Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOKINETIK

EKSKRESI
Rio Mairsya
(0661 11 048)
PROSES PENGELUARAN

Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran


pada manusia dibedakan menjadi:
 Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil pencernaan (feses)
 Ekskresi: pengeluaran zat sisa hasil metabolisme (CO 2 ,
keringat dan urine)
 Sekresi: pengeluaran getah yang masih berguna bagi tubuh
(enzim dan hormon)
EKSKRESI MELALUI GINJAL

 Rute eliminasi obat diantaranya yaitu melalui urine, empedu,


usus, saliva, udara alveol, keringat, dan air susu.
 Organ terpenting untuk eksresi obat adalah ginjal.
 Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun
bentuk metabolitnya.
 Ginjal memiliki fungsi:
- Menyaring darah sehingga menghasilkan urine
- Membuang zat-zat yang membahayakan tubuh (urea,
asam urat)
- Membuang zat-zat yang berlebihan dalam tubuh (kadar
gula)
- Mempertahankan tekanan osmosis cairan ekstraseluler
- Mempertahankan keseimbangan asam dan basa
 Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6 -12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun.
STRUKTUR GINJAL

glomerulus

Pembuluh kapiler
korteks

Arteri ginjal

Medula/
Vena ginjal
Sumsum ginjal
ureter

Saluran pembawa
Hasil penyaringan
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3
proses, yakni:
1. Filtrasi glomerulus
2. Sekresi aktif di tubulus proksimal
3. Reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus
FILTRASI GLOMERULUS

 Obat disaring oleh glomerulus secara non selektif bila


mereka ada dalam bentuk bebas tidak terikat protein.
 Menghasilkan ultrafiltrat, yakni plasma minus protein, jadi
semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan
yang terikat protein tetap tinggal dalam darah.
SEKRESI AKTIF

 Filtrasi glomerulus hanya menghasilkan paling banyak 20%


dari seluruh obat yang terdapat dalam darah yang bisa
mencapai ginjal. Sisanya 80% akan dikeluarkan le lumen
tubuli oleh suatu mekanisme transpor aktif, sehingga akan
mengurangi jumlah obat dalam plasma.
 Sekresi tubuli merupakan mekanisme eliminasi obat yang
paling cepat melalui ginjal. Sistem transportasi ini dapat
mencapai bersihan maksimal walaupun obat terikat protein
plasma.
 Misal penisilin, walaupun 8 -% terikat pada protein plasma dan
diekskresi sangat lambat melalui filtrasi glomeruli, kecepatan
eliminasi penisilin via ginjal sangat tinggi karena penisilin
disekresikan secara aktif kedalam lumen tubuli ginjal.
REABSORPSI PASIF

 Terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk nonion obat yang


larut lemak.
 Bersamaan dengan lewatnya filtrasi melalui tubuli ginjal, air
akan diabsorpsi kembali secara progresif sehingga volume
urin yang terbentuk hanyalah kira -kira 1% dari volume filtrat
glomeruli.
 Obat-obat yang mempunyai kelarutan dalam lipid yang tinggi
akan berdifusi secara pasif masuk kembali melewati sel -sel
epitel tubuli sehingga terjadi reabsorpsi obat secara pasif.
 Dengan demikian, obat-obat yang mudah larut dalam lipid
akan diekskresikan secara lambat sekali.
LANJUTAN

 Obat-obat yang polar akan tetap tinggal dalam filtrat sebab


membran tubuli tidak permeabel untuk obat yang terionisasi
dan kurang larut dalam lipid.
 Dengan terjadinya reabsorpsi air dan filtrat, konsentrasi obat
polar sangat meningkat dalam urin sampai kira -kira 100 kali
dibandingkan konsentrasi obat dalam plasma.
 Contoh obat yang mudah larut dalam air adalah antibiotik
streptomisin dan gentamisin.
BERSIHAN (CLEARANCE)

 Bersihan ginjal (CL) didefinisikan sebagai jumlah plasma


(volume) yang dari obat atau substansi oleh kerja ginjal
secara komplit dalam satuan waktu

𝑪𝒖. 𝑽
𝑪𝑳 =
𝑪𝒑
 Cp : Konsentrasi obat dalam plasma
Cu : Konsentrasi obat dalam urine
V : Kecepatan terbentuknya urine
LANJUTAN

 Bersihan suatu obat bergantung pada cara bagaimana obat


itu melewati proses-proses filtrasi glomeruli, sekresi aktif dan
difusi pasi pada ginjal.
 Sebagai contoh : obat -obat seperti galamin dan inulin tidak
terikat pada protein sehingga difiltrasi oleh glomeruli secara
komplit, tetapi tidak direabsorpsi maupun disekresikan oleh
tubuli ginjal. Oleh karena itu, bersihan obat -obat ini adalah
sama dengan besarnya kecepatan filtrasi glomerulus (120
ml/menit)
EKSKRESI MELALUI EMPEDU

 Ekskresi obat yang terpenting kedua adalah melalui empedu


kedalam usus dan keluar bersama feses.
 Sel hati memlilki sistem transport yang serupa dengan tubuli
ginjal. Sistem transport hati berfungsi untuk memindahkan
berbagai substansi dari plasma ke dalam empedu.
 Berbagai konjugat yang hidrofilik (terutama glukuronida)
dipekatkan dalam empedu dan dikeluarkan kedalam usus.
 Senyawa glukuronida akan mengalami hidrolisa melepaskan
kembali obat yang aktif. Obat yang dilepas akan diabsorpsi
kembali oleh usus. Siklus ini dapat terjadi berulang yang
disebut siklus enterohepatik.
LANJUTAN

 Efek dari siklus enterohepatik dapat memperpanjang lama


kerja obat karena siklus membentuk semacam reservoir obat
yang bisa mencapai 20% dari seluruh obat dalam tubuh.
 Contoh obat yang mengalami siklus enterohepatik anatar lain
adalah digoksin (diekskresi ke empedu dalam bentuk tanpa
konjugasi), morfin, kloramfenikol, dan stilbesterol yang
semuanya ditranspor dalam bentuk glukuronida.
Ekskresi Melalui Paru
terutama untuk eliminasi gas anestetik umum

Ekskresi dalam ASI, saliva, keringat, dan


air mata
oeksresi ini secara kuantitatif tidak terlalu peniting.
oEkskresi ini bergantung terutama pada difusi pasif
dari bentuk nonion yang larut lemak melalui sel
epitel kelenjar, dan pada pH.
oEkskresi dalam ASI meskipun sedikit, penting artinya
karena dapat menimbulkan efek samping pada bayi
yang menyusu pada ibunya.
LANJUTAN

o ASI lebih asam daripada plasma, maka lebih banyak obat -obatan
basa dan lebih sedikit obat-obatan asam dalam ASI daripada
plasma.
o Ekskresi dalam saliva:
kadar obat dalam saliva sama dengan kadar obat dalam
plasma, maka saliva dapat digunakan untuk mengukur kadar
obat jika sukar untuk memperoleh darah.
o Ekskresi ke rambut dan kulit :
mempunyai kepentingan forensik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai