0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
165 tayangan18 halaman
Mata kuliah akhlak tasawuf membahas tentang hakikat manusia yang terdiri dari jasad dan ruh. Tasawuf berperan membersihkan hati sanubari dan banyak berurusan dengan dimensi esoterik manusia. Pengertian tasawuf secara bahasa dan istilah beragam, namun pada dasarnya merujuk pada akhlak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah."
Mata kuliah akhlak tasawuf membahas tentang hakikat manusia yang terdiri dari jasad dan ruh. Tasawuf berperan membersihkan hati sanubari dan banyak berurusan dengan dimensi esoterik manusia. Pengertian tasawuf secara bahasa dan istilah beragam, namun pada dasarnya merujuk pada akhlak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah."
Mata kuliah akhlak tasawuf membahas tentang hakikat manusia yang terdiri dari jasad dan ruh. Tasawuf berperan membersihkan hati sanubari dan banyak berurusan dengan dimensi esoterik manusia. Pengertian tasawuf secara bahasa dan istilah beragam, namun pada dasarnya merujuk pada akhlak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah."
STAI Al Haudl Ketapang Pendahuluan Hakikat Manusia terdiri dari dua unsur, pertama adalah jasad dan kedua adalah ruh. Unsur jasad bersifat ardliyah, berasal dari unsur yang ada di bumi dan akan kembali ke bumi, sehingga makananannya adalah apa yang ada di bumi. Unsur ruh bersifat ilahiyah, berasal dari langit atau berasal dari Allah Swt, sehingga makananannya adalah apa yang turun dari langit berupa wahyu Allah (Al Qur’an)dan Hadits, nasihat dan petunjuk. Kedua unsur di atas yaitu jasad dan ruh harus berjalan secara seimbang, sehingga terjadi dalam dirinya ketentraman hidup baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Ibnu Khaldun (sejarahwan sekaligus filosof Muslim terkenal dengan bukunya Muqadimah) mengatakan bahwa manusia memiliki pancaindera/anggota tubuh (unsur jasad), akal pikiran dan hati sanubari (unsur ruh). Ketiganya harus bersih, sehat, berdaya guna dan dapat bekerja sama secara harmonis. Fikih berperan membersihkan pancaindera/anggota tubuh (thaharah). Fikih banyak berurusan dengan dimensi eksoterik (lahiriyah) dari manusia. Filsafat berperan meluruskan, menggerakkan dan menyehatkan akal pikiran dan banyak berurusan dengan dimensi metafisik manusia mengenai inti dari sesuatu. Tasawuf berperan membersihkan hati sanubari, karenanya banyak berurusan dengan dimensi esoterik (bathiniyah) manusia Ketiga potensi di atas tergambar dalam surat Al Mulk ayat 23 قل هوالذي أنشأكم وجعل لكم السمع واألبصار واألفئدة قليال ما تشكرون Pengertian Tasawuf Secara Bahasa Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah )ُصفَّة ُّ (أ َ ْهلُ ال, yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid (Al Munawwir: 782) , dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah (salah satunya adalah Abu Hurairah Ra.). Kedua, berasal dari kata shafaa )ُصفاَء َ (,artinya bersih atau jernih (Al Munawwir: 783) berbentuk mashdar dari kata صفَايَصْف ُْو َ bentuk isim fa’ilya adalah ُصفي َ , yang berarti nama bagi orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya. Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata shaf ُصف َ dari kata ف ُُّ ف يَص َُّ ص َ artinya barisan (Al Munawwir: 782). Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan. Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani shufah. Kelima, tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah bahasa Grik atau Yunani, yakni “saufi” س ْوفي َ . Istilah ini disamakan maknanya dengan kata “hikmah” ُح ْك َمة, yang berarti kebijaksanaan. Orang yang berpendapat seperti ini adalah Mirkas, Jurzi Zaidan, dalam kitabnya Adab Al Lughah Al ‘Arabiyyah. Dia menyebutkan bahwa para filosof Yunani dahulu telah menjelaskan pemikiran atau kata-kata yang dituliskan dalam buku-buku filsafat yang mengandung kebijaksanaan. Ia mendasari pendapatnya dengan argumentasi bahwa istilah sufi atau tasawuf tidak ditemukan sebelum masa penerjemahan kitab-kitab berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Pendapat ini didukung oleh Nouldik yang mengatakan bahwa dalam penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab terjadi proses asimilasi. Misalnya orang Arab mentransliterasikan huruf “sin” menjadi huruf “shad”, seperti dalam kata tasawuf menjadi tashawuf. Misalnya orang Arab mentransliterasikan huruf “sin” menjadi huruf “shad”, seperti dalam kata tasawuf menjadi tashawuf. Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf berasal dari kata “saufanah”, sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu- bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula dalam kesederhanannya (seperti goni). Ketujuh, ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata “shuf” ُ ص ْوفyang berarti bulu domba atau wol. Dari ketujuh terma yang banyak diakui kedekatannya dengan makna tasawuf yang dipahami sekarang adalah terma yang ketujuh, yakni terma “shuf”. Di antara mereka yang lebih cenderung mengakui terma yang ketujuh ini antara lain Al Kalabadzi, Asy Syuhrawardi, AL Qusyairi, dan lainnya, walaupun dalam kenyataannya, tidak setiap kaum sufi memakai pakaian wol. Barmawi Umarie, misalnya mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada yang menggoyahkan pendapat bahwa tasawuf berasal dari wazan tafa’ul, yaitu tafa’ala yatafa’alu tafa’ulan dengan mauzunnya yaitu tashawwafa yatashawwafu tashawwufan. Barmawi Umarie lebih lanjut menegaskan bahwa tasawuf dapat berkonotasi makna dengan tashawwafa ar rojulu, artinya seorang laki-laki telah bertasawuf. Maksudnya laki-laki itu telah pindah dari kehidupan biasa kepada kehidupan sufi. Pengertian tasawuf secara istilah Pengertian tasawuf secara istilah telah banyak diformulasikan pula ahli yang satu dengan lainnya berbeda, sesuai dengan seleranya masing-masing. Menurut Al Jurairi. Ketika ditanya tentang tasawuf ia menjawab, ٍي ُّ يُوالخروجُمنُكلُخلقُدن ّو ّ لقُسن ٍ الدُّخولُفيُخ “masuk ke dalam segala budi (akhlak) yang mulia dan keluar dari budi pekerti yang rendah”. Menurut Al Junaidi ُهوُأنُيميتكُالحقُعنكُويحييكُبه ُّ “(Tasawuf) ialah (kesadaran) bahwa yang Hak (Allah) adalah yang mematikanmu dan yang menghidupkanmu.” Menurut Al Junaidi أنُيكونُمعُهللاُبالُعالقة “adalah beserta Allah tanpa adanya penghalang." Menurut Abu Hamzah ُعالمةُالصوفيُالصادقُأنُيفتقرُبعدُالغنىُويذلُبعدُالعز ُ وعالمةُالصوفيُالكاذبُأنُيستغنيُبعد.ويخفيُالشهرة الفقرويعزُبعدُالذلُويشتهرُبعدُالخفاء “tanda seorang sufi yang benar adalah memilih hidup fakir setelah (sebelumnya hidup) kaya, memilih menghinakan diri setelah (sebelumnya hidup) penuh penghormatan, memilih menyembunyikan diri setelah (sebelumnya hidup) terkenal. Adapun tanda seorang sufi palsu adalah memilih hidup kaya setelah sebelumnya hidup fakir, memilih kemuliaan dunia setelah (sebelumnya hidup) dalam kehinaan, dan memilih terkenal setelah (sebelumnya hidup) tidak dikenal.” Menurut Amir bin Usman Al Makki أنُيكونُالعبدُفيُكلُوقتُبماُهوُأولىُفيُالوقت “(Tasawuf) adalah melakukan sesuatu yang terbaik di setiap saat” Menurut Muhammad Ali Al Qassadb, ia memberikan ulasan, “Tasawuf adalah akhlak mulia yang timbul pada waktu mulia dari seorang mulia di tengah-tengah kaumnya yang mulia pula.” Menurut Syamnun. Ia menyatakan, “Tasawuf adalah hendaklah engkau memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu”. Menurut Ma’ruf Al Kurkhi. Ia mengungkapkan, “Tasawuf adalah mengambil hakikat dan tidak berharap apa yang ada di tangan makhluk.” Menurut Al Junaidi. Ia mendefinisikan, “Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat- sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat. Dasar –dasar Tasawuf Pertama, dasar Al Qur’an, Al Qur’an dan As Sunnah adalah nash. Setian muslim kapan dan di mana pun dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya dalam bentuk amalan yang nyata. Pemahaman terhadap nash tanpa pengalaman akan menimbulkan kesenjangan. Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab, “Al Qur’an.” Para sahabat terkenal sebagai orang-orang yang banyak menghapalkan isi Al Qur’an dan kemudian menyebarkannya kepada yang lain dengan disertai pengalaman dan penjiwaan terhadap isinya. Mereka berusaha menerapkan akhlak dan perilaku mereka dengan mencontoh akhlak Rasulullah, yakni akhlak AL Qur’an. Dalam hal inilah, tasawuf pada awal pembentukannya adalah manisfestasi akhlak atau keagamaan. Moral keagamaan ini banyak disinggung dalam AL Qur’an dan As Sunnah. Dengan demikian, sumber pertama tasawuf adalah ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari AL Qur’an, As Sunnah dan amalan- amalan serta ucapan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabat tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al Qur’an dan As Sunnah. Dengan begitu, justru dua sumber utama tasawuf adalah AL Qur’an dan As Sunnah itu sendiri. Abu Nashr As Siraj Ath Thusi, dala kitabnya Al Luma’ menjelaskan bahwa dari Al Qur’an dan As Sunnah itulah, para sufi pertama-tama mendasarkan pendapat-pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku, kerinduan dan kecintaan pada ilahi, dan makrifat, suluk (jalan) dan juga latihan-latihan rohaniah mereka. Itu semua mereka susun demi terealisasinya tujuan-tujuan kehidupan mistis. Kedua, sejalan dengan apa yang disitir dalam hadist, tasawuf juga dapat dilihat dalam kerangkan hadist. Umumnya yang yang dinyatakan sebagai landasan ajaran tasawuf adalah hadist sebagai berikut منُعرفُنفسهُفقدُعرفُربه كنتُكنزاُمخفيافأحببتُأنُأعرفُفخلقتُالخلقُفبهُعرفوني يُبالنوافلُحتىُأحبهُفإذاُأحببتهُكنتُسمعهُ اليزالُالعبدُيتقربُإل ّ الذيُيسمعُوبصرهُالذيُيبصرُبهُولسانهُالذيُينطقُبهُويدهُ الذيُيبطسُبهاُورجلهُالذيُيمشيُبهافبيُيبصرُوبيُينطقُ وبيُيعقلُوبيُيبطسُوبيُيمشي