EPKB – 418
2) Disain
A. Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
a. Persiapan
Suatu kegiatan yang melitputi pengadaan peta situasi dan
peta rencana pengembangan, pembuatan daftar
pertanyaan dan tabel, baik untuk pelaksanaan lapangan
maupun tabulais dan pengolahan data
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data primer dan data skunder meliputi :
1. Data primer sifat fisik dan kimia tanah, nilai ekonomi
investasi alam dan tanaman di lokasi, daftar nama
peternak dan kesediaan peternak, luas serta jenis vegetasi
di areal itu dan pembuatan peta lokasi
1) Survey dan Investigasi
2. Data skunder yang dikumpulkan digunakan untuk
menunjang data-data primer dan memberikan
gambaran yang lebih lengkap terhadap areal
lokasi. Data skunder meliputi pola usaha ternak,
analisis usaha peternak, penyediaan sarana
produksi ternak (sapronak) serta luas lahan.
■ Umumnya diperlukan pula data mengenai
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dari Badan Pertanahan (BPN) setempat atau
dari instansi Badan Perencana (Bappeda)
untuk mengetahui peruntukan lahan saat ini
dan di masa yang akan datang.
1) Survey dan Investigasi
d. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan untuk menyusun dan mengumpulkan
hasil kegiatan ini dalam suatu bentuk laporan yang
mudah dibaca dan diketahui oleh semua pihak yang
akan memanfaatkan laporan tersebut.
2) D i s a i n
a. Pengukuran
■ Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan
alat ukur kawasan berupa Theodolite seperti T0 ,
T1 , atau T2 langsung di lapangan oleh juru ukur
yang ahli di bidangnya dan akan menghasilkan
‘buku ukur’.
■ Pengukuran dilaksanakan untuk mendapatkan
minimal luas lokasi pengembangan, keliling lokasi
atau row-meting, ketinggian atau countur lahan,
penggunaan areal dan lainnya sesuai keperluan
2) D i s a i n
b. Pemetaan
■ Berdasarkan buku ukur dan tujuan pengukuran
dilaksanakan pembuatan gambar berupa luas
kawasan, keliling kawasan, kontur, dan
tataguna kawasan.
■ Gambar itu mempunyai arah mata angin,
skala yang pasti, gambaran letak sungai / guntung
atau kawasan konservasi yang mungkin
terdapat di lokasi itu
2) D i s a i n
c. Pembahasan
1.Pemilihan lokasi
■ Berdasarkan survey dan investigasi dapat ditentukan
lokasi yang tepat bagi pembangunan dan pengembangan
areal PGPR di suatu daerah.
■ Setelah satu atau beberapa lokasi terpilih, diminta kepada
aparat terkait (mis. Pemda atau Pemkab) untuk mengeluarkan
Surat Keputusan (SK) untuk pembukaan lahan tersebut
sehingga kedudukan hukumnya lebih kuat.
■ Surat Keputusan (SK) umumnya diterbitkan setelah
mendapat pertimbangan Dinas-dinas terkait, misalnya, Dinas
Kehutanan, Perkebunan, Bappeda, Dinas Pertanian maupun
Dinas Peternakan setempat.
B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
2. Penetapan Luasan
■ Setelah ‘buku ukur’ selesai dibuat, dapat
ditetapkan luas areal pembangunan atau
pembukaan lahan yang sebenarnya.
(Kelas-2).
Lapisan tanah agak dalam, dengan hambatan ringan berupa
drainase, unsur hara, keadaan fisik tanah, kepekaan terhadap
erosi atau kombinasi faktor-faktor tersebut. Kondisi topografi
berombak (0°– 5°) atau bergelombang (5°– 12°) .
Pemanfaatannya semi-intensif dengan
potensi 0.6 – 0.8 ST per ha.
B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
4. Pengolahan Tanah
■ Tujuannya adalah untuk mempersiapkan
media tumbuh yang optimum bagi HMT
■ Pengolahan tanah menyangkut pengertian:
a. membersihkan tanah dari tumbuhan
pengganggu (weeds)
b. menjamin perkembangan sistim perakaran
tanaman yang sempurna
c. memperhatikan kelestarian kesuburan
tanah dan persediaan air.
B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
c. Penggaruan (harrowing)
Penggaruan adalah penggemburan tanah yang
dilakukan melalui penghancuran
bongkahan-bongkahan besar tanah menjadi
struktur yang lemah dan sekaligus
membebaskan tanah dari sisa-sisa
perakartan tumbuh-tumbuhan liar.
B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
d. Penanaman
■ Penanaman dapat dimulai setelah jatuh hujan
pertama apabila telah tersedia bibit jenis HMT
yang akan ditanam.
■ Cara penanaman yang paling praktis
untuk tanah yang luas adalah dengan penyebaran
biji. Atau dengan stek, sobekan rumpun (pols),
atau potongan-potongan stolon dan rhizoma.
■ Untuk daerah berlereng/miring, dilakukan
dengan penanaman jalur sepanjang
(sesuai kontur lahan)
B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
e. Pemupukan
■ Pemberian pupuk kandang atau kompos akan
sangat bermanfaat bagi kondisi fisik tanah
melalui perbaikan struktur tanah.
■ Pemupukan dapat dilakukan setelah selesai
penanaman dengan cara :
(a). Disebar di atas permukaan tanah
(b). Di tanam dalam baris-baris selokan (larikan)
lalu ditimbun tanah, atau
(c). Ditanam dalam lubang di sekitar rumpun
tanaman rumput atau legum
B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal
1. Pagar
■ Pagar berfungsi sebagai alat pengaman yang
membatasi ruang gerak ternak agar tidak keluar
dari areal penggembalaan.
■ Dapat berupa pagar keliling atau pagar sekat
‘paddock’ di dalam areal penggembalaan
■ Konstruksi pagar harus kuat dab tahan terhadap
gangguan gerakan ternak. Pada umumnya bagian
pagar terdiri atas kaitan kawat berduri dengan
tonggak-tonggak kayu gergaji atau tonggak dari
pohon hidup seperti Gamal.
C. Sarana Pendukung Padang Penggembalaan
2. Sumber Air
■ Sumber air merupakan kebutuhan utama dalam
pembuatan padang penggembalaan atau
padang rumput.
■ Ada bermacam sumber air, antara lain sungai yang
mengalir, sumur biasa, sumur bor atau waduk.
■ Agar lahan kering mampu menahan air
(mengurangi aliran permukaan = run off),
umumnya dibuat lubang-lubang kecil di dalam
tanah dengan menggunakan bor penggali tanah
‘eccentric disk’ (cakram khusus) kemudian ditutup
dengan dedaunan kering atau pupuk kompos.
Manajemen Padang Gembala dan Padang Rumput
Sungai Tanah
dan sebagainya
Ternak
■ Range :
Suatu wilayah atau dataran yang luas, ditumbuhi oleh
vegetasi asli umumnya berproduksi rendah,
tidak berpagar dan digembalai oleh ternak atau satwa
liar/binatang buruan. Umumnya kesuburan tanah rendah,
curah hujan rendah, drainase jelek, permukaan tanah
kasar, terletak di ketinggian sehingga sulit diberi
pengairan atau tidak cocok untuk tanaman pangan.
Sering disebut padang rumput atau
padang penggembalaan alam.
■ Pasture :
Umumnya merupakan suatu wilayah yang
telah dipagari dan ditanami hijauan unggul dan dikelola
untuk tujuan peternakan. » Kebun rumput.
Definisi - definisi
■ Ranch :
Suatu bentuk usaha yang diarahkan untuk budidaya
ternak, keadaan padang rumput alami dan
menekankan sumber HMT tersebut sebagai
makanan utama. Sering disebut sebagai ladang
ternak, sedangkan ‘ranching’ diartikan sebagai
perladangan ternak.
Range Management :
Ialah ilmu dan seni dalam memproduksi hijauan
‘range’ secara maksimal dan berkesinambungan
tanpa merusak sumberdaya alam dan manfaat lahan.
Definisi - definisi
■ Pasture Management :
Ialah ilmu dan seni dalam memproduksi hijauan
‘pasture’ secara maksimal dan berkesinambungan
tanpa merusak sumberdaya alam
dan manfaat lahan.
■ Grazing :
Dapat berarti suatu cara penyajian makanan
dengan cara digembalakan atau
aktivitas ternak memakan rumput.
Tipe Pastura dan Karakteristiknya
■ 1. Permanen (Permanent Pasture)
Pastura permanen adalah sebidang lahan
yang dibudidayakan untuk padang penggembalaan
dalam jangka waktu yang sangat lama
(tidak diremajakan lagi).
■ Peremajaan terhadap vegetasi HMT biasanya
setelah 10 tahun bilamana diperlukan. Pastura ini
dalam banyak hal akan mengalami kemunduran
berupa pemadatan lapisan atas tanah (penyerapan
hara terganggu karena padatnya tanah), aerasi tanah
menurun, timbul jenis tumbuhan yang tidak
dikehendaki (gulma) yang dapat merusak pastura itu
sehingga memerlukan peremajaan.
Tipe Pastura dan Karakteristiknya