Anda di halaman 1dari 65

 Nama dr. M.Ibrahim, Sp.

THT-KL
 Alamat Kompleks TNI AL Osmok
 Jl Yos Sudarso no 5
 Hp 08124872629
 Riwayat Pendidikan
 FK UH Makassar (1993-2000)
 FK UNAIR (2009-2013)
 JABATAN KABAGKLINIK RSAL SAMUEL
FARINGITIS
DEFINISI

Peradangan dinding faring yang


dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, trauma, toksin, dan lain - lain.
KLASIFIKASI
 Faringitis Akut  Faringitis Kronis
○ Faringitis Viral ○ Faringitis Kronis
Hiperplastik
○ Faringitis Bakterial
○ Faringitis Kronis Atrofi
○ Faringitis Fungal ○ Faringitis Spesifik
○ Faringitis Gonorea  Faringitis Luetika
 Faringitis TB
Anatomi Nasofaring

Adenoid
Koana

Fossa Rosenmuller
Konka media

Torus tubarius

Konka inferior
Muara tuba
Septum nasi Eustachius
Patofisiologi
 Virus dan bakteri melakukan invasi ke
faring → reaksi inflamasi lokal.
 Infeksi bakteri grup A Streptokokus ß
hemolitikus → kerusakan jaringan yang
hebat, karena bakteri ini melepaskan
toksin ekstraseluler → demam rematik,
kerusakan katup jantung, glomerulo
nefritis akut → terbentuknya kompleks
antigen-antibodi
Etiologi
 Bakterial
 Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS)
(15%)
 Group C, G, F Streptococci ( 10%),
 Arcanobacterium Chlamydia pneumoniae (5%)
 Corynebacterium diphtheria
 Corynebacterium haemolyticus ( 5%)
 Mycoplasma pneumoniae
 Jarang : Borrelia species, Francisella tularensis,
Yersinia species, Corynebacterium ulcerans.
 Viral pharyngitis
 Adenovirus (5%):.
 Herpes simplex (< 5%):
 Coxsackieviruses A and B (< 5%):
 Epstein-Barr virus (EBV):
 CMV.
 HIV-1:
 Penyebab lain
 Candida sp
Manifestasi Klinik
 Gejala dan tanda faringitis akut
 nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, mual dan
kelenjar limfe leher membengkak.
 Pada pemeriksaan tampak hiperemis, udem dan
dinding posterior faring bergranular.
 Infeksi Virus
gejala disertai dengan konjungtivitis, malaise,
fatigue, serak, dan demam yang tidak tidak terlalu
tinggi (low-grade fever)
 Faringitis pada anak dapat disertai dengan diare,
nyeri perut, dan muntah.
Faringitis Akut
dinding posterior
faring hiperemis
dan bengkak
Gejala : nyeri
tenggorok, sulit
menelan,
demam, mual
dan kelenjar
limfe leher
membengkak
Manifestasi Klinik
Streptococcus group A
 Riwayat infeksi bakteri Streptococcus sebelumnya
 Streptococcus meningkat pada musim dingin.
 Gejala :
rasa sakit pada tenggorokan, nyeri menelan,
demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah.
 Tanda :
adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada
faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula,
limfadenopati servikalis anterior
Faringitis Kronis

penebalan mukosa dinding posterior faring, hipertrofi kelenjar


limfe di bawah mukosa sehingga dinding posterior tidak rata
(granuler) dan lateral band menebal.
Gejala klinik: rasa kering, gatal atau berlendir atau mengganjal di
tenggorok yang disertai batuk.
Penatalaksanaan:
1.Dicari dan diobati infeksi kronis hidung dan sinus paranasalis
2.Lokal kaustik dg zat kimia (AgNO3, albothyl) atau listrik
(elektrokauter)
3.Simptomatik: obat kumur/isap, antitusif/ekspektoran
Faringitis Jamur (Candidiasis)
Tampak plak putih di
orofaring dan mukosa
faring lainnya
hiperemis.
Kalau diangkat tidak
berdarah

Terapi: Nystatin
100.000-400.000
2x/hari, analgetika
Faringitis Sifilis

Stadium primer menimbulkan


bercak/ulkus pada lidah,
palatum, tonsil dan dinding
posterior faring.
Ulkus tidak menimbulkan
nyeri dan pembesaran
kelenjar submandibula tidak
nyeri tekan.
Stadium tersier menimbulkan
nyeri pada tonsil dan
palatum.
Terapi: penisilin dosis tinggi
Faringitis Gonorea

Pada pasien dengan


kontak orogenital.

