2. DEVY ELLISA (2017 1565) 3. THERESA CAROLINE K (2017 1637) Defenisi Fraktur • Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. • Ada beberapa istilah fraktur yaitu: 1. Fraktur sudut patah 2. fraktur multipel pada satu tulang 3. fraktrur impaksi 4. fraktur patologik 5. fraktur beban (kelelahan) lainnya 6. Fraktur greenstick 7. Fraktur avulasi 8. Fraktur sendi Etiologi • Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang ,saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu ditanggungnya. Jumlah gaya yang pasti diperlukan untuk menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi ,sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu sendiri. seseorang klien dengan gangguan metabolik tulang , seperti osteoporosis, dapat mengalami fraktur dari trauma minor karena kerapuhan tulang akibat gangguan yang telah ada sebelumnya, fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung,seperti saat sebuah benda bergerak menghantam suatu area tubuh diatas tulang gaya juga dapat terjadi secara tidak langsung ,seperti ketika suatu kontraksi kat dari otot menekan tulang.selain itu, tekanan dan kelelahan dapat menyebabkan fraktur karena penurunan kemampuan tulang menahan gaya mekanikal. Tanda dan Gejala • Mendiangnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien,riwayat, pemeriksaat fisik dan temuan radiologis, beberapa fraktur sering tampak jelas beberapa lain sering terdeteksi hanya dengan rongtgen (sina-x). Pengkajian fisik dapat menentukan beberapa hal berikut: 1. Deformitas 2. Pembekakan 3. Memar ( ekimosis ) 4. Spasme otot 5. Nyeri 6. Ketegangan 7. Kehilangan fungsi 8. Gerakan abnormal dan krepitasi. 9. Perubahan neurovaskuler Patofisiologi • Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem ,seperti tebrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur ,oto yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fraktur keluar posisi.kelompok otot yang besar dapat menarik spasme yang kuat dan mampu mengeser tulang besar, seperti femur.walaupun bagian proksimal dari tulan patah pada tempatnya,namun bagian distal dapat bergeser karena gaya penyebab namun bagian distal dapat bergeser karena gaya penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar fragmen patah maupun spasme pada otot- otot sekitar .fragem otot dapat bergeser ke samping,pada suatu sudut (membentuk sudut), suatu menimpa segmen tulang lain.fragmen juga dapat berotasi atau berpindah Pemeriksaan Penunjang • Radiografi merupakan metode umum untuk mengkaji fraktur. Penggunaan posisi radiologis yang tepat sangat penting untuk mengkaji kecurigaan fraktur dengan tepat dua posisi (yaitu,anteroposterior dan lateral) yang diambil pada sudut yang tepat merupakan jumlah minimal yang diperlukan untuk pengkajian fraktur, dan gambar tersebut untuk mengidentifikasi adanya dislokasi atau sublukasi . radiografi dari tulang yang patah akan menunjukan perubahan pada kontur normalnya dan didrupsi dari hubungan sendi yang normal. Radiografi biasanya dilakukan sebelum reduksi fraktur ,setelah reduksi,dan kemudian secara periodik saat penyembuhan tulang. Pengkajian • Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian neurovaskular (Apendiks D) dari fraktur anggota gerak menyatakan : a. Nyeri pada lokasi fraktur terutama pada saat digerakkan b. Pembengkakan c. Pemendekan ekstremitas yang sakit d. Krepitasi (sensasi kripik yang ditimbulkan bila mempalpasi patahan- patahan tulang) e. Spasme otot f. Parestesia (penurunan sensasi) g. Pucat dan tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu oleh fraktur • Mengkaji riwayat imunisasi tetanus bila ada fraktur yang terbuka (tulang keluar melalui kulit) • Pemeriksaan diagnostik • Mengkaji kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan traksi atau gips 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan traksi atau gips pada ekstremitas Intervensi Keperawatan • Dx 1 Nyeri berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhada fraktur Kriteria hasil: Menyangkal nyeri, ekspresi wajah rileks, tidak merintih intervensi: 1. pertahankan tirah baring sampai fraktur berkurang 2. pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong sebagai contoh, belat,alat fiksasi ekternal, atau gips. • Dx 2 gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan traksi atau gips Kriteria hasil: kulit utuh, bunyi paru jelas, menyangkal kelelahan otot dan kekakuan sendi, bab dengan feses lunak intervensi: 1. Pada saat aktivitas di perbolehkan, tempatkan pasien pada “Falls Protocol” sesuai dengan fasilitas protokol • Dx 3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan traksi atau gips pada ekstremitas. Kriteria hasil: Melaporkan bahwa Aks terpenuhi, tak ada bau badan, mukosa mulut lembab, kulit utuh. intervensi: 1. Berikan bantuan pada AKS sesuai kebutuhan. Ijinkan pasien untuk merawat diri sesuai dengan kemampuannya 2. setelah reduksi, tempatkan kantung plastik di atas ekstremitas yang sakit untuk mempertahankan gips/belat/fiksasi eksternal tetap kering pada saat mandi Evaluasi 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur evaluasi: Mendemonstrasikan bebas dari nyeri 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan traksi atau gips evaluasi: mendemonstrasikan tidak adanya komplikasi yang berhubungan dengan imobilitas 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan traksi atau gips pada ekstremitas evaluasi: mendemonstrasikan tak ada defisit perawatan diri Terimah Kasih