Farmasi Unmul, Angkatan I, 2015 Pengurus Pusat MEDAI IAI Ketua : Drs. Sofiarman Tarmizi, MM., Apt Wa.Ketua : Drs. Djoharsyah MX., Apt Sekertaris : Drs. Bambang Triwara, SP.FRS, Apt Anggota : Dra. Azizah Nuraini Prabowo, Apt Drs. Drs Hary Bagyo, Apt Prof. Dr. Joko Wahyono, SU, DEA,Apt Prof. Dr. Marchaban HM., Dess, Apt Prof. Dr. Tutus Gusnidar, MS. Apt Dr. Umi Athiyah, MS, Apt Drs. Wahyudi Uun Hidayat, M.Sc, Apt Drs. Fauzi kasim, M.Kes, Apt Drs. Umar mansyur, M.Sc., Apt Dra. Yuliarti Merati, Apt Pengurus Daerah MEDAI IAI Kaltim
1. Drs. Asaf Diolo, Apt. (Ketua)
2. Supomo, S.Si, M.Si., Apt (Sekretaris) 3. Dra. P. Triwulaningsih, M.Kes, Apt.(Anggota) 4. Drs. Abdul Haris Rauf, Apt. (Anggota) 5. Shenni Paradise, S.Si,M.Si,Apt.(Anggota) DASAR HUKUM
SK PP Ikatan Apoteker Indonesia
No. PO. 004/PP.IAI/1418/VII/2014 tentang Peraturan Organisasi tentang Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia KETENTUAN UMUM
Disiplin Apoteker adalah kesanggupan
Apoteker untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. (butir 1) Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh Apoteker. (butir 2) Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah organ organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan menegakkan disiplin apoteker Indonesia. (butir 3)
Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker
Indonesia yang menjadi landasan etik Apoteker Indonesia. (butir 9) Tujuan Kode Etik dan Disiplin Profesi Apoteker 1. Sebagai pedoman yang mengikat bagi apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian di seluruh wilayah Indonesia 2. Sebagai acuan disiplin bagi Apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian 3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman Anggota terhadap pentingnya melaksanakan Kode Etik dan Disiplin Apoteker. Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker (22 Point)
1) Melakukan praktik kefarmasian dengan
tidak kompeten. “Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek Profesi/standar kompetensi yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/ mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat” 2) Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenagatenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 3) Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian. 4) Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan. SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh
MEDAI berdasarkan Peraturan per-Undang- Undangan yang berlaku adalah: 1. Pemberian peringatan tertulis; 2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan (sementara /selamanya) Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker; dan/atau 3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker (< 3 bln dan >1 Tahun). Penutup Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia disusun untuk : 1) menjadi pedoman bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi dibidang farmasi, 2) menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh para praktisi farmasi agar dapat menjalankan praktik kefarmasian secara profesional. Manfaat Penegakan Etik dan Disiplin Apoteker
Diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu pelayanan apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi kefarmasian. TATA KERJA MEDAI DAERAH Tugas MEDAI Daerah Menelaah Pengaduan, kalau perlu melakukan peninjauan langsung ke TKP. Dalam 20 hari kerja sudah dibuat “Keputusan”, apakah Perkara akan diteruskan untuk disidang atau tidak. “Kalau Tidak”, MEDAI Daerah harus menulis kepada Pelapor dan PC/PD serta CC kpd MEDAI Pusat. “Kalau Sidang”, Maka Sekretaris MEDAI Daerah menyiapkan Sidang sesuai tata cara persidangan. Bagaimana kalau terlapor tidak datang? Bilamana setelah 3 x Pemanggilan Terlapor tidak hadir dalam sidang maka MEDAI Daerah dapat melakukan sidang “inabsentia”. Selanjutnya hasil sidang di sampaikan kepada Terlapor, PC/PD dan MEDAI Pusat. Bilamana Tersangka tidak terima keputusan MEDAI Daerah, ybs dapat melakukan Banding ke MEDAI Pusat. TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN Sumber Pengaduan: 1. Pasien/ Masyarakat. 2. Dokter/ Tenaga Kesehatan lainnya. 3. Teman Sejawat. 4. Pengurus Cabang/ Daerah MEDAI Daerah, menerima Pengaduan Tertulis dengan lampiran : - Cukup Bukti - Berisi Kronologi - Tempat dan Waktu Kejadian SEKIAN DAN TERIMA KASIH