Anda di halaman 1dari 8

Sejarah perumusan Dasar Negara dan

Proklamasi Kemerdekaan

Yuni Tri Harianti, S.IP, S.Pd


 Memasuki awal tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang Pasifik
semakin terdesak.
 Pada tanggal 18 Juli 1944, Perdana Menteri Hideki Tojo terpaksa
mengundurkan diri dan diganti oleh Perdana Menteri Koiso Kuniaki.
 Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa Negara-negara yang ada
di bawah kekuasaan Jepang diperkenankan merdeka “kelak di
kemudian hari”. Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan istilah
Deklarasi Kaiso.
 Sejak saat itu pemerintah Jepang memberi kesempatan pada bangsa
Indonesia untuk mengibarkan bendera merah putih berdampingan
dengan Hinomaru (bendera Jepang), begitu pula lagu kebangsaan
Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo.
 A. Pembentukan BPUPKI
 B. Pembentukan PPKI
Penyimpangan & penyelewengan terhadap
Pancasila
 Bung Hatta pernah mengatakan kalau konsep
demokrasi terpimpin bertujuan baik. Namun cara-cara
dan langkah yang diambil, terlihat menyimpang dan
jauh dari tujuan awal. Pada faktanya, sistem demokrasi
ini menyimpang dari UUD 1945 dan pancasila, salah
satunya ketika Presiden Soekarno membubarkan DPR.
 1. Lembaga-lembaga negara mempunya inti Nasionalisme Agama
Ada tujuh
Komunis penyimpangan lainnya yaitu:
(Nasakom)
 2. Prosedur pembentukan MPRS, karena anggota MPRS diangkat oleh presiden. Seharusnya
dipilih melalui pemilu.
 3. Prosedur pembentukan DPAS, karena lembaga ini anggotanya ditunjuk oleh presiden dan
diketuai oleh presiden. Padahal tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan
memberi usulan kepada pemerintah.
 4. Prosedur pembentukan DPRGR, karena anggota DPRGR ditunjuk oleh presiden dan DPR
hasil pemilu 1955 justru dibubarkan oleh presiden. Padahal kedudukan DPR dan presiden adalah
seimbang. Presiden tidak dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan
presiden.
 5. Penetapan Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai GBHN. Seharusnya GBHN
disusun dan ditetapkan oleh MPR.
 6. Pengangkatan presiden seumur hidup, karena tidak ada aturan tentang jabatan presiden
seumur hidup. Menurut pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen), presiden memegang jabatan
selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali.
 7. Pembentukan MPRS. Presiden Soekarno membentuk sendiri MPRS melalui Penetapan
Presiden No. 3 Tahun 1959. Padahal, seharusnya MPRS dipilih melalui pemilihan umum (pemilu)
yang sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai