Anda di halaman 1dari 36

Pembimbing klinik:

dr. Roberthy D maelissa Sp.B, FINACS

Oleh :
Muh. Fadel Sesario Muskamal
 Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar
yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis,
dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan
menempati ruangan di depan procesus mastoideus
dan liang telinga luar.

 Tumor parotis adalah tumor yang menyerang


kelenjar parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4
terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari
kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 %
adalah maligna.
ANATOMI KELENJAR PAROTID
 DEFINISI

Tumor didefinisikan sebagai massa jaringan


abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak
ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal
dan tetap tumbuh secara berlebihan setelah stimulus
yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti.
Kelenjar parotid merupakan kelenjar air liur terbesar
dan terletak pada anteroinferior dari telinga.
 Kemungkinan terkena tumor kelenjar liur
pada laki-laki sama dengan wanita. Jarang
terdapat pada anak-anak tapi frekuensi
keganasan lebih sering pada anak. Sekitar
35% tumor kelenjar liur pada anak-anak
adalah maligna. Jenis terbanyak adalah
karsinoma mukoepidermoid. Kelenjar liur
mayor yang paling sering terkena adalah
glandula parotis.
 ETIOLOGI

 Etiologi tumor parotis belum diketahui


dengan pasti. Konsumsi tembakau dan
alcohol dikatakan memiliki hubungan dengan
peningkatan risiko tumor parotis. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa virus Epstein-
Barr dapat menjadi penyebab. Namun, peran
infeksi virus dalam patogenesis tumor parotis
masih belum jelas.
 FAKTOR RESIKO

 Paparan radiasi merupakan faktor resiko untuk terjadinya


tumor kelenjar liur khususnya karsinoma epidermoid.

 berhubungan kuat dengan faktor merokok walaupaun


tumor jinak ini lebih sering pada pria, ternyata
insidennya meningkat pada wanita yang merokok.

 Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya tumor kelenjar


liur adalah infeksi human papilomavirus (HPV) dan
Epstein barr virus (EBV), pekerjaan, nutrisi, genetik dan
faktor lingkungan.
 KLASIFIKASI
 I. BENIGN
 A. PLEOMORPHIC ADENOMA
 B. ONCOCYTIC TUMOUR (WARTHIN’S TUMOR)
 C. MONOMORPHIC ADENOMA
 D. BASAL CELL ADENOMA

 2. MALIGNANT
 A. MUCOEPIDERMOID CARCINOMA
 B. ADENOID CYSTIC CARCINOMA
 C. ACINIC CELL TUMOUR
 MANIFESTASI KLINIS
 Benjolan massa pada atau dekat rahang atau dalam leher
atau rongga mulut
 Pada perabaan didapatkan massa kenyal padat,
permukaan licin, kadang berbenjol-benjol
 Tidak terlekat pada kulit dan dasar.
 Rasa baal di wajah
 Kelemahan otot wajah
 Nyeri menetap pada area kelenjar liur(tanda invasi
perineural)
 Sukar menelan
 Sukar membuka mulut dengan luas
 Pembesaran KGB lokal(tanda metastasis)
 Nyeri telinga
 DIAGNOSIS

 Pemeriksaan radiologis:
 Foto polos
 Foto polos sekarang jarang digunakan untuk
mengevaluasi kelenjar saliva mayor. Foto polos
paling baik untuk mendeteksi adanya radioopaque
pada sialolithiasis, kalsifikasi, dan penyakit gigi.
Foto mandibula AP/Eisler dikerjakan bila tumor
melekat pada tulang. Sialografi dibuat bila ada
diagnosa banding kista parotis/submandibula.
Foto toraks terkadang dilakukan untuk mencari
metastase jauh.
 USG
 USG pada pemeriksaan penunjang berguna
untuk evaluasi kelainan vaskuer dan
pembesaran jaringan lunak dari leher dan
wajah, termasuk kelenjar saliva dan kelenjar
limfe. Cara ini ideal untuk membedakan
massa yang padat dan kistik. Kerugian USG
pada daerah kepala dan leher adalah
penggunaannya terbatas hanya pada struktur
superfisial karena tulang akan mengabsorpsi
gelombang suara.
 CT-Scan
 Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang
yang tajam dan pada dasarnya mengelilingi lesi homogen
yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih tinggi
dibanding jaringan glaandular. Tumor mempunyai
intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate
brightness foci) dengan intensitas signal rendah (daerah
gelap/radiolusen) biasanya menunjukkan area fibrosis
atau kalsifikasi distropik. Kalsifikasi ditunjukkan dengan
tanda kosong (signal void) pada neoplasma parotis
sebagai tanda diagnosa.
 MRI
 Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk
membedakan massa parotis yang bersifat
benigna atau maligna. Pada massa parotis
benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang halus
dengan garis tepi yang kaku. Namun demikian,
pada lesi maligna dengan grade rendah
terkadang mempunyai lesi pseudokapsul dan
memiliki gambaran radiografi seperti lesi
benigna. Lesi maligna dengan grade tinggi
memiliki tepi dengan gambaran infiltrasi.
 Pemeriksaan patologis
 FNAB
 Pemeriksaan sitologik (patologi anatomi)
sangat penting dalam menentukan diagnosis
pembesaran kelenjar parotis yang dicurigai
tumor. Dengan metode ini pada umumnya
dapat dicapai diagnosis kerja sementara dan
pada mayoritas tumor jinak, tidak diperlukan
lagi pemeriksaan tambahan dengan
pencitraan.
 PENATALAKSANAAN

 Secara umum, terapi untuk keganasan kelenjar


parotid adalah tindakan bedah reseksi komplit,
disertai dengan, terapi radiasi bila diindikasikan.
Eksisi konservatif memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya kekambuhan lokal. Batas reseksi dibuat
berdasarkan histologi tumor, ukuran, serta lokasi
tumor, invasi dari jaringan atau struktur lokal, dan
status nodal basins regional.
 Sebagian besar tumor parotid (diperkirakan hingga
90%), berasal dari lobus superfisial. Lobektomi
parotid superfisial adalah operasi minimum yang
dilakukan dalam situasi ini. Prosedur ini dapat
dilakukan pada keganasan yang terbatas pada lobus
superfisial dengan stadium rendah, berdiameter
kurang dari 4cm, tumor tanpa invasi lokal, serta
tanpa adanya keterlibatan nodus regional.

 KOMPLIKASI
 PROGNOSIS

 Secara keseluruhan, angka harapan hidup selama


5 tahun untuk seluruh stadium dan tipe histologi
dari karsinoma parotis adalah 62%. Angka
harapan hidup selama 5 tahun untuk penderita
dengan kekambuhan diperkirakan 37%. Karena
adanya resiko kekambuhan, maka pasien yang
pernah menjalani pemeriksaan histologi yang
menunjukkan adanya keganasan kelenjar liur
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan rutin
seumur hidup.
 LAPORAN KASUS

 Identitas:
 Nama : Tn. HK
 Umur : 42 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Jl. BTN Korpri Palu
 Tanggal MRS : 26-2-2019
 Anamnesis :
 Keluhan utama :
 Bengkak pada pipi sebelah kiri

 Riwayat Penyakit sekarang :


 Pasien laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan
bengkak pada pipi sebelah kiri dialami sejak 4 tahun yang
lalu, pasien mengeluhkan bengkak pada pipi yang makin
membesar sejak 1 bulan belakangan ini, pasien juga
mengeluhkan nyeri yang dirasakan hilang timbul dan air
liur bertambah banyak. Sakit kepala (-), demam (-), mual
(-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB (+) biasa, BAK (+)
biasa.

 Riwavat Penyakit Dahulu :


 Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga :


 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.

 Riwayat Pengobatan :
 Tidak ada
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien : Baik
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg
 RR : 20 x/menit
 N : 78 x/menit
 S : 36.6 °C

 Status generalis:
 Kepala:
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
 Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
 Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi,
mukosa tidak pucat.
 Pipi : Tampak benjolan berukuran 3x3 cm, batas
tegas, sulit digerakan, teraba hangat dan nyeri saat di
tekan
 Leher:
 Dalam batas normal
 Thoraks:
 Cor:
 I: ictus cordis tidak tampak
 P: ictus cordis teraba di ICS IV MCLS
 P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
 A: S1S2 tunggal
 Pulmo:
 I: Simetris, tidak ada retraksi
 P: Fremitus raba normal
 P: Sonor
 A: Vesikuler +/+, Ronkhi-/- Wheezing -/-
 Abdomen:
 I: permukaan datar, massa (-), jejas (-)
 A: bising usus (+) kesan normal
 P: tympani seluruh lapang abdomen
 P: tidak ada nyeri tekan
 Ekstremitas:
 Akral Hangat Atas : +/+ Edema atas :
-/-
 Bawah : +/+
bawah : -/-
 Status lokalis
◦ Pemeriksaan
 Inspeksi
 Lokasi/regio : 1/3 distal wajah kiri sampai post
aurikular mastoid
 Bentuk kelainan : Massa difus dengan lokasi primer di
regio angulus yang meluas ke arah infraorbita
 Warna : normal
 Palpasi
 Suhu : Hangat
 Batas : Tegas
 Mudah digerakan/tidak : Susah digerakan
 Permukaan : Tidak rata
 Kosistensi : Keras
 Nyeri tekan : Positif
 Fluktuasi : Negatif
 Ukuran : 3x3 cm
 Kelenjar getah bening : Servikal kiri membesar
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi
FNAB

Makroskopik: R. Parotis sinistra (anterior auricular), lesi ukuran 3x3 cm,


berbenjol, batas tegas, kurang mobile, aspirat FNAB (2x) = darah

Mikroskopik : sedian hapusan seluler terdiri dari matrix miksod, fibrilar


dengan sebaran indifidual sel-sel mioepitel inti spindle diantaranya dan
tampak kelompokan-kelompokan sel mioepitel inti ovoid spindle,
cenderung monoton, kromatin halus, 1-2 fokus metaplasia sebaseous
dan metaplasia squamous, latar belakang eritrosit

Kesimpulan : kesan adenoma Pleumorfik Kelenjar Liur


Pemeriksaan Lab
Hematologi
Hb : 15,2 gr/dl (13,4-17,7 gr/dL)
Lekosit : 13,57 x 109 /L (4,3-10,3 x 109/L)
Hematokrit : 39,9% (38-42%)
Trombosit : 338 x 109 /L (150-450 x 109/L)
HbsAg : reaktif
RESUME
Pasien laki-laki usia 42 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan bengkak
pada pipi sebelah kiri dialami sejak 4 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan
bengkak pada pipi yang makin membesar sejak 1 bulan belakangan ini, pasien
juga mengeluhkan nyeri yang dirasakan hilang timbul dan air liur bertambah
banyak. Sakit kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB
(+) biasa, BAK (+) biasa.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Didapatkan Massa difus di 1/3 distal wajah kiri sampai post aurikular
mastoid dengan ukuran 3x3 cm . Saat dilakukan Palpasi, Suhu : Hangat, Batas
Tegas, Susah digerakan, Permukaan: Tidak rata, Kosistensi : Keras, Nyeri tekan :
Positif, Fluktuasi : Negatif. Pada pemeriksaan penunjang histopatologi yaitu
FNAB didapatkan hasil Makroskopik: R. Parotis sinistra (anterior auricular), lesi
ukuran 3x3 cm, berbenjol, batas tegas, kurang mobile, aspirat FNAB (2x) =
darah. Mikroskopik : sedian hapusan seluler terdiri dari matrix miksod, fibrilar
dengan sebaran indifidual sel-sel mioepitel inti spindle diantaranya dan tampak
kelompokan-kelompokan sel mioepitel inti ovoid spindle, cenderung monoton,
kromatin halus, 1-2 fokus metaplasia sebaseous dan metaplasia squamous,
latar belakang eritrosit. Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan
peningkatan leukosit yaitu 13,57 x 103/L dan HbsAg reaktif.
DIAGNOSIS KERJA
Tumor Parotis Sinistra
RENCANA TATALAKSANA
Operatif :
Operasi Parotidektomi Sisnistra
Non-Operatif

Medikamentosa :
Instruksi post op:
IVFD RL : DS 1000cc/24jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr/24 jam
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
Inj. Ranitidin 1 ampul/ 12 jam
Inj. Asam mefenamat/8 jam

Non Medikamentosa :
Tirah baring
FOLLOW UP

Rabu S: Benjolan pipi kiri (+),demam (-) mual (-),muntah (-), P :


27.2. 2019 BAB (+), BAK (+) Persiapan OP tanggal 28/3/2/19
O: TD 120/70 mmHg
N 82x/menit
S 36,5°c
P 20x/menit
A: Tumor Parotis Sinistra

Jumat S: nyeri pada luka bekas operasi (+), demam (-) BAB (+) P :
1.3.2019 dan BAK (per kateter) Cefixime 2x200 mg
O: TD 110/70 mmHg As.Mefenamat 3x500mg
N 84x/menit Neurodex 1x1
S 36,5°c Aff Kateter
P 20x/menit
A: Adenoma Pleumorfik Parotis Sinistra Post OP H-1
Sabtu S: nyeri pada luka bekas operasi P:
2.3.19 (-) BAB (+) dan BAK (+) biasa Aff drain
O: TD 110/70 mmHg Cefixime 2x200 mg
N 84x/menit As.Mefenamat 3x500mg
S 36,5°c Neurodex 1x1
P 20x/menit Rawat Jalan
A: Adenoma Pleumorfik Parotis Sinistra Post OP H-2
PEMBAHASAN
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 42 tahun, dengan
keluhan benjolan pada pipi sebelah kiri , disertai dengan rasa
nyeri yang hilang timbul sejak empat tahun yang lalu dan makin
membesar sejak satu bulan yang lalu. Tumor didefinisikan
sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel
sel yang tidak terkontrol dan progresif disebut neoplasma. Pada
kasus ini dicurigai berasal dari kelenjar parotis, salah satu dari
tiga kelenjar liur mayor, hal ini didasarkan letak anatomis
kelenjar parotis yang terletak, didepan telinga dibawah meatus
akustik ekstrenus diantara mandibula dan otot
strenocleidomastoid.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa diffuse dengan primer
di regio angulus yang meluas ke arah infraorbita, berbatas tegas,
berukuran 3 cm x 3 cm , permukaan tidak rata, permukaan
terasa hangat, konsistensi keras..
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yang utama adalah
dengan pemeriksaan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy).
Karena dengan FNAB dapat menghilangkan diagnosis banding
dan dapat mengetahui klasifikasi dan staging dari massa. Pada
pemeriksaan FNAB didapatkan hasil Makroskopik: R. Parotis
sinistra (anterior auricular), lesi ukuran 3x3 cm, berbenjol, batas
tegas, kurang mobile, aspirat FNAB (2x) = darah. Mikroskopik :
sedian hapusan seluler terdiri dari matrix miksod, fibrilar dengan
sebaran indifidual sel-sel mioepitel inti spindle diantaranya dan
tampak kelompokan-kelompokan sel mioepitel inti ovoid spindle,
cenderung monoton, kromatin halus, 1-2 fokus metaplasia
sebaseous dan metaplasia squamous, latar belakang eritrosit.
Berdasarkan TNM staging system, pasien ini termasuk stage
II, karena ukuran tumor 3 cm x 3cm , dimana pada
penderita ini tumor belum meluas sampai kedaerah
mandibula, maka pada unsur tumor (T), dikategorikan T2.
Pada unsur Node (N), pada pasien ini tidak terdapat
pembesaran lymph node, maka pada unsur Node (N)
dikategorikan N0. Pada unsur Metastase (M), pada pasien ini
belum ditemukan adanya metastase, sehingga pada unsur
Metastase (M) dikategorikan M0. Sehingga sesuai TNM
staging pada pasien ini adalah T2N0M0. Penemuan ini
mengarahkan diagnosis pada pasien ini adalah tumor
kelenjar parotid stadium II.
Pengobatan tumor parotis adalah multidisiplin ilmu
termasuk bedah, neurologis, radiologi diagnostic dan
inventersional, onkologi dan patologi. Factor tumor dan
pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannnya,
besarnya tumor, tingkat morbiditas serta availibilitas tenaga
ahli dalam bedah, radioterapi dan kemoterapi.
Penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini adalah tindakan
pembedahan. Terapi utama tumor operable adalah
pembedahan berupa parotidektomi superficial, dilakukan
pada tumor jinak parotis lobus superficial.

Anda mungkin juga menyukai