Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

DI RUANG IGD RSUD KMRT WONGSONEGORO


Oleh : Kelompok 10
1. Resian Dwi C (G2A015049)
2. Novita Eka N (G2A015052)
3. Adji Suseno (G2A015053)
4. Andrian Khafidz U (G2A015054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan keadaan saluran nafas mengalami penyempitan
dikarenakan hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang diakibatkan
peradangan,obstruksi ini bersifat berulang namun revesible dan diantar episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. asma
yang bersifat fluktuatif dapat dieksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat
bahkan menimbulkan kematian (Depkes RI,2013)
Asma dapat menimbulkan masalah pada jalan nafas dan menggangu
aktifitas sehari-hari, pada kasus asma akan menimbulkan batuk disertai dahak yang
berlebih. Bila dahak tidak segera dikeluarkan akan menghambat masuknya oksigen
ke saluran pernafasan sehingga kebutuhan akan oksigen dalam tubuh berkurang.
Asma juga akan menimbulkan suara wheezing dan ronchi.dahak yang timbul pada
jalan nafas akan menimbulkan komplikasi serius (Muttaqin, 2010)
Berdasarkan hal tersebut kelompok 10 tertarik untuk membuat makalah
tentang perawatan pada penderita dengan asma bronkial dan dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan di RSUD KMRT
WongsoNegoro
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronkial
2. Tujuan khusus
• Mampu melakukan dokumentasikan pengkajian pada klien dengan asma
bronkial
• Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan asma
bronkial
• Mampu menentukan tujuan dan membuat rencana tindakan keperawatan
pada klien asma bronkial
• Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien asma bronkial
• Mampu melakukan evaluasi pada klien asma bronkial
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi :
Asma bronkial adalah kelainan inflamasi kronis saluran
nafas dimana berbagai sel memainkan perannya, Patofisiologi :
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada Mekanisme perjalanan penyakit asma bronchial adalah
individu yang rentan, inflamasi ini menyebabkan individu dengan asma mengalami respon imun yang
episode berulang bising mengi, sesak nafas, dada buruk terhadap lingkungan. Antibodi yang dihasilkan
terasa tegang serta batuk khususnya di waktu malam (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
atau dini hari. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan
ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast . Pelepasan mediator ini
Etiologi :
dalam jaringan paru mempengaruhi 15 otot polos dan
1. Alergen
kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakakan
2. Infeksi saluran pernafasan
membran mukosa dan pembentukan mukus yang
3. Tekanan jiwa
sangat banyak. Setelah pasien terpajan alergen
4. Olahraga
penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul
5. Obat-obatan
dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus
6. Polusi udara
berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan
7. Lingkungan kerja
tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak pada
saat ekspirasi.
Manifestasi Klinis :
1. Dispnea yang bermakna.
2. Batuk, pada malam hari Pemerikaan Penunjang :
3. Pernapasan yang dangkal dan cepat 1. Pemeriksaan radiologi
4. Mengi yang dapat terdengar pada saat diauskultasi paru 2. Pemeriksaan tes kulit
5. Biasanya mengi ini terdengar hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi 3. Elektrokardiografi
pasien saat parah 4. Scanning paru
6. Peningkatan usaha bernafas, sering ditandai dengan retraksi dada, 5. Spirometri
disertai buruknya kondisi nafas cuping hidung
7. Kecemasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat
udara yang cukup
8. Udara terperangkap dikarenakan obstruksi aliran darah, terutama
terlihat selama ekspirasi pada pasien asma. Kondisi tersebut terlihat
dengan memanjangnya waktu ekspirasi.
9. Diantara serangan asmatik, seseorang atau individu biasanya
asimtomatik. Akan tetapi dalam pemeriksaan perubahan pada fungsi
paru mungkin terlihat bahkan diantara serangan pada pasien yang
memiliki asma perisisten
RESUME ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. N
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Purwamukti barat 1 rt 01/rw 01 Pedurungan
No reg : 52. 05. 38
Diagnosa medik : Asma bronchial
Tanggal masuk : 02/04/2019
Tanggal pengkajian : 02/04/2019
2. Keluhan utama : Sesak napas, batuk, keluar keringat dingin.
PRIMARY SURVEY (ABCDE)
Airway : Pada jalan terdapat akumulasi sekret pada jalan napas, terdengar
wheezing dan ronki basah, disertai batuk.

Breathing : Napas spontan, RR : 50 kali/menit, ada retraksi dada

Circulation : TD 90/60 mmHg, N 122 x/menit, capillary refill 2 detik, akral


dingin, turgor kulit kering.

Dissability : Kesadaran : compos mentis, GCS : E4 M6 V5 =15, Reaksi pupil


+/+, pupil isokor, lebar 2 mm.

Exposure : Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, Suhu
tubuh : 36,8 ‘c
SECONDARY SURVEY (Pemeriksaan fisik)
Kepala : bentuk kepala mesosefal, tidak ada hematom, tidak ada luka, rambut menyeluruh.
Mata : garis kedua mata simetris, reaksi terhadap cahaya kanan dan diri baik, pupil isokor 2 mm, klien
mampu membuka mata, konjungtiva tidak anemis, tidak tampak tanda-tanda radang, klien tidak
menggunakan kacamata.
Hidung : lubang hidung simetris, septum nasal di tengah, tidak terjadi kelainan, tidak mengeluarkan
secret, tidak ada hematoma dan luka pada hidung klien.
Telinga : daun telinga lengkap, simetris, tidak menggunakan alat bantu bendengaran, tidak ada serumen,
tidak ada hematom dan luka.
Mulut : bentuk bibir simetris, tidak mengalami kelainan bawaan, kondisi bibir lembab, tidak ada
hematom dan luka
Leher : simetris, tidak ada hematom, dan luka, tidak ada kelainan.
Dada : bentuk dada normal, simetris, tidak ada hematom, dan luka, tampak gerakan iktus kordis di
intercosta ke 5, gerakan dada simetris, tidak ada pembesaran, bunyi napas resonan, terdengar wezzing
dan ronchi.
Abdomen : tidak ada jejas, tidak ada tampak adanya distensi, bentuk dimetris, tidak ada hematom dan
luka, bunyi tympani, tidak ada kembung, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genitalia : -
Ekstremitas : ekstremitas lengkap, tidak ada edema dan luka, tidak ada kelainan ekstremitas atas skor 5,
ekstremitas bawah skor 5.
Integument : bersih, tidak ada luka, tidak ada kelainan.
Terapi :
Pulmicort 1/2, combivent 1/2, O2 nasal canul 3 liter/menit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme
C. Intervensi
Intervensi Rasional
• Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: wezzing, • Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
ronchi nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
• Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / • Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ekspirasi. ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses
infeksi akut.
• Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, • Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada
penggunaan obat bantu. tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
• Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : • Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan
semifowler dengan menggunakan gravitasi.
Kolaborasi
• Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator. • Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas,
mengi, dan produksi mukosa.
• Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA • Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
dan toleransi pasien.
D. Implementasi
No Hari/ Tanggal Implementasi Respon

