Anda di halaman 1dari 25

Biodiesel

Produksi dan penggunaan BBM alternatif harus segera direalisasikan untuk

menutupi kekurangan terhadap kebutuhan BBM fosil yang semakin meningkat.

Biodiesel dapat dibuat dari bermacam sumber, seperti minyak nabati, lemak hewani

dan sisa dari minyak atau lemak (misalnya sisa minyak penggorengan).

Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar diesel

petroleum. Kelebihan tersebut antara lain :

1. Merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi

2. Mempunyai bilangan setana yang tinggi.

3. Mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan NOx.

4. Terdapat dalam fase cair.


Bahan bakar diesel dikehendaki relatif mudah terbakar sendiri (tanpa harus

dipicu dengan letikan api busi) jika disemprotkan ke dalam udara panas bertekanan.

Tolok ukur dari sifat ini adalah bilangan setana, yang didefinisikan sebagai % volume

n-setana di dalam bahan bakar yang berupa campuran n-setana (n-C16H34) dan α-

metil naftalena (α-CH3-C10H7) serta berkualitas pembakaran di dalam mesin diesel

standar. n-setana (suatu hidrokarbon berantai lurus) sangat mudah terbakar sendiri

dan diberi nilai bilangan setana 100, sedangkan α-metil naftalena (suatu hidrokarbon

aromatik bercincin ganda) sangat sukar terbakar dan diberi nilai bilangan setana nol.
Perbandingan sifat biodiesel dengan petrodiesel

Aspek Biodiesel Petrodiesel


Sifat pembakaran Pembakaran biodiesel 75% lebih bersih Solar termasuk bahan bakar fosil yang
daripada solar menyumbang polusi udara dan berbagai
masalah kesehatan.
Emisi CO2 Emisi karbon dioksida biodiesel relatif Sebagai bahan bakar fosil, pembakaran solar
rendah (sekitar 78% lebih rendah dari solar) melepaskan sejumlah besar karbon dioksida
sehingga tidak berkontribusi signifikan pada ke atmosfer sehingga berkontribusi
pemanasan global. terhadap pemanasan global.

Sifat pelumasan Biodiesel memiliki sifat pelarut (pelumas) Solar tidak memiliki sifat pelumasan pada
sehingga bisa turut membersihkan bagian- mesin.
bagian mesin diesel dari berbagai kotoran.
Jelaga pembakaran yang dihasilkan biodiesel
juga lebih sedikit dibandingkan solar.

Angka Setana Biodiesel membuat mesin lebih mudah Solar memiliki angka cetane lebih rendah
distarter dan berjalan lebih mulus akibat dibandingkan biodiesel sehingga kurang
angka cetane yang lebih tinggi. efisien.
Emisi padat dan gas buang Biodiesel menghasilkan lebih sedikit jelaga, Solar dikenal melepaskan emisi sulfur tinggi
karbon monoksida, hidrokarbon tidak yang sangat berbahaya bagi lingkungan.
terbakar, serta sulfur dioksida.
Efek terhadap lingkungan 1. Bahan bakar ini tidak beracun dan bisa Tidak mudah terurai dan lebih cepat
diuraikan oleh lingkungan. memicu efek gas rumah kaca
2. Biodiesel bisa digunakan untuk
mengurangi efek tumpahan minyak bumi
yang mencemari perairan.
Bahan Baku Edible

1. Minyak Sawit
a. Produksi minyak sawit dunia 45 juta ton (indonesia 46 %, malaysia 40 %)
b. Produksi kelapa sawit 5-6 bulan
c. Hasil panen buah kelapa sawit 10-35 ton/hektare/tahun
d. Minyak sawit 4-5 ton/hektare/tahun
e. Kandungan minyak : Mesocarp 45-70%, tempurung 49 %, inti 50 %
f. 6000 liter minyak kelapa sawit = 4800 liter biodiesel
2. Minyak kedelai
a. Kacang kedelai 18 % minyak
b. 5546 kg kacang kedelai = 1 ton minyak kedelai
3. Minyak biji bunga matahari
a. Kandungan minyak 25-35 %
b. 1 hektare bunga matahari = 952 liter minyak
4. Minyak kelapa
a. Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terbesar di dunia dengan total produksi
mencapai lebih dari 85% total dunia
b. Kopra mengandung 65% minyak
5. Minyak Canola
a. Biji canola 43 % minyak
b. Canola menghasilkan gas N2O yang merupakan penyebab gas rumah kaca lebih buruk dari
CO2
Bahan baku non edible

1. Minyak jarak pagar


Non edible karena phorbol ester bersifat racun
a. Biji jarak 30-50% minyak
b. Inti jarak 45-60% minyak

Pengolahan jarak pagarmenjadi biodiesel :

Jarak pagar mengandung 14% FFA sehingga tidak bisa langsung transesterifikasi

a) Tahap satu esterfikkasi dengan metanol dengan rasio molar 6 : 1 dan 0,5 % H2SO4 pada
suhu 40°C
b) Tahap dua tranesterifikasi dengan metanol rasio molar 6 : 1 dan 2 % KOH suhu 60°C

2. Minyak Nyamplung
Non edible karena saponins bersifat racun
a) Pretreatment : esterifikasi dengan asam sulfat 0,5 %, metanol 4 : 1 waktu 120 menit
dan suhu 60°C
b) Reaksi tranesterifikasi KOH 1,23% metanol 8 : 1 suhu 60°C selama 120 menit
c) Postreatment : pencucian dengan air bebas mineral
Low Cost Feedstock
1. Waste cooking oil
a) Pretreatment : esterifikasi dengan ferric sulfat 2 % , metanol 10 : 1, KOH 1 % dan
suhu 368 K selama 4 jam
b) Reaksi tranesterifikasi KOH 1,23% metanol 8 : 1 suhu 60°C selama 120 menit
c) Postreatment : pencucian dengan air bebas mineral

2. Grease
Terbagi 2 yellow dan brown
Yellow : produk hasil olahan WCO dengan FFA 15 %
Brown : minyak dan lemak hewan yang dibuang ke saluran, biaya bahan baku murah namun
biaya proses tinggi (esterifikasi multistep)

3. Animal Fat
Bahan baku murah, FFA rendah, angka setana lebih tinggi, non korosif
Ketersediaan bahan baku kurang
Algae Oil
Biodiesel G1 edible oilkompetitif dengan bahan pangan
Biodiesel G2non edible oiljumlah bahan baku terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan
Biodiesel G3algae oilmemiliki banyak keunggulan
Makroalga
Contoh : rumput laut
Komposisi : karbohidrat 80%, protein 20%, lipid 15%
Kandungan lipid rendah tidak cocok sebagai bahan baku biodiesel

Mikroalga
Contoh : alga biru, alga hijau
Komposisi : lipid 40-80 % (cocok untuk bahan baku biodiesel)
Yield minyak diperkirakan 20.000-80.000 liter/acre/tahun setara 3-71 kali lipat dibanding
minyak dari biomassa lain.
Alkohol
Metanol
1. Metanol dihasilkan dari syn gas, gas alam, refinery-off gas, batu bara.
2. Reaktivitas tinggi dibanding alkohol lain
3. Murah dan mudah di rcovery
4. Lebih larut dalam minyak dibanding alkohol lain
5. Bersifat racun dan korosif (terbuat dari syn gas)

Etanol
1. Etanol ramah lingkungan karena diperoleh dari hasil pertanian
2. FAEE memiliki lubrisitas lebih baik dari FAME
3. Emisi CO FAEE > FAME
4. Harga etanol lebih mahal dari metanol

Isopropanol
1. Mudah mengalir pada kondisi dingin sehingga mempermudah reaksi transesterifikasi
pada daerah dingin.
2. Hambatan transfer masa kecil sehingga reaksi transesterifikasi berjalan lebih cepat
1. Reaksi Transesterifikasi
Reaksi
Syarat : FFA max 2,5 %
FFA bereaksi dengan KOH membentuk sabun
Sabun menyulitkan proses pemisahan produk dengan katalis karena dapat mengemulsi
campuran saat pencucian

2. Reaksi Esterifikasi
Untuk % FFA tinggi
Adalah reaksi asam lemak dengan methanol membentuk alkil ester dan air
Faktor yang mempengaruhi reaksi :

a. Jenis Alkohol
Methanol > etanol
b. Rasio molar minyak dan alkohol
Transesterifikasi 6 : 1
Esterifikasi 20 : 1 s/d 50 : 1
c. Jenis katalis
Asam : lambat
Basa : cepat untuk % FFA rendah
Enzim : lambat, mahal, kemurnian tinggi

d. Temperatur
Transesterifikasi 60 °C
Esterifikasi max 120 °C
e. Air
Menurunkan konsentrasi katalis
f. Pengadukan
Katalis
Jenis Katalis

1. Katalis Homogen
a. Katalis basa
Laju reaksi 4000x disbanding katalis asam
Dapat dijalankan pada P dan T rendah
Tidak cocok untuk % FFA > 2,5 % karena FFA bereaksi dengan basa membentuk sabun
Kebutuhan katalis 0,3 – 1 %
Contoh : NaOH, KOH, NaOCH3, KOCH3
2. Katalis Heterogen
Post Treatment
1. Phase Separation
Tangki pemisah atau centrifuge
1. Netralisasi
Penambahan asam untuk memecah sabun
Asam + sabun menghasilkan garam
1. Recovery Alkohol
Alkohol dalam gliserol
Alkohol diatas 1 % dalam biodiesel menurunkan titik nyala
1. Impurity Removal
a. Air
Dapat melarutkan alcohol dan garam
Murah dan banyak
Produk mengandung air
a. Ion exchange
Mengurangi penggunaan air
a. Membrane
Sangat baik, mahal
Standar Biodiesel

Anda mungkin juga menyukai