Anda di halaman 1dari 23

Perasaan Psikologis

terhadap Anak
dalam Pandangan Islam

Drg Diah Enggar Winantu


• Perasaan psikologis  menampakkan apa yang
ditanam oleh Allah di dalam hati kedua orang tua
berupa cinta, kasih sayang dan kelembutan kepada
anak-anak mereka.

• Hikmah :
1. Menghilangkan kebiasaan jahiliyah dan terhadap
anggapan yang buruk terhadap anak perempuan
2. Menampakkan keutamaan berupa pahala dan
balasan bagi orang yang bersabar karena
kehilangan anak
Apa tuntunan agama islam bagi kedua
orang tua manakala didapati
pertentangan antara maslahat islam
dengan maslahat anak ??
Secara Fitrah, kedua orang tua
pada dasarnya mencintai anak
• Kedua orang tua secara fitrah mencintai anak
dan akan tumbuh perasaan-perasaan kejiwaan
dan cinta kasih seorang ayah untuk menjaganya,
menyayangi, merindukan dan memperhatikan
urusannya.
• Jika tidak  punah keberlangsungan (spesies)
manusia di bumi
• Allah menjadikan anak-anak itu terkadang sebagai
hiasan kehidupan
QS. Al-Kahfi (18):46)
“harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia”

• Anak adalah suatu nikmat yang agung yang harus


disyukuri
QS. Al-Isra’ (17):6
“…Dan kami membantumu dengan harta
kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan
kamu kelompok yang lebih besar”
• Anak sebagai penyejuk mata jika mereka
berjalan pada jalannya orang-orang yang
bertakwa
QS. Al-Furqan (25): 74
“ Dan orang-orang yang berkata ‘Ya Rabb
kami, anugerahkanlah kepada kami istri
istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang orang yang
bertakwa’ “
Cinta kepada Anak adalah Anugerah
Allah kepada Hamba
• Allah menanamkan rasa kasih sayang pada anak
di hati para orang tua untuk mendidik anak dan
mempersiapkan mereka memperoleh hasil yang
terbaik dan pengaruh yang besar.
• Hati yang tidak memiliki kasih sayang akan
membuahkan sifat keras dan kasar.
• Hal tersebut menimbulkan perilaku-perilaku
menyimpang pada anak-anak, membawa pada
dekadensi moral, kebodohan, dan kesusahan.
“Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak
menyayangi yang masih kecil dan yang
menghormati yang sudah tua”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi

• Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-


Mufrad, Abu Hurairah berkata “Datanglah seorang
lelaki kepada beliau dengan membawa anak kecil,
kemudian beliau memeluknya dan bersabda
‘Apakah kamu menyayanginya?Allah lebih sayang
kepadamu daripada sayangmu kepada anakmu.
Dan dia lebih mengasihi dari orang-orang yang
mengasihi’.”
• Aisyah berkata, “Ada seorang arab badui datang
kepada beliau kemudian berkata, ‘apakah kalian
sering mencium anak-anak kalian?Kami tak
sekalipun menciumi mereka.’ Maka Nabi bersabda
‘Apakah engkau menghendaki jika Allah mencabut
rasa kasih sayang dari hati kalian?’” (HR.Bukhari)

• Abu Hurairah berkata, “Rasulullah mencium


cucunya, Hasan bin Ali, sedangkan di sisi beliau
ada Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimiy yang sedang
duduk. Aqra’ berkata, ‘Aku mempunyai sepuluh
orang anak, tapi aku tak pernah sekalipun
mencium mereka.’ Kemudian Nabi menoleh
kepadanya dan bersabda, ‘Barangsiapa yang tidak
menyayangi, dia tidak akan disayangi!’”
Membenci Anak Perempuan adalah
Perbuatan yang terkutuk
• Agama Islam dengan seruannya yang satu, adil,
dan universal tidak pernah membedakan cara
bermuamalahnya yang santun antara laki-laki
dan perempuan
“….Berlakulah secara adil, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa…” (QS. Al-Maidah (5): 8)
• Berpijak dari perintah Al-Qur’an dan arahan
hadits nabi di atas, maka para orang tua
menerapkan prinsip keadilan, kesamaa,
kecintaan, interaksi, dan perlakuan kasih sayang
tanpa membedakan antara laki-laki dan
perempuan.
• Jika didapati hal tersebut maka sebabnya bisa
jadi kembali kepada lingkungan yang rusak yang
diserap dari kebiasaan jahiliyah
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan, lhitamlah (merah
padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan atau akan menguburkannya ke
dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS.An-Nahl
(16):58-59)
• Dikisahkan, ada seorang pemimpin yang dipanggil Abu Hamzah. Ia
menikahi seorang wanita yang sangat berharap mendapatkan
keturunan laki-laki darinya. Ternyata istrinya melahirkan anak
wanita. Kemudian ia pergi meninggalkan istri menuju rumah lain
yang bukan rumahnya. Setelah berlalu setahun, wanita itu (istri Abu
Hamzah) terlihat mendendangkan beberapa bait syair

Mengapa Abu Hamzah tidak datang kepada kita


Tinggal di dalam rumah yang bukan rumah kita
Marah karena kita tidak melahirkan anak laki-laki
Demi Allah itu bukan kuasa kami
Kita hanya mengambil apa yang telah diberikan kepada kami

Kemudian bergegaslah sang suami itu masuk ke rumahnya setelah


menerima pelajaran berharga dari istrinya tentang keimanan, keridhaan,
dan tetap yakin. Kemudian ia mencium kening istrinya dan anak
perempuannya. Ia ridhai apa yang menjadi pemberian Allah yang telah
ditentukan untuknya
• Rasulullah SAW mencabut akar-akar kejahiliyahan yang
mendiskriminasikan anak perempuan daripada anak laki-laki.
Beliau juga memerintahkan kepada para orang tua dan pendidik
untuk berbuat baik kepada para wanita, menjaga mereka dan
menegakkan urusan mereka supaya merekan masuk jannah dan
mendapatkan keridhaan Allah. Selanjutnya supaya pendidik anak
wanita bisa terealisasi dengan baik sesuai keridhaan Allah dan
perintah islam.
• Rasulullah SAW bersabda
• “Barangsiapa yang memelihara dua anak wanita hingga
keduanya dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat dan
jarak aku dan dirinya seperti ini -beliau menggenggamkan jari
jemarinya-” (HR. Imam Muslim)
Keutamaan Orang yang Tabah dalam
Menghadapi Kematian Anak
• Saat seorang muslim berada pada puncak keimanan dan memiliki
keyakinan yang paling tinggi, mengimani ketetapan Allah yang baik
atau buruk itu benar datangnya adalah dari Allah, maka akan
menjadi kecillah berbagai peristiwa di hadapannya. Jika demikian
maka menjadi ringanlah musibah-musibah yang menimpanya. Ia
berserah diri kepada Allah, hatinya merasa tenang, raganya akan
ringan karena kesabarannya menerima musibah, ridha kepada
Allah, dan tunduk menerima ketentuan-ketentuan-Nya.
• Dari inilah Nabi kita mengabarkan bahwa siapa saja yang
kehilangan anak (meninggal) kemudian ia bersabar dan beristirja’
(mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un), maka Allah akan
membangunkan sebuah rumah baginya di jannah yang diberi nama
Baitul Hamdi (istana kesyukuran)
• Diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari hadits
Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Apabila ada anak dari seorang hamba telah meninggal dunia maka
Allah berkata kepada para malikat, ‘Kalian telah mencabut nyawa
anak hamba-Ku?’ Para malaikat menajwab ‘Ya’. Allah bertanya,
‘Apa yang dilakukan hamba-Ku?’ ‘Ia memuji-Mu dan beristirja’
jawab para malaikat. Allah berfirman, ‘Bangunkan sebuah rumah
di jannah untuk hamba-Ku itu dan berilah nama ia Baitul
Hamdi’.”
• Seorang anak yang meninggal di waktu kecilnya
akan memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya
di hari kiamat.
“Tidaklah dua orang muslim (orang tua) yang
memiliki tiga anak lalu meninggal dunia sebelum
sampai umur balig, kecuali mereka (anak-anak
itu) akan didatangkan pada hari kiamat nanti
sehingga tatkala mereka sudah berada di depan
pintu jannah, dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah
kalian ke dalam Jannah.’ Mereka menjawab, ‘Kami
tidak akan masuk kecuali bersama orang tua
kami.’ Maka dikatakan, ‘Masuklah kalian bersama
orang tua kalian’.” (HR.Imam At-Thabrani)
• Jika keimanan kepada Allah terpatri di dalam hati para orang
tua, maka ia akan melahirkan keajaiban karena akan
mengubah kelemahan menjadi kekuatan, pengecut menjadi
pemberani, dari kekikiran dan kebakhilan menjadi
kedermawanan, dan dari kegelisahan menjadi ketabahan.
• Alangkah baiknya orang tua menjaga keimanan dan
memelihara keyakinan hingga disaat ujian mendera ia tidak
akan terguncang dan jika ia ditinggal mati oleh anaknya, ia
akan berkata dalam dirinya, “Hanya kepunyaan Allah sajalah
apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan semuanya
di sisi-Nya memiliki ketentuan yang telah pasti, hendaklah
bersabar dan tabah.” Sehingga ia mendapat balasan dan
pahala dari Dzat yang memiliki
Memprioritaskan urusan islam daripada
kecintaan kepada anak
• Imam asy-syahid Hassan al-Banna pernah
menyampaikan saat beliau menginspeksi para pemuda
yang berdakwah kepada Allah setiap kejadian dan
kondisi. Saat beliau hendak keluar untuk urusan
tersebut,anaknya yang bernama saiful islam jatuh sakit
keras yang hampir merenggut nyawanya. Maka
berkatalah sang istri kepada beliau,”sekiranya engkau
bisa menyempatkan sejenak bersama kami dan duduk
disamping anakmu yang sedang sakit.” Beliau menjawab
sambil membawa tas di tangannya,”Jika Allah
menganugerahi kesembuhan kepada anakku maka
segala puji bagi Allah atas pemberian-Nya,tapi jika ia
ditakdirkan untuk mati maka kakekknya lebih
mengetahui jalan ke kubur.”
Sanksi dan isolasi terhadap anak dan
manfaatnya terhadap pendidikan
• Agama islam memiliki cara khusus dalam perbaikan
dan pendidikan
1. Seandainya dengan cara lembut telah memberikan
manfaat cukup dengan nasehat.
2. Seorang pendidik tidak boleh menyegerakan pola
kekerasan, tetapi jika pola ancaman dan kekerasan
memberikan manfaat maka tetap tidak boleh
sampai ada pemukulan.
3. Apabila keduannya tidak membuahkan hasil,
maka tidak mengapa melakukan pemukulan tanpa
menyakiti.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat
apabila mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan
apabila mereka telah berusia sepuluh tahun
maka pukulah mereka ( Jika tidak mau
melaksanakan sholat) dan pisahkanlah tempat
tidur mereka.”
• Mendidik anak dilakukan pada saat usia anak-
anak dan pubertas.
• Jika masuk usia remaja dan menuju masa
dewasa cara perbaikan dan pendidikannya
berbeda.
Terima Kasih

Wassalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai