Anda di halaman 1dari 19

BUKTI AUDIT

Disusun oleh :
1. Nazila Qonieta R. A (K7716042)
2. Nur Fauziyah (K7716044)
3. Sumaidi (K7716068)
4. Valentina Indriyani (K7716072)
– Pengertian bukti audit
– Kecukupan bukti
– Kompetensi bukti
– Dasar yang memadai
– Sifat bukti
– Prosedur untuk menghimpun bukti
– Jenis bukti audit
– Prosedur bukti
– Klasifikasi prosedur audit
– Evaluasi bukti audit
Pengertian Bukti Audit

Pengertian bahan bukti audit menurut Mulyadi (2002:74) dapat didefinisikan sebagai
berikut :
“Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya”.
Bahan bukti audit ini dapat membantu dan memberikan pertimbangan ataupun
keputusan. Auditor memerlukan bahan bukti audit agar dapat membuat rational judge
dari laporan keuangan yang auditor periksa.
Kecukupan Bukti Audit

1. Materialitas dan Resiko


Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak tingkat kuantitas bukti yang diperlukan dan
sebaliknya. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi menurut auditor untuk menghimpun banyak
bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang terjadi.
2. Faktor ekonomi
Auditor harus dapat mempertimbangkan factor ekonomi dalam menetukan jumlah dankompetensi bukti
audit yang
– dikumpulkannya. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan
yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk
memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi: biaya dan manfaat
(Cost an Benefit).
3. Ukuran karakteristik populasi.
Auditor tidak mungkin menhimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang
ada untuk mendukung pendapatnya, hal tersebut sangat tidak efisien.
Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan
atas dasar sampling. Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas
atau individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih
banyak sampel dan informasi yang lebih kuat atau mendukung populasi
yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
Kompetensi Bukti Audit

1. Relevansi (relevance)
Faktor relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika tujuan audit adalah untuk
menentukan eksistensi persediaan yang dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti
dengan melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan yang dilaksanakan oleh klien.
2. Sumber (source)
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independent diluar perusahaan untuk tujuan audit auditor
independent, bukti tersebut memberikan jaminan andalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam
perusahaan itu sendiri.
b. Semakin efektif struktur pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai kendala data
akuntansi dan laporan keuangan.
c. Pengentahuan auditor secara pribadi dan langsung diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan,
dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan dengan yang tidak secara langsung.
3. Ketepatan waktu (timeliness)
Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.
Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dalam memverikasi aktiva
lancar, utang lancar, saldo akun raba-rugi, dan arus kas yang bersangkutan.
4. Objektivitas (objectivity)
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan bukti
yang besifat subjektif. Sebagai contoh, bukti tentang eksistensi aktiva tetap berwujud
akan lebih kompeten bila diperoleh melalui inspeksi fisik, karena secara objektif bukti
tersebut lebih konklusif. Bukti yang diperoleh dari pihak luar entitas yang di audit
dipandang lebih bersifat objektif dibandingkan dengan bukti yang hanya bersumber dari
klien.
Dasar yang memadai (Realistis)

1. Pertimbangan Profesional Auditor


pertimbangan professional memberi kontribusi pada penerapan secara wajar
jumah dan kualitas bukti yang disyaratkan. Pertimbangan professional juga diperukan
dalam menentukan fee dengan mempertimbangkan persaingan antar kantor akuntan
publik, biaya pengauditan, dan risiko serta tingkat keyakinan yang diberikan.
2. Integritas Manajemen
Manajemen bertanggungjawab atas asersi laporan keuangan dan mengendalikan
banyak bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Semakin
rendah tingkat kepercayaan auditor terhadap integritas manajemen semakin banyak
bukti kompeten yang diperlukan.
3. Transaksi yang Terjadi di Perusahaan
jenis dan banyaknya transaksi sangat mempengaruhi informasi akuntansi
yang dihasilkan. Banyaknya transaksi antar perusahaan dalam satu holding company
menuntut semakin banyaknya bukti audit kompeten yang harus dihimpun.
4. Jenis Kepemilikan Perusahaan
Audit terhadap perusahaan public lebih memerlukan tingkat keyakinan lebih
tinggi daripada perusahaan perseorangan. Karena pemakai laporan audit dari
perusahaan public mengandalkan laporan keuangan auditan dalam membuat
keputusan investasi.
5. Kondisi Keuangan perusahaan
Auditor harus memperhatikan kemungkinan terjadinya salah saji yang
disengaja manajemen untuk meningkatkan nilai aktiva dan kinerja laba perusahaan
(window dressing). Hal ini dilakukan manajemen untuk menutup-nutupi kondisi
keuangannya yang buruk.
Sifat Bukti

Bukti audit terdiri atas :


1. Catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan
2. Informasi lain yang mendukung catatan akuntansi dan kesimpulan logis auditor
Contoh catatan akuntansi :
Cek dan catatan dari transfer dana secara elektronik, faktur, kontrak,buku besar dan
buku pembantu, jurnal dan penyesuaian, kertas kerja dan spread sheet,
pengungkapan, buku pedoman akuntansi.
– Informasi lain yang mendukung catatan laporan keuangan :
Notulesi rapat, konfirmasi dari pihak ketiga, laporan analis, data yang dapat
dibandingkan dengan kompetitor, pengendalian intern manual, info dari wawancara,
observasi, informasi yang dikembangkan oleh auditor.
– Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari 2 jenis :
Data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data) dan semua bukti atau
informasi pendukung atau penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor
– Bukti audit yang bersumber dari data akuntansi klien terdiri atas :
Jurnal, Buku besar dan buku pembantu, buku pedoman akuntan akuntansi, dan
memorandum dan catatan informal (kertas kerja), perhitungan dan rekonsiliasi.
– Bukti audit pendukung, meliputi :
bukti fisik, bukti konfirmasi, bukti documenter, bukti representasi, perhitungan
sebagai bukti matematis, bukti lisan, bukti analitis dan perbandingan, serta struktur
pengendalian intern.
Prosedur Untuk Menghimpun Bukti

Ada 4 tindakan yang cepat diambil dalam menghimpun bukti audit yang tercantum dalam
standar pekerjaan lapangan yang ketiga, antara lain :
a. Inspeksi
b. Pengamatan
c. Pengajuan pertanyaan (wawancara)
d. Konfirmasi
Ada beberapa hal yang diketahui berkaitan dengan keputusan yang diambil oleh auditor
dalam proses pengumpulan bukti, antara lain :
Penentuan prosedur audit, penentuan besarnya sampel, penentuan elemen tertentu
yang harus dipilih sebagai sampel dan penentuan waktu pelaksanaan prosedur audit.
Jenis Bukti Audit

1. Struktur Pengendalian Intern


Struktur pengendalian intern dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat dipercayainya data
akuntansi. Kuat dan lemahnya struktur pengendalian intern merupakan indikator utama yang
menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan.
2. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo aktiva berwujud terutama kas dan persediaan. Bukti
fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi, perhitungan dan observasi.
3. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat laporan
keuangan. Akan tetapi, catatan akuntansi bukan merupakan obyek audit.
4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung
dari pihak ketiga sebagai jaaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang
berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu konfirmasi
positif, blank confirmation dan konfirmasi negatif.
5. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran
bank dan bermacam-macam kontrak.
6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis
Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu
yang bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian
tertentu. Bukti ini berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun dari sumber
eksternal termasuk bukti dari spesialis.
7. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor, merupakan bukti
audit yang bersifat kuantitatif dan matematis, digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan
akuntansi klien. Bukti matematis diperoleh dari tugas rutin seperti penujumlahan total saldo, dan
penghitungan kembali yang rumit seperti penghitungan kembali anuitas obligasi.
8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia sehingga ia
mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisan. Jaaban atas pertanyaan
tersebut merupakan bukti lisan yang harus dicatat dalam kertas kerja audit.
9. Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencangkup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau
standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar
untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan dan keajaran hubungan
antar pos-pos dalam laporan keuangan.
Prosedur Audit

1. Inspeksi Terhadap Dokumen dan Catatan


2. Inspeksi Terhadap Aktiva Berwujud
3. Observasi
4. Pengajuan Pertanyaan (Wawancara)
5. Konfirmasi
6. Rekalkulasi
7. Melakukan Ulang (Reperformance)
8. Prosedur Analitis
9. Teknik Audit Berbasis Komputer (Computer-Assisted Audit Techniques / CAATs)
Klasifikasi Prosedur Auditing

1 Proseur Untuk Memperoleh Pemahaman Struktur Pengendalian Internal


Pemahaman struktur pengendalian intern merupakanpengetahuan mengenai lingkungan pengendalian,
sistem akuntansi dan prosedur pengendalian yang dipandang perlu oleh auditor untuk merencanakan audit.
2. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang ditujukan terhadap rancangan dan pelaksanaan suatu
kebijakan atau prosedur struktur pengendalian intern untuk menetapkan keefektivitasannya untuk
mencegiah dan menemukan salah saji material dalam suatu asersi laporan keuangan.
3. Pengujian Substantif
Pengujian substantif merupakan pengujian rinci dan prosedur analitis yang dilakukan untuk menemukan
salah saji material dalam saldo rekening, golongan transaksi dan unsur pengungkapan laporan keuangan.
Evaluasi bukti audit
Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat, dilakukan selama
dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit
bersamaan dengan dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan. Pengevaluasian pada
akhir pekerjaan lapangan dilakukan saat auditor akan memutuskan pendapat yang akan
dinyatakan dalam laporan audit.
Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus memperhatikan tujuan audit. Tujuan audit dapat
berkaitan dengan fakta misalnya keberadaan cash on hand, maupun dengan judgement misalnya
pengungkapan kewajiban bersyarat.
Evaluasi bukti harus dilakukan lebih teliti lagi apabila situasi audit mengandung risiko besar
yaitu pengawasan intern yang lemah, kondisi keuangan klien yang tidak sehat, manajemen yang
tidak dapat dipercaya, penggantian kantor akuntan publik., perubahan peraturan perpajakan,
usaha yang bersifat spekulatif dan transaksi yang kompleks.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai