Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)

Nicky Novita Adzani


2018104011008
PENDAHULUAN
Tumor otak adalah salah satu bentuk neoplasma yang sering terjadi.
Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan
saraf pusat.

Insiden untuk tumor otak ganas di seluruh dunia berdasark angka standar populasi dunia
adalah 3.4 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas adalah 4.25 per 100.000 penduduk per
tahun.
Mortalitas lebih tinggi pada pria.
(Komite Penanggulangan Kanker Indonesia, 2017).

Tumor yang mengenai susunan saraf pusat (SSP) dibagi menjadi dua yaitu: 1.
Tumor Primer yang berkembang didalam otak, medula spinalis, atau pada
struktur disekitarnya. 2. Metastases yaitu tumor yang menyebar ke susunan
saraf pusat dari kanker primer ditempat lain (bahrudin, 2013).
LAPORAN KASUS

 Identitas Pasien
 Nama : Nn. Devi Islahiah
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 22 tahun
 Alamat : Glogok RT 1 RW 1 Sumberwudi Karanggeneng
 Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Tanggal Pemeriksaan : Ruangan 11 September 2018 pukul 14.00
 Keluhan utama : lemah kedua tangan dan kaki
 RPS : Pasien datang ke RSML dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki,
kelemahan mulai dirasakan sejak 7 hari SMRS. Awalnya lemah dirasakan hanya di
kedua kaki, kemudian menjalar ke tangan. 7 hari SMRS pasien masih mampu untuk
berjalan tapi berpegangan pada tembok, 3 hari kemudian lemah semakin memberat
dan pasien sudah tidak mampu berjalan, hanya berbaring di kamar saja. Lemah
ditangan kanan dan kiri dirasakan sejak 4 hari SMRS. Semakin memberat hingga
pasien tidak mampu untuk menggenggam. Lemah dirasakan terus menerus sepanjang
hari, tidak diperingan dengan istirahat dan diperberat dengan aktivitas.
 Selain lemah, pasien juga mengeluhkan kesemutan di tangan dan kaki. Kesemutan
muncul setelah lemah anggota gerak (±5 hari SMRS). Awalnya kesemutan di telapak
kaki kanan kiri kemudian menyebar hingga ke lutut. Kemudian tangan juga
mengalami kesemutan (±4 hari SMRS). Awalnya hanya di ujung-ujung jari, namun
menyebar hingga ke siku (kanan kiri). Pasien merasa nyeri seperti ditusuk tusuk
ketika kesemutan. Terasa tebal pada tangan sebatas siku dan kaki sebatas lutut
(kanan kiri).
 Makan minum tidak ada gangguan. BAK normal, warna kuning jernih tidak ada
hambatan, BAB terakhir 3 hari yang lalu, sebelumnya normal. Ngompol tidak ada,
mual muntah tidak ada, nyeri kepala tidak ada, demam kadang kadang. Pasien
sering merasa badan sumer sumer sejak 2 minggu SMRS, hilang timbul. Sesak tidak
ada. Belum pernah diobati.
 RPD: Pasien nyeri gigi geraham karena terdapat caries sejak 2 minggu yll. Belum
pernah ke dokter gigi. Seperti subfebris 2 minggu yll, hilang timbul, belum pernah
diobati sebelumnya. Lemah sebelumnya tidak ada. Tidak pernah jatuh,
tumor/karsinoma tidak ada, HT tidak ada.
 RPK: Riwayat penyakit yang sama (-), tidak ada keluarga serumah yang sedang
terkena infeksi/sakit. HT tidak ada.
 RPSos : Aktivitas sehari hari membantu di warung berjualan, makan 3 kali sehari,
minum ± 5 gelas ukuran sedang. Olahraga jarang.
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Baik


 Kesadaran : Composmentis
 GCS : 456
 Vital Sign
 Pemeriksaan Ruangan
 Tekanan darah : 108/68 mmHg
 Nadi : 70 x / menit
 Frekuensi nafas : 22 x / menit
 Temperatur : 36.7 0C
Status Generalis
Kepala/Leher
 Inspeksi : anemia tidak ada, icterus tidak ada, sianosis tidak ada, dispsneu
tidak ada, mata cowong tidak ada, KGB tidak membesar, JVP normal.
Thorax
Paru :
 Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada
retraksi
 Palpasi : Thrill tidak teraba, fremitus taktil normal, krepitasi tidak ada
 Perkusi : Sonor/sonor
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis normal, voussure cardiac tidak ada
 Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat, trill tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung (batas atas, kanan kiri dan pinggang jantung)
normal
 Auskultasi : S1S2 Tunggal, Murmur -, gallop –
Abdomen :
 Inspeksi : Flat, massa -
 Palpasi : Soepel, tidak ada nyeri tekan epigastrium , hepar lien tidak
teraba
 Perkusi : Timphani
 Auskultasi: BU + N
Ekstremitas :
 Inspeksi : tidak ada deformitas, tidak ada edema
 Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT < 2 detik
 Pemeriksaan Neurologis
Kepala :
 Posisi : Normal
 Penonjolan : Tidak ada
 Bentuk dan ukuran : Normocephali

 Nervus I (olfakorius):
 Penghidu : normal / normal
 Nervus II (optikus)
 Tajam Penglihatan : Kesan normal / kesan normal
 Lapang pandang : normal / normal
 Funduskopi : Tidak dievaluasi / Tidak dievaluasi
 Nervus III, IV, VI
 Celah kelopak mata
 Ptosis: : Tidak ada / tidak ada
 Exsoftalmus : Tidak ada / tidak ada
 Pergerakan bola mata : normal ke segala arah /normal ke segala arah
 Pupil
 Ukuran : 3 mm / 3 mm
 Bentuk : bulat / bulat
 Reflek cahaya langsung :+ / +
 Reflek cahaya tidak langsung :+ / +
 Nistagmus: Tidak ada / tidak ada
 Nervus IV (Tokhlearis)
 Posisi bola mata : normal ditengah / normal ditengah
 Pergerakan bola mata : normal / normal
 Nervus VI (Abdusens)
 Pergerakan bola mata : normal / normal
 Nervus V (Trigeminus)
 Sensibilitas : N. V I : normal / normal
 N. V II : normal / normal
 N. V III : normal / normal
 Motorik :
 Inspeksi : wajah simetris
 Palpasi : normal / normal
 Mengunyah : normal / normal
 Menggigit : normal / normal
 Reflek dagu / masseter : normal / normal
 Reflek kornea : normal / normal
 Nervus VII (fasialis)
Inspeksi : Normal
Motorik : M.Frontalis : normal/normal
M. Oblic Oculi : normal/normal
M. Oblic Oris : normal/normal
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah: Tidak dievaluasi
 Nervus VIII (vestibulocochlearis)
Detik arloji : normal/normal
Suara berbisik : normal/normal
Tes weber : tidak dievaluasi/tidak dievaluasi
Tes rinne : tidak dievaluasi/tidak dievaluasi
 Nervus IX (glossofaringeus)
 Sensibilitas faring : tidak dievaluasi/tidak dievaluasi
 Pengecapan 1/3 belakang : Tidak dievaluasi
 Nervus X (Vagus)
 Posisi arkus faring : normal/normal
 Reflek muntah : tidak dievaluasi/tidak dievaluasi
 Nervus XI (aksesorius)
 Mengangkat bahu : normal / normal
 Memalingkan wajah : normal / normal
 Nervus XII (Hipoglossus)
 Deviasi lidah :-
 Fasikulasi : -/-
 Tremor : -/-
 Atrofi : -/-
 Leher
 Tanda-tanda perangsangan selaput otak
 Kaku kuduk :-
 Brudzinski I : -/-
 Brudzinski II : -/-
 Kernig’s sign : -/-
 Kelenjar limfe : tidak membesar/tidak membesar
 Arteri karotis : bruit -/-
 Kelenjar gondok : tidak membesar/tidak membesar
4. Abdomen
Reflek kulit dinding perut : normal di Th 6-9, menurun pada Th 10-11
5. Ekstremitas
 Motorik
Pergerakan : normal / normal
Kekuatan : 4/4
3/3
Kelemahan otot : otot abduktor digiti minimi, otot fleksor digiti minimi, otot
abduktor polisis longus, otot ekstensor polisis longus, otot fleksor polisis longus,
otot fleksor digitorum longus, otot tibialis anterior
Tonus otot : Menurun / menurun
Menurun / menurun
Tremor : -/-
 Reflek fisiologis :
 BPR : +1 / +1
 TPR : +1 / +1
 KPR : +1 / +1
 APR : +1 / +1
 Reflek patologis :
 Hoffman-tromner : - /-
 Babinski : - /-
 Chaddock : - /-
 Gordon : - /-
 Schaefer :-/-
 Oppenheim :- /-
 Mendel Bechtrew :- /-
 Rossolimo :- /-
 Sensibilitas
 Eksteroseptif
 Nyeri : hipoalgesia pada antebrachii-palmaris / hipoalgesia
pada manus
 Suhu : tidak dievaluasi / tidak dievaluasi
 Rasa raba halus : hipoestesia pada antebrachii-palmaris / hipoestesia
pada manus
 Hipoestesia pada region cruris - tibia-pedis/ Hipoestesia pada cruris-
pedis.
Proprioseptif
 Rasa sikap /posisi : dalam batas normal / dalam batas normal
 Fungsi kortikal
Stereognosis : normal / normal
 Barognosis : tidak dievaluasi / tidak dievaluasi
Gangguan koordinasi
 Tes jari hidung : Sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
 Tes pronasi supinasi : Sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
 Tes tumit lutut : Sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
 Tes profokasi
 Patrick : Tidak dievaluasi
 Contra Patrick : Tidak dievaluasi
 Lasseque : Tidak dievaluasi
 Gait : Sulit dievaluasi
 Pemeriksaan fungsi luhur
 Afek / emosi : dalam batas normal
 Kemampuan bahasa : dalam batas normal
 Memori : dalam batas normal
 Visuospasial : dalam batas normal
 Intelegensia : tidak dievaluasi
Laboratorium
 Hematokrit : 32.4 [ L 40 – 54, P 35 – 47]
 Gula Darah Acak : 99
 MCV : 87.60 [ 87.00 – 100.00]
 Kalium Serum : 3.8 [3.6 – 5.5]
 MCH : 29.70 [ 28.00 – 36.00]
 Natrium Serum : 138 [135 – 155]
 MCHC : 34.0[ 31.00 – 37.00]
 Chlorida Serum : 104 [70 – 108]
 RDW : 12 [ 10 – 16.5]
 Leukosit : 4.9 [4.0 – 11.0]
 Trombosit : 230[ 150 – 450]
 Neutropil : 79,4 [49.0 – 67.0]
 MPV : 5 [ 5 – 10]
 Limposit : 12.1 [25.0 – 33.0]
 LED1 : Hasil 44 [ 0 – 1]
 Monosit : 3.0 [3.0 – 7.0]
 LED2 : Hasil 85 [ 1 – 7]
 Eosinopil : 3.7 [1.0 – 2.0]
 Basofil : 1.8 [0.0 – 1.0]
 Eritrosit : 3.70 [3.80 – 5.30]
 Hemoglobin : 11.0[ P 13.0 – 18.0, L
14.0 – 18.0]
Diagnosis
2.6 Diagnosis
 Diagnosis klinik : tetraparese LMN (tonus otot menurun, refleks fisiologis
menurun), hipoestesia pada antebrachii-palmaris / hipoestesia pada manus-
palmaris,hipoestesia pada region cruris- tibia-pedis/ Hipoestesia pada cruris-tibia-
pedis
 Diagnosis topis : Radiks
 Diagnosis etiologis : Guillain Barre Syndrome (e.c infeksi)
 2.7 Planning Diagnosis
 Lumbal Pungsi
 EMG
 Kecepatan Hantar Saraf (KHS)
 2.8 Planning Monitoring
 Pernapasan
 Vital sign
Terapi

 - MRS tirah baring


 - Infus RL 1500 cc/24 jam
 - Inj. Antrain 3 x 1 gram
 - Inj. Lapibal 1 x 1 ampul
 - Inj. Metyl prednisolone 3 x 125 gram
Tinjauan Pustaka
Definisi

 Sindrom Guillain Barre adalah penyakit langka dimana sistem kekebalan


seseorang menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot
bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan dan didahului oleh infeksi.
 Sindrom Guillain Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut.
Faktor Predisposisi

 Infeksi (Campylobacter jejuni, cytomegalovirus, mycoplasma pneumonia,


measles, herpes simplex virus,influenza)
 Vaksinasi
 Diare
 Kelelahan
 Penyakit sistemik (keganasan, sistemik lupuseritematosus, tiroiditis)
 Penyakit Addison
 Kehamilan atau dalam masa nifas
 Demam yang tidak terlalu tinggi
Patofisiologi

Antigen/ partikel asing (bakteri/virus)

Terbentuk antigen dan antibodi

Masuk ke sirkulasi darah menuju ke myelin dan


memasuki sel schwann
Terjadiproses inflamasi sel inflamasi keluar

Menghancurkan myelin yang mengelilingi


akson

Konduksi dan transmisi impuls syaraf terganggu


Gangguanfungsi saraf perifer dan
neuromuskular

Parestesia dan kelemahan


ekstremitas inferior lalu ekstremitas
superior
Fase Guillain Barre Syndrome
Penegakan Diagnosis

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik (pemeriksaan generalis dan pemeriksaan neurologis)
 Pemeriksaan penunjang
Gejala Klinis

 Didahului oleh infeksi


 1-2 minggu setelah infeksi pasien mengeluh nyeri radikular disertai tungkai
menjadi lemah (paraparese)
 Kelemahan menjalar ke otot lengan dan fasialis (ascending paralysis)
 Dapat terjadi gangguan otot pernapasan sehingga terjadi hipoventilasi
Pemeriksaan Penunjang

 Darah lengkap
 Lumbal pungsi (pemeriksaan cairan serebrospinal)
 Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS)
 Elektromiografi (EMG)
Kriteria Diagnosis
 Kriteria diagnosis :
• Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis :
a. Terjadinya kelemahan yang progresif di kaki dan tangan
b. Arefleksia (atau hiporefleksia) pada ekstremitas yang lemah
• Ciri-ciri lain:
- Progresifitas : gejala kelemahan motorik berlangsung cepat maksimal dalam 2-4
minggu.
- Relatif simetris
- Gejala gangguan sensibilitas ringan
- Keterlibatan saraf karnial terutama kelemahan bilateral otot wajah
- Disfungsi otonom
- Nyeri
- Hasil CSS terjadi peningkatan protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai
pleiositosis (disosiasi sito-albuminik)
- Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan
hantar kurang 60% dari normal.
Klasifikasi
 Sindrom Miller Fisher : manifestasi klinis berupa ataksia, oftalmoplegia, dan
arefleksia dapat juga terjadi mild limb weakness, ptosis, facial palsy, atau bulbar
palsy.
 Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) : menyerang aksoplasma saraf perifer
sehingga menyebabkan hiperrefleks dan kelemahan progresif yang cepat, good
recovery.
 Acute Motor and Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) : menyerang aksoplasma
saraf perifer dan menyerang saraf sensorik dengan kerusakan akson yang berat
sehinggan mengakibatkan disfungsi motorik dan sensorik, atrofi otot, poor
recovery
 Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP) : disebabkan
oleh respon autoimun yang menyerang membran sel schwann sehingga terjadi
kelemahan progresif, hiporefleks/arefleks, perubahan sensori ringan.
 Acute Neuropatic panautonomic
 Ensefalitis Batang Otak Bickerstaff’s (BBE)
Tatalaksana

1. Plasmaferesis (Plasma exchange) : 2-3L/kgBB sebanyak 5x selama 2 minggu


secara bermakna menurunkan lama dan beratnya disability pada GBS bila
dimulai dalam 4 minggu pertama sejak onset.
2. IVIG (Intravena Immunoglobulin) : 0.4 g/kgBB/ hari selama 5 hari.
3. Kombinasi terapi IVIG dan plasmaferesis tidak menunjukkan hasil yang
signifikan dibandingkan dengan terapi IVIG saja atau plasmaferesis saja.
Prognosis

Prognosis umumnya baik tetapi pada sebagian kecil dapat meninggal atau
mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu
3 bulan bila dengan keadaan :
 Pada pemeriksaan EMG relatif normal
 Mendapat terapi plasmaferesis dalam 4 minggu mulai saat onset
 Progresifitas penyakit lambat dan pendek
 Penderita usia dibawah 60 tahun

Anda mungkin juga menyukai