Anda di halaman 1dari 36

Presentasi Thesis

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap tentang


Komunikasi Bahaya terhadap Kondisi
Kesehatan Petugas Pengambil Sampel dan
Petugas Laboratorium di BK3 Samarinda

Oktofa Setia Pamungkas, S.T


25010315410033
Latar Belakang 1
Upaya peningkatan Pencegahan dan pengurangan
produktifitas barang dan jasa kecelakaan/sakit akibat kerja
memerlukan penekanan dilakukan dengan menerapkan
angka kecelakaan kerja/sakit sistem manajemen keselamatan
akibat kerja. dan kesehatan kerja (SMK3).

Hal ini sesuai dg Penerapan SMK3 menyebutkan


bahwa komunikasi dalam hal ini
Permenaker RI No. 5 Th
komunikasi kesehatan dan
1996 ttg Sistem
keselamatan kerja merupakan
Manajemen Kesehatan bagian dari kegiatan pendukung
dan Keselamatan Kerja (Carr and Henry, 1998).
Latar Belakang 2
Program SMK3 harus
Pelaksanaan program
dikomunikasikan dg semua
komunikasi bahaya menjadi
pihak yg terkait spy
kewajiban setiap perusahaan
membawa dampak yg
(UU no 1 th 1970 dan UU no 23 th
optimal. Salah satunya
2009).
adalah komunikasi bahaya.

Hasil dari komunikasi adalah


pengetahuan dan sikap yang Komunikasi bahaya
nantinya akan membentuk bertujuan menginformasikan
perilaku aman terkait dg resiko bahaya yg dihadapi
resiko kerja yg dihadapi pekerja.
pekerja.
Latar Belakang 3
BK3 Samarinda memiliki wewenang
Resiko bahaya terdapat pada melaksanakan pelayanan teknis
semua jenis pekerjaan, tidak pengujian dan pengukuran,
terkecuali bidang kerja yg perekayasaan dan penerapan teknologi,
pelatihan, fasilitas tempat uji kompetensi
mjd ranah tugas BK3
(TUK), pengelolaan data dan sertifikasi
Samarinda. profesi serta pelayanan konsultasi,
promosi dan pemasaran dibidang K3.

Bidang kerja yang memiliki


Dengan faktor bahaya
resiko kerja tinggi adalah
meliputi bahaya fisika dan
petugas pengambil sampel
kimia.
dan petugas laboratorium.
Latar Belakang 4
Kelemahan tsb diantaranya tidak
BK3 Samarinda telah
dilaksanakan dg rutin,
merancang dan
pelatihan/training yg diberikan
melaksanakan program
lebih menitik beratkan pada
komunikasi bahaya tetapi
sample handling, SOP dan
masih terdapat kelemahan2.
MSDS tdk lengkap .

Gambaran program
komunikasi bahaya yg spt itu Dari segi manusianya, masih
tentu secara signifikan banyak pekerja yang
menentukan tingkat meremehkan keselamatan diri
pengetahuan dan sikap saat pengambilan sampel .
pekerja.
Latar Belakang 5
Telah banyak kasus Resiko selalu ada dalam setiap
dilaporkan terkait dengan jenis pekerjaan. Resiko tidak
kecelakaan kerja atau sakit bisa dihilangkan atau dibiarkan,
akibat kerja yang dialami resiko dapat dikelola untuk
oleh petugas pengambil meminimalisir dampak buruknya
sampel dan petugas terhadap keselamatan dan
laboratorium. kesehatan pekerja.

Berdasarkan pada pemaparan di atas,


peneliti bermaksud untuk menganalisis
pengaruh antara pengetahuan dan sikap
tentang komunikasi bahaya (hazard
communication) terhadap kesehatan pekerja
pengambil sampel dan pekerja laboratorium
di Balai K3 Samarinda.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengetahuan pekerja pengambil sampel
dan pekerja laboratorium di BK3 Samarinda tentang
komunikasi bahaya?
2. Bagaimanakah sikap pekerja pengambil sampel dan
pekerja laboratorium di BK3 Samarinda tentang komunikasi
bahaya?
3. Bagaimanakah pengaruh tingkat pengetahuan tentang
komunikasi bahaya dengan kesehatan pekerja pengambil
sampel dan pekerja laboratorium di BK3 Samarinda?
4. Bagaimanakah pengaruh sikap tentang komunikasi bahaya
dengan kesehatan pekerja pengambil sampel dan pekerja
laboratorium BK3 Samarinda?
Tujuan Penelitian
• Tujuan umum penelitian adalah untuk
mendapatkan gambaran komunikasi
bahaya di BK3 Samarinda dan
pelaksanaannya.

• Tujuan khusus penelitian dirinci sebagai


berikut;
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang
komunikasi bahaya pada petugas pengambil
sampel dan petugas laboratorium di Balai K3
Samarinda.

2. Untuk mengetahui sikap tentang komunikasi


bahaya pada petugas pengambil sampel dan
petugas laboratorium di Balai K3 Samarinda.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat
pengetahuan tentang komunikasi bahaya
dengan kondisi kesehatan petugas pengambil
sampel dan petugas laboratorium di BK3
Samarinda.

4. Untuk mengetahui pengaruh antara sikap


tentang komunikasi bahaya dengan kondisi
kesehatan petugas pengambil sampel dan
petugas laboratorium di BK3 Samarinda
Manfaat Penelitian
• Bagi BK3 Samarinda. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat memperoleh gambaran
program komunikasi bahaya, efektifitas
pelaksanaannya, tingkat pengetahuan dan
sikap serta kondisi kesehatan pekerjanya.
Data hasil penelitian selanjutnya dapat
dipergunakan untuk mengoreksi dan
memperkuat program pengenalan resiko
bahaya di Balai K3 Samarinda.
• Bagi Program magister. Penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi bagi penelitian
berikutnya sehingga menjamin
berkembangnya ilmu pengetahuan.
• Bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat
memberi gambaran tentang pengetahuan
dan sikap pekerja terkait dengan komunikasi
bahaya serta pengaruhnya terhadap kondisi
kesehatan pekerja pengambil sampel dan
pekerla laboratorium di Balai K3 Samarinda
Keaslian Penelitian
Judul Peneliti Metode Hasil
Pengaruh Pengetahuan Tentang Munthe, Nony Desi Pretes-postest non Perbedaan signifikan kondisi
Komunikasi Bahaya Terhadap (2012) equivalen control pra dan pasca karena efek
Pencegahan Kecelakaan Kerja group design intervensi (p=0,015)
Pada Penderes

Analisis Pengaruh Persepsi, Agiviana, A.P (2015) Random sampling Perilaku Keselamatan 56,1%
Pengetahuan, Sikap Dan Tempat dipengaruhi oleh persepsi,
Kerja Terhadap Perilaku sikap, pengetahuan, dan
Keselamatan Karyawan (Studi tempat kerja. Sedangkan
Pada Pt. Mulia Glass Container 43,9% sisanya dipengaruhi
Division) oleh variabel lain.

Pengaruh Pengetahuan Teja, Made Bayu S Nonprobability Terdapat korelasi positif


Keselamatan (2015) sampling. Data diolah tetapi rendah antara
Dan Kesehatan Kerja Terhadap dengan analisis pengetahuan K3 dengan
Perilaku regresi perilaku pekerja (r=0,262)
Pekerja Konstruksi Pada Proyek
Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai
– Benoa
Judul Peneliti Metode Hasil
Hubungan Antara Faktor Suyono, K.Z dan Cross sectional Faktor
Pembentuk Budaya Nawawinetu, E.D pembentuk budaya
Keselamatan Kerja Dengan (2013) keselamatan yang memiliki
Safety Behavior Di PT Dok hubungan kuat dengan safety
Dan Perkapalan Surabaya Unit behavior yaitu komunikasi (c
Hull Construction = 0,414) dan
lingkungan sosial pekerja (c
= 0,477).
Analisis Keselamatan Kerja Putra. Makmuri. Hazard and Resiko tertinggi berasal dari
Menggunakan Metode Zahri (2015) Operability sumber hazard “Sikap
Hazard Operability Pekerja”
(Studi Kasus Pt Arwana
Anugerah Keramik)
Occupational Health Risk Among Rastogi. Pandey. Cross sectional Prevalensi morbiditas pada
Industrial Worker Tripathi (2008) pekerja yang terpapar lebih
tinggi secara signifikan dari
pada kelompok kontrol
(40.1% vs. 19.6%).
Pengaruh Sikap Pengetahuan Asmara (2012) Task Risk Analysis Tingkat Risiko Very High
Keselamatan Kerja Dan Iklim (4,5%), Priority 1 (6,7%),
Keselamatan Kerja Terhadap Substantial (47,2%), Priority 3
Perilaku Keselamatan Pada 25 (28,1%), Dan Acceptable
Karyawan Produksi Pt. Semen Sebanyak 12 (13,5%).
Indonesia (Persero) Tbk
Judul Peneliti Metode Hasil
The Link Between Fatigue Williamson, et.al Analisis kualitatif Kelelahan memiliki
And Safety (2011) hubungan tak langsung
dengan kejadian
kecelakaan kerja.
Pengaruh Perilaku Bahaya Silaban, J. Cross sectional Perilaku bahaya kerja
Kerja Terhadap Risiko (2015) berpengaruh secara
Kejadian Kecelakaan Kerja signifikan terhadap
Pada Pekerja
risiko kejadian
Di Pt Subur Sari
Lastderich (Ssl) kecelakaan kerja
Humbang Hasundutan (p=0,00)
Tahun 2015
Risk Management in The Njoroge, S.W CLSI documents Laboratorium harus
Clinical Laboratory and James EP23-A proaktif dalam
Nichols (2015) meminimalkan potensi
bahaya dengan
mengembangkan QCPs
untuk mendeteksi
bahaya spesifik yang
dihadapi oleh analis.
Ruang Lingkup
• Waktu
• Penelitian ini dilakukan pada bulan
September 2016 sampai bulan Desember
2016 dengan fokus penelitian adalah
pengetahuan dan sikap komunikasi
bahaya terhadap kondisi kesehatan
petugas pengambil sampel serta petugas
laboratorium
• Tempat
• Penelitian akan dilaksanakan di Balai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (BK3)
Samarinda
• Materi

• Materi penelitian adalah tingkat pengetahuan dan sikap


petugas pengambil sampel, petugas laboratorium terkait
dengan komunikasi bahaya di bidang kerja serta
pengaruh tingkat pemahaman dan sikap tersebut
dengan kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan disini
secara spesifik dibatasi menjadi kondisi kesehatan
akibat paparan bahaya fisik (kebisingan) dan akibat
paparan bahaya kimia (debu, CO, NO, H2S)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
• Secara ringkas bab 2 dalam proposal ini berisi;
• A. Tinjauan Umum K3
• A.1 Kesehatan Kerja
• A.2 Masalahan Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya

• B. Tinjauan Umum Komunikasi Bahaya


• B.1 Pengertian Komunikasi
• B.2 Aspek Komunikasi
• B.3 Proses Komunikasi
• B.4 Bentuk Komunikasi
• B.5 Komunikasi Bahaya
• B.6 Komunikasi dan Keselamatan
• C. Aspek Pengetahuan Pekerja tentang Komunikasi
Bahaya
• C.1 Definisi Pengetahuan
• C.2 Faktor yg Mempengaruhi Pengetahuan

• D. Aspek Sikap Pekerja tentang Komunikasi Bahaya


• D1. Karakteristik Sikap

• E. Resiko Faktor Fisika


• F. Resiko Faktor Kimia
Bab 3 Kerangka Konsep
• Variabel bebas berupa pengetahuan
pekerja tentang komunikasi bahaya dan
sikap pekerja tentang komunikasi bahaya.
Data pengetahuan dan sikap didapatkan
melalui angket.
• Variabel terikat berupa kondisi kesehatan
pekerja. Variabel terikat dibatasi pada
paparan faktor bahaya fisika dan kimia.
• Parameter faktor bahaya fisika yang
diobservasi efeknya yaitu kebisingan,
diukur dengan pengukuran audiometri.
• Sedangkan untuk faktor bahaya kimia,
parameter yang diukur adalah debu, CO,
NO dan H2S.
• Efek faktor kimia diukur melalui
pengukuran spirometri.
• Data kemudian dianalisis dengan Analisis
baku mutu sesuai dengan Permenaker RI
Nomor Per.25/Men/XII/2008.
Kerangka Konsep

Tinggi
Komunikasi Aspek
bahaya pengetahuan Sedang

Rendah

Aspek sikap

Kondisi kesehatan
(gangguan pendengaran
Positif
dan gangguan
Negatif pernafasan).
Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh antara tingkat


pengetahuan tentang komunikasi bahaya
dengan kesehatan pekerja pengambil
sampel dan pekerja laboratorium.
2. Ada pengaruh antara sikap tentang
komunikasi bahaya dengan kesehatan
pekerja pengambil sampel dan pekerja
laboratorium.
Jenis dan Rancangan Penelitian
• Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan 2 variabel bebas
dan 1 variabel terikat.
• Rancangan penelitian menggunakan
pendekatan cross sectional, dimana
pengukuran variabel dilakukan satu kali
dan dalam satu waktu.
• Hipotesis pengaruh diuji dengan analisis
varian Anava
Populasi dan Sampel
• Objek yang menjadi sampel penelitian
adalah seluruh petugas pengambil sampel
dan petugas laboratorium di BK3
Samarinda yang berjumlah 28 orang
dengan rincian 24 orang petugas
pengambil sampel dan 4 orang petugas
laboratorium.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pengeta- Angket/ Mengisi Tingkat pengetahuan


Ordin
huan tinggi (% capaian:
kuesioner
angket/ku 100% - 76%). al
pekerja tingkat
Tingkat pengetahuan
tentang pengetahu esioner
sedang (% capaian :
komuni- an. tingkat 75% -56%).
kasi
pengetahu Tingkat pengetahuan
bahaya. rendah (% capaian: ≤
an. 55%).
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur

2 Sikap Suatu kesiapan mental Angket/ Mengisi Sikap positif: Ordinal


pekerja yang terasah melalui
kuesioner angket/kuesi Skor akhir > nilai
tentang pengalaman, memberi
komunikasi arahan dan mempengaruhi sikap. oner sikap. tengah skor
bahaya respon individu terhadap maksimal.
suatu fakta atau situasi.
Sikap negatif:
Sikap meliputi perasaan,
pemikiran yang mendasari Skor akhir ≤ nilai
suatu tindakan (Chaiklin, tengah skor
2011). maksimal.
Manifestasi sikap dalam
penelitian ini dilihat dari
respon sampel terhadap
butir item dalam angket
sikap. Angket mengadopsi
model Guttman. Skor
selanjutnya dianalisis dan
diinterpretasi menggunakan
kriteria Arikunto (2006) dan
Purwanto (1998).
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
4 Gangguan Kebisingan adalah bunyi Pengukura Mengukur Tingkat cacat Ordinal
atau suara yang tidak ditentukan dengan
Penurunan n tingkat
dikehendaki yang bersifat mengukur nilai
fungsi mengganggu audiometri daya ambang dengar
pendengara pendengaran dan dapat dengar (Hearing Threshold
menurunkan daya dengar Level = HTL), yaitu
n paparan petugas
seseorang yang terpapar angka rata-rata
Kebisingan (Buchari, 2007). pengambil penurunan ambang
sample dengar dengan dB
Respon kebisingan pada frekuensi 500,
dianalisa dengan 1000, 2000, 4000 Hz.
Peraturan Menteri Tenaga Telinga normal :
Kerja Dan Transmigrasi Pada pemeriksaan
Republik Indonesia audio metrik ambang
Nomor dengar tidak
Per.25/Men/XII/2008. melebihi 25 dB dan
Tentang Pedoman di dalam
Diagnosis Dan Penilaian pembicaraan biasa
Cacat Karena Kecelakaan tidak ada kesukaran
Dan Penyakit Akibat mendengar suara
Kerja. perlahan
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur

5 Gangguan Zat kimia padat terbentuk Pengukur Kelainan Normal : Ordinal


oleh kekuatan mekanis dari FVC % > 80
Penurunan an fungsi paru
benda organik maupun VEP1 % > 80
fungsi paru anorganik yang dapat spirometri (restriktif VEP1/FVC % > 75
paparan terhirup dan mengendap dan
dalam saluran pernafasan
Debu obstruktif
(Suma’mur, 2009;
Sihombing, 2014). atau
campuran)
Resiko bahaya debu
dianalisa dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor
Per.25/Men/XII/2008.Tentan
g Pedoman Diagnosis Dan
Penilaian Cacat Karena
Kecelakaan Dan Penyakit
Akibat Kerja.
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur

6 Gangguan Gas hasil pembakaran Pengukur Kelainan Normal : Ordinal


tidak sempurna yang FVC % > 80
Penurunan an fungsi paru
tidak berwarna, tidak VEP1 % > 80
fungsi paru berbau, tidak mengiritasi spirometr (restriktif VEP1/FVC % > 75
paparan tetapi sangat beracun jika i dan
memasuki sistem
gas obstruktif
peredaran darah manusia
CO (Haryanto, et.al, 2011). atau
campuran)
Resiko paparan gas CO
dianalisa melalui
Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Nomor
Per.25/Men/XII/2008.Tenta
ng Pedoman Diagnosis
Dan Penilaian Cacat
Karena Kecelakaan Dan
Penyakit Akibat Kerja.
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur

7 Paparan Logam berat yang Pengukur  Uji - Kimia darah : Ordinal


merupakan komponen Timbal
logam Pb an kadar kadar timah
gas buang dan dapat (Pb)
menyebabkan keracunan Pb dalam dengan dalam darah > 40
INI sistemik jika terhirup darah Spektro Ug/ dl
(Mardani, et al, 2005). fotomet - hematologi : Hb
DIGANTI Dan
er turun
NO DAN Resiko bahaya paparan pengukur Serapan
H2S Pb dianalisa dengan an Hb Atom
Peraturan Menteri Tenaga (SSA)-
Kerja Dan Transmigrasi nyala
Republik Indonesia  Hb Kit
Nomor
Per.25/Men/XII/2008.Tenta
ng
Pedoman Diagnosis Dan
Penilaian Cacat Karena
Kecelakaan Dan Penyakit
Akibat Kerja.
Penyusunan instrumen Pemilihan responden sebagai
penelitian (angket pengetahuan sampel penelitian
dan angket sikap)

Pengambilan data pengetahuan


dan sikap
validasi dan revisi
instrumen

Analisis data secara deskriptif


Alur
instrumen tervalidasi siap
digunakan sebagai logistik Pelaksa-
penelitian
data tingkat pengetahuan dan
sikap naan
Penelitia
uji pemaparan faktor fisika dan
kimia
analisis
baku mutu
data hasil
analisis
n

uji pengaruh

Kesimpulan
Jadwal Penelitian
S
N D J F
e O
J J Ag o e a e
p kt Ma
u ul us v s n b
t 2 ret
Kegiatan ni i t 2 2 2 2
2 0 201
20 20 20 0 0 0 0
0 1 7
16 16 16 1 1 1 1
1 6
6 6 7 7
6
Studi
pendahuluan

Pembuatan
proposal

Seminar
proposal

Penelitian

Seminar
hasil

Sidang tesis

Anda mungkin juga menyukai