1 Selasa • Mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi Suara Nafas klienwezzing
02/04/2019 nafas, ex: wezzing, ronchi
• Mengkaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat Klien tampak sesak RR cepat 55 x/m
rasio inspirasi / ekspirasi.
• Mencatat adanya derajat dispnea, ansietas, Adanya dispnea
distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
• Menempatkan posisi yang nyaman pada pasien, Klien kooperatif, klien tampak lebih nyaman
contoh : semifowler
Kolaborasi
• Memberikan obat sesuai dengan indikasi Terapi O2 , klien tampak nyaman
bronkodilator.
• Memberikan oksigen tambahan sesuai dengan
indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
E. Evaluasi
No. DX Hari/ Tanggal Evaluasi Nama&
TTD
1 Selasa S: pasien mengatakan sesak napasnya berkurang
02/04/2019 O: pasien tampak tenang dan rileks RR 23x/menit
A: Pertahankan implementasi
P: Lanjutkan intervensi
2 Selasa S: Pasien mengatakan jalan pernapasanya lega
02/04/2019 O: Pasien tampak tenang dan rileks
A: Pertahankan implementasi
P: Lanjutkan intervensi
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian primery survey ABCDE, masalah yang dijumpai ada pada
Airway (A) dan Breathing (B). Data yang dijumpai ada pada A (Airway) yaitu terdapat
akumulasi sekret pada jalan napas, terdengar wheezing dan ronki basah, disertai batuk. Hal
ini sesuai dengan teori dimana akan ada akumulasi sekret yang disebabkan oleh pemajanan
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
mempengaruhi 15 otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakakan
membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak (Padilla, 2013).
Sedangkan pada B (Breathing) ditemukan RR : 50 kali/menit dan ada retraksi dada. Hal ini
dikarenakan individu dengan asma mempunyai toleransi rendah terhadap respon para
simpatis. Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul
dispnea (sesak nafas). Selain itu percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang
selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yang sempit,
mengalami edema dan terisi mukus yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai
tingkatan tertentu pada saat ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat
penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul ekspirasi memanjang
yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar dan
adanya retraksi dada (Padilla, 2013).
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil dari pengkajian didapatkan dua diagnosa
keperawatan yaitu pola napas tidak efektid berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen dan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme.
C. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk masalah
pola nafas tidak efektif adalah mengatur posisi semi fowler agar dapat
mengurangi sesak nafas pada pasien. Posisi tubuh di naikkan 450 membuat
oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat dan posisi ini menghindari
penekanan diafragma sehingga memperingan kesukaran nafas (Supadi,
2008). Selain itu, tindakan selanjutnya yang diberikan adalah pemberian
terapi oksigen dengan rasionalnya adalah agar meningkat konsentrasi
oksigen dalam darah. Sedangkan rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk masalah bersihan jalan nafas tidak efektif adalah
pemberian penguapan melalui nebulizer.
D. Implementasi
Diaplikasikan berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan
penulis bertujuan untuk mengatasi pola nafas tidak efektif dan juga
bersihan jalan nafas tidak efektif.
E. Evaluasi
Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh
penulis dilakukan beberapa evaluasi keperawatan dengan pola napas
berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dengan hasil masalah
teratasi sebagian ,sehingga pertahankan intervensi : berikan terapi
oksigenasi, pantau tanda-tanda vital, posisikan klien semi fowler
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengkajian primery survey ABCDE, data yang dijumpai
ada pada A (Airway) yaitu terdapat akumulasi sekret pada jalan napas,
terdengar wheezing dan ronki basah, disertai batuk. Pada B (Breathing)
ditemukan RR : 50 kali/menit dan ada retraksi dada. . C (Circulation) didapatkan
TD 90/60 mmHg, N 122 x/menit, capillary refill 2 detik, akral dingin, turgor kulit
kering, dan D (Dissability) ditemukan Kesadaran : compos mentis, GCS : E4 M6
V5 =15, Reaksi pupil +/+, pupil isokor, lebar 2 mm, sedangkan untuk E
(Exposure) Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, Suhu
tubuh : 36,80C, didapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu Pola napas tidak
efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme. Intervensi yang akan
dilakukan untuk masalah pola nafas tidak efektif adalah mengatur posisi semi
fowler agar dapat mengurangi sesak nafas pada pasien dan pemberian terapi
oksigen. Sedangkan untuk masalah keperawatan bersihan jalan nafas diberikan
terapi nebul. Implementasi diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan klien.
B. Saran
1. Guna tercapainya hasil asuhan keperawatan yang optimal sebaiknya
terjalin kerja sama yang baik dan saling terintegrasi antara perawat
ruangan dan mahasiswa praktikan sehingga mahasiswa mampu
berpikir cepat dan tanggap terhadap kasus-kasus yang ada di IGD.
2. Bagi mahasiswa dapat dijadikan ini sebagai referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan kemampuan ketrampilan.
TERIMA KASIH !!!

Anda mungkin juga menyukai