Anda di halaman 1dari 9

A.

DEFINISI

Otitis media adalah peradangan akut atau


seluruh pericilium telinga tengah. Saat bakteri
melalui saluran eustachius, bakteri bisa
menyebabkan infeksi saluran tersebut.
Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar
saluran, mengakibatkan tersumbatnya saluran
(Mansjoer, 2001, 76).
Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis

media berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah

peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,

antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering

adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga

pada orang dewasa (Soepardi, 1998)


B. JENIS OTITIS MEDIA
Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
1. Otitis media akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah.
2. Otitis media serosa
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga
tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini
sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh
obstruksi tuba eustachii.
3. Otitis media kronik
Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan
struktur tulang di dalam kavum timpani.Otitis Media Kronik sendiri adalah kondisi
yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya
disebabkan oleh episode berulang Otitis Media Akut yang tak tertangani.
C. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas dan bakteri piogenik

seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus, haemophylus

influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas

aerugenosa.

Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan

bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu

respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%).

Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan

membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal,

meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu

mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007).


D. PATOFISIOLOGI
OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek yang

menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran

eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah

pembengkakan di sekitar saluran, terseumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih

untuk melawan bakteri.

Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri,

sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringans ekitar sel

eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah

banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil

penghubung gendang telinga dengan organ pendengatran di telinga dalam bergerak bebas.

Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapt merobek gendang telinga karena

tekanannya.
E. KOMPLIKASI

1.Sukar menyembuh
2.Cepat kambuh kembali setelah nyeri
telingaa berkurang
3. Ketulian sementara atau menetap
4. Penyebaran infeksi ke struktur
sekitarnya yang menyebabkan
mastoiditis akut, kelumpuhan saraf
facialis, komplikasi
intracranial(meningitis, abses otak),
thrombosis sinus lateralis.
F. TES DIAGNOSTIC

1.Pada pemeriksaan otoskopik ditemukan


ear drum tampak merah dan
menggelembung.
2.Spesimen cairan yang keluar dari
telinga(dari ear drum yang
ruptur)→untuk kultur guna identifikasi
pathogen bakteri penyebab.
3.Audiometri→untuk evaluasi adanya
tuli konduktif.
4. X-Ray(Rὂ)→pada area mastoideus
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
1. Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,
sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Pemberian obat
tetes telinga: HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12
tahun) sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila
penyebab penyakit adalah kuman bukan virus atau alergi.
2. Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes telinga dan analgetika. Bila membran
timpani terlihat hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika
yang diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.
3. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran
timpani masih utuh untuk menghilangkan gejala klinis dan ruptur
dapat dihindari.
4. Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi
resolusi.

Anda mungkin juga menyukai