Marhaenisme
Marhaenisme
Anggota :
- Anggun Cahya
- Felix Apta Chandra
- Regita Cahyani
- Tessalonika
Pengertian Marhaenisme
Marhaenisme diambil dari seorang petani bernama Marhaen yang hidup di Indonesia dan
dijumpai Bung Karno pada tahun 1926-1927.[1] Dalam versi yang berbeda, nama petani yang
dijumpai Bung Karno di daerah Bandung, Jawa Barat itu adalah Aen. Dalam dialog antara Bung
Karno dengan petani tersebut, selanjutnya disebut dengan panggilan Mang Aen. Petani tersebut
mempunyai berbagai faktor produksi sendiri termasuk lahan pertanian, cangkul dan lain-lain
yang ia olah sendiri, namun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya yang
sederhana. Kondisi ini kemudian memicu berbagai pertanyaan dalam benak Bung Karno, yang
akhirnya melahirkan berbagai dialektika pemikiran sebagai landasan gerak selanjutnya.
Kehidupan, kepribadian yang lugu, bersahaja namun tetap memiliki semangat berjuang
memenuhi kebutuhan hidupnya inilah, maka nama petani tersebut oleh Bung Karno diabadikan
dalam setiap rakyat Indonesia yang hidupnya tertindas oleh sistem kehidupan yang berlaku.
Sebagai penyesuaian bahasa saja, nama Mang Aen menjadi Marhaen.
Latar Belakang
Marhaenisme merupakan paham yang dikembangkan dari pemikiran Soekarno. Ajaran ini
menggambarkan kehidupan rakyat kecil. Orang kecil yang dimaksud adalah petani dan buruh yang
hidupnya selalu dalam cengkraman orang orang kaya dan penguasa.Marhaenisme di ambil dari
nama seseorang yang hidup di Indonesia. Dia adalah seorang petani yang mempunyai lahan sendiri,
lahan itu dia kerjakan sendiri dan hasilnya cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya yang
sederhana. Marhaenisme pada essensinya sebuah faham perlawanan yang terbentuk dari sosio-
demokrasi dan sosio-ekonomi Bung Karno.
Presiden Soekarno atau yang biasa masyarakat Indonesia panggil Bung Karno adalah
seorang pemimpin bangsa yang tidak hanya mengantarkan Indonesia kepada Kemerdekaan tetapi
menjadi seorang sosok yang mempunyai karisma, intelektualitas, serta visi yang tinggi melalui
berbagai pemikirannya yang kita kenal. Sebagai Presiden pertama ia juga berhasil meletakan
pondasi-pondasi yang kuat didalam pemerintahan dan kenegaraan.
Pemikirannya tidak pernah mati bahkan selalu dibicarakan oleh setiap orang. Ia telah
berhasil menemukan Pancasila yang menurutnya hanyalah galian terhadap apa-apa yang sudah ada
sebagai karakteristi bangsa. Ia juga ikut didalam perumusan UUD 1945. disertai konsep maupun
ideologi yang telah ia susun selama pra dan pasca kemerdekaan. Namun ideologi Marhaenisme
yang dicetuskan pada tahun 1927 merupakan karya terbesar atas pemikirannya.
Tujuan Marhaenisme
Ideologi marhaenisme itu hanya terdiri dari tiga sila saja dan ideologi pancasila silanya ada lima.
Tiga sila ideologi Marhaenisme itu ialah :
1) Socio Nasionalisme,
2) Socio Demokrasidan
Berbeda dengan kapitalisme, modal dalam marhaenisme bukanlah untuk ditimbun atau dilipatgandakan,
melainkan diolah untuk mencukupi kebutuhan hidup dan menghasilkan surplus. Petani menanam untuk mencukupi
makan keluarganya sendiri, barulah menjual surplus atau kelebihannya ke pasar. Penjahit, pengrajin atau buruh
memproduksi barang yang kelak sebagian akan dipakainya sendiri, walau selebihnya tentu dijual. Idealnya, syarat
kecukupan-sendiri ini harus dipenuhi lebih dulu sebelum melayani pasar. Ini artinya ketika buruh, pengrajin atau
petani memproduksi barang yang tak akan dikonsumsinya sendiri, ia cuma bertindak sebagai faktor produksi bagi
pihak lain, yang menjadikannya rawan untuk didikte oleh pasar atau dieksploitasi. Secara agregat (keseluruhan)
dalam sistem ekonomi marhaenisme, barang yang tidak/belum diperlukan tidak akan diproduksi, sebab setiap
orang/rumahtangga tentu memastikan dulu profil dan taraf kebutuhannya sendiri sebelum membuat apapun.
Inovasi kelahiran produk baru akan terjadi manakala kebutuhannya sudah kongkret betul.
Perkembangan Marhaenisme
Ada pula sebuah organisasi mahasiswa yang turut pula berazaskan Marhaenisme
seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) yang
secara resmi direstui oleh presiden pertama Republik Indonesia Ir.
Soekarno.Organisasi ini adalah sebuah gerakan mahasiswa yang berlandaskan
ajaran Marhaenisme
Alasan Tidak Berkembangnya
Marhaenisme Setelah Soekarno Tiada
marhaenisme tidak bisa dipisahkan dari ajaran marxisme. Akan tetapi, ketika Soekarno menegaskan
hal itu, sebagian pengikutnya di dalam PNI menyatakan penentangan keras. Padahal, seharusnya PNI
inilah yang menjadi kendaraan operasional dan pengembangan ideologi Soekarno itu.
Pemisahan terhadap Marhaenisme dan Marxisme makin kentara ketika Soeharto berkuasa. Kita
tahu, selepas Soeharto melakukan kudeta terhadap Soekarno, orang-orang kiri, yang tidak lain
penganut marxisme atau terpengaruh marxisme, dikejar-kejar dan dibasmi dengan kejam. Orang pun
lantas takut dituding penganut marxisme.
Daftar Pustaka
• https://www.kompasiana.com/wahidnur/5a51e8b65e13737cad5424e3/akarnya-
pancasila-itu-marhaenisme?page=all
• http://www.berdikarionline.com/soekarno-dan-ajaran-sosio-demokrasi/
• http://hmjpsundiksha.blogspot.com/2013/11/ideologi-marhaenisme-dan-
perkembangannya.html
• http://www.berdikarionline.com/tiga-komponen-marhaenisme/
• https://www.kompasiana.com/sepatahkata28/5c265ae46ddcae1cc67a9b69/marhaenism
e-ideologi-bung-karno-yang-hampir-mati