http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Dalam kondisi inflasi, perusahaan
perlu mempertimbangkan untuk
melakukan revaluasi asset tetap karena
nilai buku tidak mencerminkan harga pasar
yang berlaku saat itu.
02 Meningkatkan struktur
modal sendiri
1. Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi 2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya
adalah wajib pajak badan dalam negeri yang sampai dengan masa pajak terakhir sebelum
terletak atau berada di indonesia. Wajib pajak masa pajak dilakukannya penilaian kembali.
badan dalam negeri adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik a) Pajak Penghasilan (PPh)
yang melakukan usaha maupun yang itdak b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
melakukan usaha yang meliputi perseroan Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
terbatas, perseroan komanditer, perseroan c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
lainnya, badan usaha milik negara atau daerah d) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, Bangunan
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan
bentuk badan lainnya.
Aset tetap yang dapat direvaluasi adalah:
01
Aset tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan
yang dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.
03
Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aset tetap (revaluasi total) atau
terhadap sebagian aset tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan.
Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atu nilai wajar aset tetap
04 pada saat penilaian dilakukan, yang diterapkan oleh perusahaan penilai atau penilai
yang diakui oleh opemerintah
05
Dalam hal ini pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang di akui oleh pemerintah kemudian tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aset tetap yang di nilai
06 kembali wajib dikompensasi terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan dan
sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
07
Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final, sebesar 10% (sepuluh persen).
Aset tetap yang dapat direvaluasi adalah:
Bagi wajib pajak yang melakukan penggabunan usaha, pajak penghasilan yang terutang sebesar
08 10% (sepuluh persen) di atas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aset tetap usaha.
Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar 20% (dua puluh
09
persen) dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.
Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali aset tetap sebelum akhir tahun pajak, maka
10 kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai dengan dilakukannya
revaluasi aset tetap tersebut.
Nilai pasar atau nilai jual merupakan dasar penyusutan aset mulai tahun pajak dilakukannya
11 penilaian kembali aset tetap tersebut. Penyusutan dilakukan sesuai dengan pasal 11 undang-
undang pajak PPh.
Aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan pajak penghasilan tidak
12 dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun setelah dilakukannya
revaluasi.
Apabila wajib pajak mengalihkan aset tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun
13 maka atas selisih penilaian aset tetap tersebut tetap dikenakan pajak penghasilan terutang sebesar
10% (sepuluh persen) dan tambahan pajak yang bersifat final sebesar 15% (lima belas persen).
Dikecualikan dari jangka waktu 5 (lima) tahun jika aset tetap tersebut dialihkan kepada pemerintah
14
atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha.
Persyaratan Administrasi Setelah Revaluasi Aset Tetap
Setelah melakukan revaluasia aset tetap maka wajib pajak memberitahukan hasil penilaian
kembali dengan mengisi formulir yang telah disediakan kepada dirjen pajak cq. Kepala KPP
tempat wajib pajak terdaftar dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut:
Untuk yang
berkaitan dengan Jika laba, berapa labanya? Apakah sudah
masalah pajak, mencapai lapisan kena pajak dengan tarif
pertimbangan tertinggi?
yang harus
diperhatikan
Jika Rugi, kapan rugi terjadi? Tahun
adalah kondisi
berjalan atau tahun-tahun sebelumnya?
perusahaan yang
Kapan batas akhir kompensasi kerugian?
bersangkutan,
seperti:
Bagaimana dampak revaluasi terhadap
beban pajak tahun berjalan dan tahun-
tahun yang akan datang?
Perusahaan tidak Perusahaan mempunyai rugi fiskal
mempunyai rugi fiskal
Jika perusahaan mempunyai rugi fiskal , misalnya
Rp 500.000.000 dan laba tahun berjalan diprediksi
hanya Rp 200.000.000, maka akan ada kompensasi
Karena perusahaan tidak kerugian yang hangus sebesar Rp 300.000.000
memiliki rugi fiskal maka yang (karena sudah lima tahun).
Daripada kompensasi tersebut hangus, perusahaan
harus depertimbangkan adalah
sebaiknya bmelakukan revaluasi pada tahun 2008.
nilai dari jumlah penyusutan Hal ini karena selisih lebih revaluasi sebesar
asset yang berasal dari selisih Rp.350.000.000 dikompensasi terlebih dahulu dengan
lebih, baru kemudian sisa rugi fiskal, sehingga tidak dikenakan PPh final.
dibandingkan dengan PPh final Dengan demikian, rugi fiskal pada tahun 2008 tingal
yang harus dibayar sebesar Rp 150.000.000, dan apabila laba tahun
berjalan Rp.200.000.000, maka perudahaan tingal
membayar pajak untuk laba setealah dikompensasi
sebesar Rp 50.000.000 yan dikenakan tarif terendah.
Disamping itu, perusahaan juga akan mendapat
tambahan beban penyusutan dari revaluasi, yang
juga akan mengurani laba fiskal.
Contoh Kasus :
Selisih nilai pada aktiva sebelum dan sesudah revaluasi
sebesar Rp 5.420.090.031,24 dari selisih revaluasi tersebut
dikenakan pajak 10% bersifat final, sehingga pajak yang harus
dibayar akibat adanya revaluasi adalah sebesar 542.009.003,12.
Selisih revaluasi akan tampak pada neraca sisi pasiva dibagian
modal, sedangkan pengaruhnya terhadap laporan laba rugi
perusahaan terlihat pada biaya usaha pada poin depresiasi
aktiva tetap.
Revaluasi aset tetap dilakukan didasari oleh PMK Nomor
79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 dengan tarif 10%.
Perhitungan penghematan pajak :
- Tanah Rp 900.000
- Bangunan permanen (20 tahun) Rp 1.200.000.000
- Akumulasi penyusutan bangunan 7 tahun (Rp 420.000.000)
- Peralatan dan kendaraan kelompok 2 RP 1.600.000.000
- Akumulasi penyusutan peralatan dan kendaraan 7 tahun (Rp 1.400.000.000)
Laba Rp 350.000.000
Penyusutan :
Bangunan = Rp 3.960.000.000 x 5% (Rp 198.000.000)
Peralatan & kendaraan = Rp (Rp 115.000.000)
920.000.000 x 12,5%
Penghasilan kena pajak Rp 37.000.000
Pajak PPh badan 25% Rp 9.250.000
Jumlah pajak yang harus dibayar Rp 551.250.000
Jika tidak melakukan revaluasi :
Laba Rp 350.000.000
Penyusutan :
Bangunan (Rp 60.000.000)
Peralatan & (Rp 20.000.000)
kendaraan
Penghasilan kena Rp 270.000.000
pajak
Pajak PPh badan 25% Rp 67.500.000
Keuntungan Revaluasi aset tetap akan memperkecil laba bersih
perusahaan, namun revaluasi aset tetap akan memberikan beberapa
manfaat antara lain : (Waluyo 2010).