartikan bahwa bakteri lebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apeks paru lebih
tinggi kandungan oksigennya dibandingkan bagian lain, sehingga bagian
apeks sering menjadi tempat predileksi TB.
Tatalaksana pada Kasus TB paru adalah dengan pemberian OAT (obat
anti Tuberkulosis). Terapi yang diberikan pada Tn. M adalah terapi OAT
kategori 1. Pemilihan kategori 1 didasarkan pada Tn. M yang
merupakan pasien yang baru terdiagnosis TB baik secara klinis maupun
bakteriologis. Pemberian dosis OAT didasarkan pada berat badan
pasien. Tn. M memiliki berat badan 35 kg jadi pemberian OAT tahap
intesif (selama 56 hari ) dengan 2 tablet 4KDT dan tahap lanjutan (16
minggu) 2 tablet 2KDT setiap hari. Pada Tn. M terjadi anemia sehingga
direncanakan untuk transfusi PRC, diet bubur tinggi protein untuk
mengatasi malnutrisi pada Tn. M dan pemberian Omeprazol 1x40 mg
untuk mengurangi mual. Selain tatalaksana farmakologi, tatalaksana
secara non farmakologi yang bisa diberikan berupa edukasi untuk Tn M
agar beristirahat, edukasi berupa penjelasan terhadap penyakit,
komplikasi penyakit, memotivasi Tn. M untuk rutin meminum obatnya
secara teratur, memakai masker, memisahkan alat makan yang
digunakan dengan orang satu rumah untuk mengurangi penularan
penyakit. Prognosis pada kasus yaitu quo ad vitam dubia ad bonam,
TERIMA KASIH