Anda di halaman 1dari 22

PENILAIAN KEMBALI

(REVALUASI) ASET TETAP


Kelompok:
1 Septiana Puspita Andriani 1221600001
2 Aila Mauliyawati 1221600025
3 Mardiyana 1221600109
4 Dewi Krisnawati 1221600164
5 Devita Ayu Putri M 1221600181
6 Yunita Oktaviana 1221600195

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Dalam kondisi inflasi, perusahaan
perlu mempertimbangkan untuk
melakukan revaluasi asset tetap karena
nilai buku tidak mencerminkan harga pasar
yang berlaku saat itu.

Adapun ketentuan dalam melakukan


revaluasi adalah

Penilaian kembali aset tetap =


Nilai wajar atau nilai pasar – nilai buku fiskal x 10%
01 Perhitungan harga pokok akan
menghasilkan nilai yang
mendekati harga pokok yang
wajar.

02 Meningkatkan struktur
modal sendiri

03 Pembayaran PPh atas selisih


lebih penilaian kembali asset
tetap
REVALUASI ASET TETAP
BERDASARKAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN
Dalam PSAK nomor 16 disebutkan bahwa penilaian
kembali aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan
karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
menganut penilaian aset berdasarkan
harga perolehan atau harga pertukaran.

Penyimpangan ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan


pemerintah. Dalam hal ini, laporan keuangan harus menjelaskan mengenai
penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aset tetap
serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan.
REVALUASI ASET TETAP BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 384/KMK.04/1998 Tanggal 14 Agustus 1998 Dan Surat
Edaran Dirjen Pajak Nomor 29/Pj.42/1998, menjelaskan bahwa:

1. Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi 2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya
adalah wajib pajak badan dalam negeri yang sampai dengan masa pajak terakhir sebelum
terletak atau berada di indonesia. Wajib pajak masa pajak dilakukannya penilaian kembali.
badan dalam negeri adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik a) Pajak Penghasilan (PPh)
yang melakukan usaha maupun yang itdak b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
melakukan usaha yang meliputi perseroan Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
terbatas, perseroan komanditer, perseroan c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
lainnya, badan usaha milik negara atau daerah d) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, Bangunan
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan
bentuk badan lainnya.
Aset tetap yang dapat direvaluasi adalah:
01
Aset tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan
yang dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.

02 Aset tersebut terletak atau berada di wilayah indonesia

03
Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aset tetap (revaluasi total) atau
terhadap sebagian aset tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan.
Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atu nilai wajar aset tetap
04 pada saat penilaian dilakukan, yang diterapkan oleh perusahaan penilai atau penilai
yang diakui oleh opemerintah

05
Dalam hal ini pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang di akui oleh pemerintah kemudian tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aset tetap yang di nilai
06 kembali wajib dikompensasi terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan dan
sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.

07
Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final, sebesar 10% (sepuluh persen).
Aset tetap yang dapat direvaluasi adalah:
Bagi wajib pajak yang melakukan penggabunan usaha, pajak penghasilan yang terutang sebesar
08 10% (sepuluh persen) di atas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aset tetap usaha.

Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar 20% (dua puluh
09
persen) dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.

Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali aset tetap sebelum akhir tahun pajak, maka
10 kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai dengan dilakukannya
revaluasi aset tetap tersebut.
Nilai pasar atau nilai jual merupakan dasar penyusutan aset mulai tahun pajak dilakukannya
11 penilaian kembali aset tetap tersebut. Penyusutan dilakukan sesuai dengan pasal 11 undang-
undang pajak PPh.
Aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan pajak penghasilan tidak
12 dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun setelah dilakukannya
revaluasi.

Apabila wajib pajak mengalihkan aset tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun
13 maka atas selisih penilaian aset tetap tersebut tetap dikenakan pajak penghasilan terutang sebesar
10% (sepuluh persen) dan tambahan pajak yang bersifat final sebesar 15% (lima belas persen).

Dikecualikan dari jangka waktu 5 (lima) tahun jika aset tetap tersebut dialihkan kepada pemerintah
14
atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha.
Persyaratan Administrasi Setelah Revaluasi Aset Tetap
Setelah melakukan revaluasia aset tetap maka wajib pajak memberitahukan hasil penilaian
kembali dengan mengisi formulir yang telah disediakan kepada dirjen pajak cq. Kepala KPP
tempat wajib pajak terdaftar dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut:

Laporan penilaian dari perusahaan 01


penilai/penilai profesional yang
diakui oleh pemerintah.
03 Perhitungan selisih lebih akibat
Neraca penyesuaian yang telah diaudit 02 revaluasi aset tetap dan
oleh akuntan publik yang secara jelas perhitungan besarnya PPh
terlihat nilai aset sebelum dan sesudah terutang.
dilakukannya revaluasi aset tetap.

04 Surat setoran p[ajak (SSP).


Tarif Selisih lebih akibat revaluasi aset tetap setelah
dikompensasi dengan kerugian fiskal dan/atau sisa kerugian
Perlakuan fiskal pada tahun-tahun yang lalu (Pasal 6 ayat (2) UU PPh)
dikenakan PPh final sebesar 10% (sepuluh persen).

Khusus Khusus untuk wajib pajak yang melakukan


penggabungan usaha, PPh final dapat dibayarkan dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun
fiskal dilakukannya revaluasi aset tetap, sepanjang PPh yang
dibayarkan/dilunasi setiap tahunnya tidak kurang dari 20%
(dua puluh persen) jumlah PPh terutang, kecuali pelunasan
untuk tahun terakhir
Jangka Waktu
Pengambilan Keputusan
Oleh
Otorisasi Pajak
Dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun setelah
tanggal pemberitahuan wajib pajak diterima secara
lengkap Dirjen Pajak cq. Ka. KPP wajib pajak
menerbitkan SK pengesahan/penolakan atas
neraca penyesuaian yan dilaporkan oleh wajib
pajak yang melakukan revaluasi aset tetap.
Apabila dalam jangka waktu tersebut
Dirjen Pajak cq. Ka. KPP tidak/belum
memberikan pengesahan/penolakan,
maka neraca penyesuaian yang
disampaikan oleh wajib pajak
dianggap disetujui demi
kepastian hukum.
Teknis Akuntansi Atas
Selisih Lebih Akibat
Revaluasi Aset Tetap
Selisih lebih akibat revaluasi aset tetap setelah diperhitungkan
dengan kompensasi kerugian dibukukan dalma oerkiraan
(rekening/akun) tersendiri yang diberi nama ‘Selisih Penilaian
Kembali Aset’ dan termasuk dalam kelompok perkiraan modal.
Pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilaia
saham tanpa penyetoran kepada para pemegang saham
sebagai akibat pemindahbukuan perkiraan
‘Selisih Penialaian Kembali Aset’ ke perkiraan
‘ modal Saham’ tidak dikenakan PPh bagi
pemegang saham sebagaimana dimaksudkan
dalam memori penjelasan ketentuan
pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh.
Kebijakan
Efisiensi
Apabila neraca penyesuaian dalam rangka
revaluasi aset tetap telah dilakukan
pemeriksaan umum (general audit) oleh
kantor akuntan publik (KAP), maka neraca
penyesuaian tersebut tidak perlu lagi
melakukan lagi pemeriksaan khusus (special
audit), sedangkan pabila belum dilakukan
pemeriksaan umum maka neraca
penyesuaian tersebut cukup dilakukan
pemeriksaan khusus oleh akuntan publik.
Regulasi fiskal inni tertuang adlam sirkuler
nomor SE-19/PJ.42/1999 tanggal 10 Mei 1999.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM MELAKUKAN REVALUASI

Revaluasi parsial atau Pembayaran PPh Pembayaran pajak


menyeluruh sebesar sepuluh persen selama lima tahun
yang bersifat final
Objek revaluasi adalah aset Keputusan Mentri Keuangan
berwujud dalam bentuk Bagi perusahaan yang akan Nomer 422/KMK.04/1998
tanah, kelompok bangunan melakukan revaluasi perlu yang menegaskan bahwa
yang tidak dimaksudkan melakukan perhitungan Wajib Pajak yang melakukan
untuk dialihkan atau dijual apakah membayar PPh penggabungan, peleburan,
atau bukan barang sekarang sebesar 10% itu atau pemekaran harus
dagangan. lebih menguntungkan melunasi seluruh utang
dibanding dengan trif PPh pajak dari tiap perusahaan
badan sebesar 30% (terif terkait.
PPh tertinggi)
PERENCANAAN PAJAK TERHADAP
REVALUASI ASET TETAP
Pertimbangan yang harus diperhatikan adalah kondisi perusahaaan yan beersangkutan.

Kondisi perusahaan dalam keadaan laba


atau rugi?

Untuk yang
berkaitan dengan Jika laba, berapa labanya? Apakah sudah
masalah pajak, mencapai lapisan kena pajak dengan tarif
pertimbangan tertinggi?
yang harus
diperhatikan
Jika Rugi, kapan rugi terjadi? Tahun
adalah kondisi
berjalan atau tahun-tahun sebelumnya?
perusahaan yang
Kapan batas akhir kompensasi kerugian?
bersangkutan,
seperti:
Bagaimana dampak revaluasi terhadap
beban pajak tahun berjalan dan tahun-
tahun yang akan datang?
Perusahaan tidak Perusahaan mempunyai rugi fiskal
mempunyai rugi fiskal
Jika perusahaan mempunyai rugi fiskal , misalnya
Rp 500.000.000 dan laba tahun berjalan diprediksi
hanya Rp 200.000.000, maka akan ada kompensasi
Karena perusahaan tidak kerugian yang hangus sebesar Rp 300.000.000
memiliki rugi fiskal maka yang (karena sudah lima tahun).
Daripada kompensasi tersebut hangus, perusahaan
harus depertimbangkan adalah
sebaiknya bmelakukan revaluasi pada tahun 2008.
nilai dari jumlah penyusutan Hal ini karena selisih lebih revaluasi sebesar
asset yang berasal dari selisih Rp.350.000.000 dikompensasi terlebih dahulu dengan
lebih, baru kemudian sisa rugi fiskal, sehingga tidak dikenakan PPh final.
dibandingkan dengan PPh final Dengan demikian, rugi fiskal pada tahun 2008 tingal
yang harus dibayar sebesar Rp 150.000.000, dan apabila laba tahun
berjalan Rp.200.000.000, maka perudahaan tingal
membayar pajak untuk laba setealah dikompensasi
sebesar Rp 50.000.000 yan dikenakan tarif terendah.
Disamping itu, perusahaan juga akan mendapat
tambahan beban penyusutan dari revaluasi, yang
juga akan mengurani laba fiskal.
Contoh Kasus :
Selisih nilai pada aktiva sebelum dan sesudah revaluasi
sebesar Rp 5.420.090.031,24 dari selisih revaluasi tersebut
dikenakan pajak 10% bersifat final, sehingga pajak yang harus
dibayar akibat adanya revaluasi adalah sebesar 542.009.003,12.
Selisih revaluasi akan tampak pada neraca sisi pasiva dibagian
modal, sedangkan pengaruhnya terhadap laporan laba rugi
perusahaan terlihat pada biaya usaha pada poin depresiasi
aktiva tetap.
Revaluasi aset tetap dilakukan didasari oleh PMK Nomor
79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 dengan tarif 10%.
Perhitungan penghematan pajak :
- Tanah Rp 900.000
- Bangunan permanen (20 tahun) Rp 1.200.000.000
- Akumulasi penyusutan bangunan 7 tahun (Rp 420.000.000)
- Peralatan dan kendaraan kelompok 2 RP 1.600.000.000
- Akumulasi penyusutan peralatan dan kendaraan 7 tahun (Rp 1.400.000.000)

Hasil penilaian sesuai harga pasar :


- Tanah Rp 3.960.000.000
- Bangunan Rp 2.420.000.000
- Peralatan / kendaraan Rp 920.000.000

Prediksi laba tahun 2002 (sebelum penyusutan) : Rp 350.000.000


Jika melakukan revaluasi :
Aktiva tetap Nilai Buku Harga pasar Selisih lebih revaluasi
(dalam Rp) (dalam Rp) (dalam Rp)
Tanah Rp 900.000.000 Rp 3.960.000.000 Rp 3.060.000.000
Bangunan Rp 780.000.000 Rp 2.420.000.000 Rp 1.640.000.000
Peralatan & Rp 200.000.000 Rp 920.000.000 Rp 720.000.000
kendaraan
PPh final 10% Rp 1.880.000.000 Rp 5.420.000.000
Rp 542.000

Laba Rp 350.000.000
Penyusutan :
Bangunan = Rp 3.960.000.000 x 5% (Rp 198.000.000)
Peralatan & kendaraan = Rp (Rp 115.000.000)
920.000.000 x 12,5%
Penghasilan kena pajak Rp 37.000.000
Pajak PPh badan 25% Rp 9.250.000
Jumlah pajak yang harus dibayar Rp 551.250.000
Jika tidak melakukan revaluasi :
Laba Rp 350.000.000
Penyusutan :
Bangunan (Rp 60.000.000)
Peralatan & (Rp 20.000.000)
kendaraan
Penghasilan kena Rp 270.000.000
pajak
Pajak PPh badan 25% Rp 67.500.000
Keuntungan Revaluasi aset tetap akan memperkecil laba bersih
perusahaan, namun revaluasi aset tetap akan memberikan beberapa
manfaat antara lain : (Waluyo 2010).

1.Neraca menunjukkan posisi kekayaan yang wajar. Dengan


demikian, berarti pemakai laporan keangan menerima informasi
yang lebih akurat. Selisih lebih penilaian kembali dapat digunakan
tambahan cadangan modal
2.Kenaikan nilai aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban
penyusutan aset tetap yang dibebankan ke dalam laba rugi, atau
dibebankan ke harga pokok produksi.
Keuntungan Melakukan Revaluasi Aset bagi Perusahaan
1. Revaluasi aset yang dilakukan oleh perusahaan dapat menunjukan
posisi kekayaan yang lebih wajar.
2. Bagi perusahaan yang go public, revaluasi aset sangat penting karena
dapat digunakan untuk menyusun nilai aset ke dalam harga yang
relatif lebih realistis.
3. Dapat mengontrol permodalan perusahaan. Revaluasi aset dapat
menurunkan debt to equity ratio perusahaan sehingga jika perusahaan
Anda akan meminjam uang, pihak bank lebih mudah
menyetujuinya.
4. Dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat
digunakan untuk menarik investor.
5. Dapat mengurangi kewajiban perpajakan.
6. Revaluasi aset juga dapat membantu perusahaan yang ingin atau akan
melakukan merger.
Terima Kasih
Silahkan bertanya 

Anda mungkin juga menyukai