Terapi: Sefalosporin
generasi ke-3 
Seftriakson 250 mg
IM
Kultur Tenggorok
 Faringitis yang disebabkan oleh bakteri
GABHS
 Pengambilan swab pada daerah tonsil
dan dinding faring posterior.
 Spesimen diinokulasi pada agar darah
dan ditanami disk antibiotik.
 Sensitifitas mencapai 90-99 %.
 Penting bagi penderita > 10 hari.
GABHS rapid antigen detection test
 Untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi
GABHS.
 Jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang
dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik
dengan resiko tinggi untuk pasien.
 Jika positif maka pengobatan antibiotik yang tepat,
namun jika negatif maka pengobatan antibiotik
dihentikan dan dilakukan follow-up
 Hasil kultur tenggorok negative
 Rapid antigen detection tidak sensitive untuk
Streptococcus Group C dan G atau jenis bakteri
patogen lainnya.
Penatalaksanaan
 Virus → diberikan analgetik dan tablet isap
 Antibiotika → faringitis bakteri Gram positif,
disamping analgetika dan kumur dengan
air hangat.
 Penisilin → bakteri GABHS
 Dosis 250 mg, 2-3 kali/hari untuk anak-anak,
 Dewasa 250 mg 4 kali sehari atau 500 mg 2 kali
sehari selama 10 hari
 Jika alergi penisilin, diganti dengan eritromisin
Komplikasi
 Komplikasi umum
Sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan
pneumonia.

 Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah


infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan
toxic shock syndrome, peritonsiler abses.

 Komplikasi infeks mononukleus


Ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré syndrome,
encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell
lymphoma, dan karsinoma nasofaring.
Prognosis
 Sebagian besar sembuh spontan dalam
10 hari
 Waspadai terjadinya komplikasi
Definisi
 Semua proses inflamasi baik akut atau
kronik, infeksi atau non infeksi,
terlokalisir atau sistemik yang terjadi di
laring.
Klasifikasi
 Laringitis Akut
 Laringitis Kronis
○ Laringitis Kronis Atrofi
○ Laringits Kronis Hipertrofi
 Laringitis Kronis Spesifik
○ Laringitis Tuberkulosis
 Laringitis Sifilis
Anatomi Laring
- dibagi 3:
- 1. supraglotis  terdiri dari epiglotis,
plika ariepiglotis, kartilago aritenoid,
plika vestibular(pita suara palsu), dan
ventrikel laringeal
- 2. glotis  pita suara dan plika vokalis
- 3 . subglotis  memanjang dari
permukaan bawah pita suara hingga
kartilago krikoid
-
Fisiologi
 Fungsi Dasar
 Proteksi → mencegah agar makanan dan benda
asing masuk kedalam trakea dengan cara
menutup aditus laring dan rima glotis yang
secara bersamaan.
 Respirasi → mengatur besar kecilnya rima glotis
 Fonasi → membuat suara serta mementukan
tinggi rendahnya nada

 Fungsi lain
→ sirkulasi, menelan, dan emosi
Respirasi Fonasi

Plika vokalis normal


Etiologi
Laringitis Akut Laringitis Kronik
 Rhinovirus  Infeksi bakteri
 Parainfluenza virus  Infeksi tuberkulosis
 Adenovirus  Sifilis
 Leprae
 Virus mumps
 Virus
 Varisella zooster virus
 Jamur
 Penggunaan asma inhaler
 Actinomycosis
 Penggunaan suara berlebihan :
 Penggunaan suara berlebih
menyanyi, Berbicara dimuka
 Alergi
umum Mengajar
 Faktor lingkungan seperti
 Alergi asap, debu
 Streptococcus grup A  Penyakit sistemik : wegener
 Moraxella catarrhalis granulomatosis, amiloidosis
 Gastroesophageal refluks  Alkohol
 Gatroesophageal refluks
Laringitis Akut
Suatu keadaan inflamasi dimana
merupakan kelanjutan dari rinofaringitis
(command cold)
Etiologi
Penggunaan suara yang salah, paparan
agen berbahaya, serta agen infeksi yang
menyebabkan infeksi saluran pernapasan
atas.
Merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut
(common cold)
Disebabkan oleh:
1. Infeksi virus Haemophilus influenzae
2. Infeksi bakteri (Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus)
3. Perubahan cuaca
4. Kurang gizi/malnutrisi
Laringitis Akut
 Sangat hiperemis,
disoni(serak), ada
sekret

 Gejala :suara parau,


tidak nyaman dan
nyeri pada laring
dan sering kali batuk
iritatif. Suara lemah
dan serak serta
memburuk seharian.
Laringitis Kronis
Proses inflamasi yang terjadi pada laring yang
memperlihatkan perubahan dari mukosa laring
serta terjadi selama lebih dari beberapa minggu
atau > 3 minggu
 Penyebab
 Perokok
 Sering terpapar debu pada saat bekerja
 Berkaitan dengan penyakit nasal dan oral serta refluks
gastroesofageal
 Penggunaan steroid inhaler
 Infeksi Staphylococcus aureus. Haemophilus influenzae
dan spesies pneumokokus, serta virus
Laringitis Kronis
 laringitis akut yang
tidak sembuh dan
berlanjut
 suara yang parau,
dengan hilangnya
kekuatan suara
seharian dan mungkin
disertai dengan batuk
 Tidak terlalu
hiiperemis
 Terjadi penebalan
plika vokalis
Laringitis Jamur Kronis

 Bergranul
 Terdapat
bercak putik
Laringitis Tuberkulosis
 Adanya
tuberkel
 Gejala : batuk
lama,
keringat
malam
Laringitis tuberkulosa terdiri dari 4 stadium:
1. Stadium infiltrasi
Tampak tuberkel
mor di daerah interaritenoid sehingga
menjadi berbenjol-benjol dan tidak rata
2. Stadium ulserasi
Tampak beberapa ulkus pada pros.vokalis yang
meluas ke pita suara memberi kesan seperti digigit
tikus (mouse eaten appearance)
3. Stadium perikondritis
Telah mengenai tulang rawan aritenoid dan epiglotis
sehingga bagian ini membengkak dan hiperemis
4. Stadium tuberkuloma
Tampak penampilan seperti
tumor
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan histologi → nodul-nodul atau tuberkel-

tuberkel yang terdiri atas histiosit epiteloid dengan


sel giant mononukleasi,

 Pemeriksaan kultur jaringan, dan smear


menghasilkan diagnosis pasti

 Laringoskop indirek dan biopsy → untuk

menyingkirkan Ca laring
Laringitis Non Infeksi
→ terjadi setelah menyanyi secara agresif
atau berteriak

 Rasa emosional yang menyebabkan


bersuara sangat keras → pita suara
menjadi kemerahan dan edema ringan.
Laringitis Kronis Non Infeksi
 Perubahan epitel pada pita suara terjadi
sebagai akibat kekerasan suara kronis
diikuti dengan efek iritasi pemakaian
alcohol jangka panjang dan merokok

 Pada laryngitis hyperplasia kronis dapat


terjadi dysplasia bahkan neoplasia yang
nyata
Laringitis Kronis Atrofi (Laringitis Sika)

 Ada sekret
Laringitis Kronis Hipertrofi
 Bergranul
 Sedikit hiperemis
 Perubahan epitel
pada pita suara
dapat terjadi sebagai
akibat kekerasan
suara kronis diikuti
dengan efek iritasi
pemakaian alcohol
jangka panjang dan
merokok
Laringitis Kronis Hipertrofi Difus
Pemeriksaan Fisik
 Dapat ditemukan
 suara yang serak
 pernafasan cuping hidung
 frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang
meningkat
 anak bisa sampai megap-megap (air hunger)
 faring yang meradang
 retraksi suprasternal
 infrasternal dan intercostal serta stridor yang
terus menerus
 Hipoksia dan saturasi oksigen yg rendah
• Kemerahan yang difus
• Pelebaran pembuluh darah
dari pita suara
• Gambaran laringoskopi
LARINGO yang pucat disertai edema
SKOPI
yang berair dari jaringan
subglotis
• Pergerakan pita suara
yang asimetris dan tidak
periodik
Pemeriksa
an darah
rutin

Kultur
Marker Pemeriksaan sputum /
serologi penunjang sensitifit
as

Swab
mukosa
laring
 Pencitraan
 rontgen polos regio colli lateral untuk melihat edema pada
supraglotik dan retrofaringeal dan ketebalan jaringan lunak
di jalan nafas subglotik
 Rontgen thorak
 CT scan dan MRI untuk melihat perubahan dan struktur
laring dengan lebih baik
 barium enema, rontgen double kontras pada saluran cerna
atas untuk mengevaluasi

 Pemeriksaan lain
 skin tes jika penyebab alergi dicurigai
 monitoring pH selama 24 jam jika dicurigai GERD
penatatalaksanaan

Umum :
 Mengistirahatkan pita suara selama 2 – 3 hari. Jika
pasien harus berbicara, fonasi sambil menghela
nafas lembut adalah yang terbaik.

 Menghirup udara yang dilembabkan (humidifikasi)


membantu melembabkan saluran nafas atas.

 Mengindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan


iritasi pada faring dan laring, seperti merokok, polusi
udara, makanan pedas dan minum es.
Laringitis Akut
Simptomatik
 Paracetamol atau aspirin gargles dapat
mengurangi keluhan.

 Antibiotic diberikan setelah keluar hasil


pewarnaan Gram dan kultur dengan tes
sensitifitas
Laringotrakeobronkitis Akut
(“Croup”)
 Terapi Non Farmakologi
 Kenyamanan posisi.
 Humidifikasi udara
 Oksigen
 Campuran helium-oksigen

 Terapi Farmakologi
 Analgetik dan Antipiretik
 Antibiotik
 Nebulisasi β2 Agonis kerja cepat
 Nebulisasi Epinefrin
 Kortikosteroid
Laringitis kronis
Gastroesofageal Refluks laringitis
 Level I
 Modifikasi pola makan
 Modifikasi gaya hidup
 Penggunaan antasida cair

 Level II Antirefluks medikasi


 H2 bloker : Ranitidine, Cimetidine, Famotidine
 Obat-obat prokinetik : Bethanecol, Metoclopramid
 Agen sitoprotektive : Sucralfat
 Pompa proton inhibitor
Tuberculosis Laryngitis
 INH, rifampisin dan pirazinamid selama 3 bulan.
Diikuti isoniazid dan rifampisin selama 9 bulan.
 Pengobatan penyakit paru.
 Istirahat bersuara dan berbicara.
 Analgetik untuk nyeri.
 Injeksi procain pada saraf laringeal superior atau
alcohol untuk meringankan nyeri hebat.
 Trakeostomi jika ada sumbatan jalan nafas.
 Pembedahan untuk stenosis sekunder jika ada
indikasi.
Komplikasi
 Penyebaran secara sistemik atau ke struktur
sekitarnya dari proses infeksinya
 Stenosis laring akibat superinfeksi dan edema
atau stenosis yang terjadi secara sekunder
akibat proses penyakit yang lama
 Kerusakan permanen dari struktur dan fungsi
pita suara
 Transformasi kearah keganasan
Prognosis
 Laringitis akut → sembuh spontan, jika pasien
mematuhi pengobatan, prognosis untuk
kesembuhan yang cepat dan level premorbid
dari fonasi adalah baik.

 Laringitis kronis, tergantung proses yang


mendasari timbul penyakitnya.
Kesimpulan
Faringitis seringkali muncul dengan
keluhan nyeri menelan, demam dan suara
parau. faringitis bisa disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, maupun gonore, untuk itu
perlu dilakukan pemeriksaan yang benar
untuk melakukan terapi yang benar. Terapi
pada faringitis adalah medikamentosa dan
pengobatan simptomatik.
Laringitis adalah inflamasi pada laring.
Infeksi virus biasanya penyebab terjadinya
inflamasi. Gejala khasnya yaitu suara serak
atau hilang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan perubahan yang terjadi pada suara.
Biasanya, mengistirahatkan suara dan
menghindari bahan iritan cukup menjadi terapi
yang adekuat.
 Laringitis dan faringitis merupakan keluhan
yang banyak muncul dari pasien yang
datang berobat ke rumah sakit atau dokter.
Dengan menghindari faktor resiko,
sebenarnya keluhan ini dapat dihindari.
Bila telah terjadi keluhan yang berlangsung
lama, maka pengobatan yang adekuat
serta kepatuhan pasien dalam pengobatan
dan menghindari faktor resiko akan
mencegah perjalanan ke arah yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai