Anda di halaman 1dari 40

Tri Wijayanti, S.Farm., MPH.

, Apt
 UUD 1945  cita-cita bangsa Indonesia yang
sekaligus merupakanTujuan nasional yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi serta keadilan sosial
 Untuk mencapai tujuan nasional tersebut
diselenggarakanlah upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang merupakan suatu
rangkaian pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu, termasuk di antaranya
pembangunan kesehatan.
UU no 23 th 1992 UU no 36 th 2009
 Kuratif  Paradigma sehat
 Bukan merupakan  Promotif dan Preventif
kebutuhan utama  Kuratif dan rehabilitatif
 Dana untuk kesehatan  Desentralisasi
↓ kesehatan/otonomi
 Sentralisasi daerah
 Keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
ASAS :
 Perikemanusiaan
 Keseimbangan
 Manfaat
 Pelindungan
 penghormatan terhadap hak dan kewajiban
 Keadilan
 gender
 nondiskriminatif dan norma-norma agama.
Tujuan
 Meningkatkan kesadaran kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.
HAK
 Setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan.
 Setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
 Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya
KEWAJIBAN
 Mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Meliputi upaya
kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
masyarakat, dan pembangunan berwawasan
kesehatan.
 Menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik,
biologi,maupun sosial.
 Berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan
yang setinggi-tingginya
 Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
 Dikhususkan pada PELAYANAN PUBLIK
 Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan lingkungan,tatanan, fasilitas
kesehatan baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
 Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat
 Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan
 Pemerintah bertanggung jawab
memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan.
 Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan
yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau
 Pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui sistem jaminan sosial nasional bagi
upaya kesehatan perorangan.
 Pemerintah mengatur perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan  diatur dalam peraturan
pemerintah
 Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur
dengan Undang-Undang.
 Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi
minimum  diatur dalam peraturan mentri
 Tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
 Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dilakukan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki.
 Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari
pemerintah  Peraturan Menteri.
 Selama memberikan pelayanan kesehatan
dilarang mengutamakan kepentingan yang
bernilai materi
 Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
dan standar prosedur operasional.
 Ketentuan mengenai kode etik dan standar
profesi diatur oleh organisasi profesi.
 Menurut jenis pelayanannya terdiri atas:
1) pelayanan kesehatan perseorangan
2) pelayanan kesehatan masyarakat.
 Pihak Pemerintah, pemerintah daerah, dan
swasta.
 Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan
penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan
 Mengirimkan laporan hasil penelitian dan
pengembangan kepada pemerintah daerah atau
Menteri.
 Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu. Dilarang menolak
pasien dan/atau meminta uang muka.
 Pemerintah daerah dapat menentukan
jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan serta pemberian izin beroperasi di
daerahnya.
 luas wilayah, kebutuhan kesehatan, jumlah
dan persebaran penduduk, pola penyakit,
pemanfaatannya, fungsi sosial; dan
kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
 Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat.
 Diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.
a. pelayanan kesehatan; mulut;
b. pelayanan kesehatan l. penanggulangan
tradisional; gangguan penglihatan
c. Peningkatan kesehatan dan gangguan
dan pencegahan pendengaran;
penyakit; m. kesehatan matra;
d. Penyembuhan penyakit n. pengamanan dan
dan pemulihan penggunaan sediaan
kesehatan; farmasi dan alat
e. kesehatan reproduksi; kesehatan;
f. keluarga berencana; o. pengamanan makanan
dan minuman;
g. kesehatan sekolah;
p. pengamanan zat adiktif;
h. kesehatan olahraga; dan/atau
i. pelayanan kesehatan q. bedah mayat.
pada bencana;
j. pelayanan darah;
k. kesehatan gigi dan
 Pelayanan kesehatan perseorangan  untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan dan keluarga
 Pelayanan kesehatan masyarakat  untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
 meliputi kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
 Setiap orang berhak menerima atau menolak
sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
 Pengecualian : penderita penyakit yang
penyakitnya dapat secara cepat menular ke
dalam masyarakat yang lebih luas; keadaan
seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
gangguan mental berat.
 Setiap orang berhak atas rahasia kondisi
kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan.
 Pengecualian : perintah undang-undang;
perintah pengadilan; izin yang bersangkutan;
kepentingan masyarakat; atau kepentingan
orang tersebut.
 Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
 Pengecualian : tenaga kesehatan yang
melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
 Tenagakesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
 Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan,
mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit
dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan
cacat.
 merupakan keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi pada laki-laki dan
perempuan.
 menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan
seksual yang sehat, aman, serta bebas dari
paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan
yang sah.
 menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas
dari diskriminasi, paksaan, dan/atau kekerasan
yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak
merendahkan martabat manusia sesuai dengan
norma agama.
 menentukan sendiri kapan dan berapa sering
ingin bereproduksi sehat secara medis serta
tidak bertentangan dengan norma agama.
 memperoleh informasi, edukasi, dan konseling
mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan.
 Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat melalui pengelolaan administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya
kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan, serta pengaturan hukum
kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
 Dibuat dalam suatu sistem kesehatan nasional
(SKN)
 Masyarakatberperan serta, baik secara
perseorangan maupun terorganisasi dalam
segala bentuk dan tahapan pembangunan
kesehatan dalam rangka membantu
mempercepat pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
 memenuhi kebutuhan setiap orang dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan;
 menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan
upaya kesehatan;
 memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan;
 memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan
dan minuman;
 memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan
standar dan persyaratan;
 melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan
yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
 komunikasi,informasi, edukasi dan
pemberdayaan masyarakat;
 pendayagunaan tenaga kesehatan;
 pembiayaan.
 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang dengan sengaja
tidak memberikan pertolongan pertama
terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
darurat  dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00. Pasal 32 ayat (2)
atau Pasal 85 ayat (2)
 terjadi kecacatan atau kematian  pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
 Setiaporang yang tanpa izin melakukan
praktik pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi sehingga
mengakibatkan kerugian harta benda, luka
berat atau kematian dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
 Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
dengan dalih apa pun penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00
 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
bedah plastik dan rekonstruksi untuk tujuan
mengubah identitas seseorang pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
aborsi  pidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
 Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan darah dengan dalih apapun
 pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
 Memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan keamanan,khasiat
atau kemanfaatan, dan mutu penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
 Memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin
edar pidana penjara paling lama 15 tahun dan
denda paling banyak Rp1.500.000.000
 Setiaporang yang tidak memiliki keahlian
dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau memasukkan rokok ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan tidak mencantumkan
peringatan kesehatan berbentuk gambar 
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah);
 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar
kawasan tanpa rokok  denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
 Setiap orang yang dengan sengaja
menghalangi program pemberian air susu ibu
eksklusif  dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
 Pencabutan ijin usaha
 Pencabutan status badan hukum
 Mencaricontoh peran serta pemerintah/
masyarakat dalam peningkatan upaya
kesehatan. Disertai uraian dan gambar

 Dikumpulkan pada pertemuan ke 3

Anda mungkin juga menyukai