Anda di halaman 1dari 13

Kurva Disosiasi

Hemoglobin-Oksigen
 Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen adalah ilustrasi kepada hubungan antara
kadar saturasi hemoglobin (percent saturation of hemoglobin) dengan
tekanan parsial oksigen.
 Tekanan parsial oksigen merupakan faktor penting dalam menentukan
kuantitas oksigen yang berikatan dengan hemoglobin. Semakin tinggi tekanan
parsial oksigen maka semakin banyak oksigen yang berikatan dengan
hemoglobin.
 Apabila hemoglobin yang tereduksi (reduced hemoglobin) ditukar sepenuhnya
kepada oxyhemoglobin, maka hemoglobin dikatakan sebagai tersaturasi penuh
 Kurva disosiasi oksihemoglobin
terdiri dari dua bagian kurva, yaitu
bagian curam (PO2 0-60 mmHg)
dan bagian mendatar (PO2 >60
mmHg). Perbedaan dua bagian ini
adalah pada bagian kurva curam
perubahan kecil pada PO2
menghasilkan perubahan besar
pada saturasi oksigen. Sebaliknya,
pada bagian kurva yang mendatar,
perubahan besar pada PO2 hanya
menghasilkan perubahan kecil
pada SaO2.
 Kurva disosiasi oksihemoglobin juga dibagi menjadi bagian asosiasi dan bagian
disosiasi. Penggabungan oksigen dan hemoglobin terjadi di paru dimana PO2
meningkat dari 40 mmHg pada pembuluh darah vena menjadi 100 mmHg.
Oleh karena akhir dari proses ini adalah masuknya oksigen ke dalam darah
yang terjadi pada fase kurva yang mendatar, maka bagian ini sering disebut
juga bagian asosiasi. Sebaliknya, bagian curam kurva ini sering disebut juga
bagian disosiasi, karena merupakan kurva bagian akhir pelepasan oksigen yang
terjadi ketika PO2 turun dari 100 mmHg menjadi 40 mmHg pada kapiler
sistemik.
 Kadar saturasi hemoglobin adalah saturasi rata-rata hemoglobin yang
berikatan dengan oksigen. Sebagai contoh, jika dua molekul oksigen yang
berikatan dengan satu molekul hemoglobin, maka disebut kadar saturasi
oksigen adalah 50%, karena satu molekul hemoglobin bisa mengikat 4 molekul
oksigen.
 Pada kondisi normal, darah arteri memasuki jaringan-jaringan tubuh dengan
tekanan parsial oksigen 95 mmHg dan saturasi hemoglobin yang melebihi 97%.
Aliran balik vena daripada jaringan pula mempunyai tekanan oksigen sebesar
40 mmHg dengan saturasi hemoglobin 75-80%
 Walaupun tekanan parsial oksigen merupakan faktor yang penting dalam
menentukan kadar saturasi hemoglobin, terdapat beberapa faktor lain yang
juga mempengaruhi afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Faktor-faktor ini
akan memberikan dampak terhadap kurva disosiasi hemoglobin-oksigen secara
keseluruhan dengan menyebabkan kurvanya bergeser ke arah kiri (afinitas
meningkat) atau ke arah kanan (afinitas berkurang).
 Faktor-faktor tersebut adalah keasaman (pH), tekanan parsial karbon dioksida
dan zat 2,3-diphosphoglycerat (2,3-DPG)
 Saat pH darah menurun, kurva disosiasi hemoglobin-oksigen akan bergeser ke
kanan, menunjukkan bahawa hemoglobin kurang tersaturasi walaupun berada
di tekanan parsial oksigen tinggi. Perubahan ini dinamakan sebagai Borh
effect, dimana hemoglobin bertindak sebagai buffer. Borh effect berkerja
dengan kedua-dua cara yaitu; peningkatan ion H+ dalam darah akan
menyebabkan oksigen terlepas dari hemoglobin, dan oksigen yang berikatan
dengan hemoglobin akan menyebabkan ion H+ terlepas dari hemoglobin.
 Apabila produksi asam metabolit (asam laktat dan asam karbonat) dan CO2
jaringan meningkat keasaman darah akan meningkat lalu terjadinya asidosis
yang menyebakan kurva disosiasi bergeser ke kanan. Maka, afinitas
hemoglobin terhadap oksigen melemah, menyebabkan oksigen senang
terlepas daripada hemoglobin dan masuk ke jaringan.
 Karbon dioksida memiliki sifat asam. Maka, apabila ia berikatan hemoglobin,
akan terjadi dampak yang sama pada kurva disiosiasi (kurva begeser ke
kanan). Pada kondisi tekanan parsial karbon dioksida meningkat, hemoglobin
akan lebih mudah untuk melepaskan oksigen. Tekanan parsial karbon dioksida
dan pH darah merupakan faktor yang terkait karena pH darah yang rendah
(keasaman) adalah pengaruh dari peningkatan tekanan parsial karbon
dioksida. Maka, peningkatan tekanan parsial karbon dioksida akan
menyebabkan kurva disiosiasi bergeser ke kanan
 2,3-diphosphoglycerat (2,3-DPG) adalah bahan yang terdapat di dalam sel
darah merah yang berfungsi untuk menurunkan afinitas hemoglobin terhadap
oksigen, lalu membantu pelepasan oksigen daripada hemoglobin. 2,3-DPG
diproduksi di dalam sel darah merah dan ia merupakan hasil daripada proses
glikolisis, yaitu pemecahan glukosa untuk menghasilkan adenosine
triphosphate, ATP (Tortora dan Derickson, 2006). Produksi 2,3- DPG akan
meningkat apabila terjadinya desaturasi hemoglobin seperti hipoksia, gagal
jantung atau anemia
 Peningkatan intaselular 2,3-DPG akan menyebabkan kurva disosiasi bergeser
ke kanan dan menyediakan mekanisme kompensasi yang bagus untuk anemia
kronis dan hipoksia. Metabolisme 2,3-DPG juga dipengaruhi oleh asidosis atau
alkalosis sistemik. Perubahan awal berupa pergeseran kurva disosiasi ke kanan
pada pasien asidosis akan diperbaik dalam batas waktu 12-36 jam seterusnya
berupa pengurangan kadar 2,3-DPG. Maka, Bohr effect akan dibalikkan oleh
kadar 2,3-DPG yang rendah dan menyebabkan kurva disosiasi kembali menjadi
normal.
 Selain itu, terdapat satu lagi kondisi yang bisa mempengaruhi kurva disosiasi
hemoglobin-oksigen yaitu hipoksia. Salah satu penyebab hipoksia adalah
peningkatan kadar saturasi karbon monoksida,CO darah. Pada kondisi hipoksia
yang disebabkan oleh peningkatan kadar CO, kurva disosiasi akan mengalami
pergeseran ke kiri akibat dari terbentuknya carboxyhemoglobin. Pergeseran
kurva disosiasi ke kiri akan meningkatkan afinitas daripada hemoglobin
terhadap oksigen dan menyebabkan lebih sedikit kadar oksigen yang dihantar
ke jaringan.

Anda mungkin juga menyukai