Anda di halaman 1dari 22

S EMINAR

P ROP OS AL S KRIP S I

Pengaruh Penggunaan BGA dan LGA Pada Campuran


Aspal Beton AC-WC Pen 60/70 dengan Menggunakan
Buttom Ash Sebagai Pengganti Agregat Kasar

OLEH :
M. Yusuf Arifudin
130507240..
S 1 TEKNIK S IP IL B 2013

Dosen P embimbing : Dosen P enguji : Ketua P enguji :


Yogie Risdianto, S .T., M.T. P urwo Mahardi, S .T., M.S c. Drs. H. S oeparno, M.T.
NIP. 197507192005011001 NIP. 198510102014041001 NIP. 196511011993021001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya perkerasan jalan terdiri atas beberapa lapis dengan
kualitas bahan semakin keatas semakin baik[Sukirman,1992].

Jalan beraspal di Indonesia memerlukan pemeliharaan atau


rehabilitasi untuk mengatasi kerusakan yang berupa keausan, retak,
bergelombang serta kerusakan lainnya secara konvensional.
Kondisi seperti ini mendorong manusia untuk mencari alternatif
dalam perkerasan aspal agar mempunyai nilai tambah dari segi mutu dan
bernilai ekonomis, seperti penggunaan limbah buttom ash hasil dari
pembakaran batu bara, pemanfaatan BGA dan LGA sebagai upaya
mengurangi penggunaan aspal cair.
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh penambahan Bottom ash, Buton Granular Asphalt (BGA)


dan Lawele Granular Asphalt (LGA) sebagai bahan subtitusi agregat terhadap
karakteristik Marshall dari campuran panas aspal wearing course (AC-WC)?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penambahan Bottom ash, Buton Granular Asphalt (BGA)


dan Lawele Granular Asphalt (LGA) sebagai bahan subtitusi agregat terhadap
karakteristik Marshall dari campuran panas aspal wearing course (AC-WC)
D. Manfaat Penelitian
1. Mengurangi jumlah limbah Bottom ash
2. Penggunaan Buton Granular Asphalt (BGA) bertujuan untuk mengurangi
penggunaan aspal
3. Penggunaan Lawele Granular Asphalt (LGA) bertujuan untuk mengurangi
penggunaan aspal
4. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan limbah Bottom
ash
5. Memberikan referensi untuk kalangan akademisi dalam usaha perbaikan
infrastruktur perkerasan.

D. Batasan Penelitian

1. Campuran aspal yang direncanakan adalah campuran beton aspal wearing course (AC-
WC)
2. Pencampuran dilakukan dengan campuran panas (hot mix)
3. Aspal yang digunakan adalah aspal pertamina dengan penetrasi 60/70
4. Bahan additive yang digunakan adalah fly ash
5. Buton Granular Asphalt (BGA) yang digunakan berasal dari PT. SUMITAMA INTINUSA
6. Lawele Granular Asphalt (LGA) dan Fly Ash yang digunakan berasal dari PT. SUMITAMA
INTINUSA
7. Pengujian meliputi Marshall properties dan uji permeabilitaas
8. Lokasi pengujian aspal dilakukan di labolatorium PT.Merakindo Mix, Kabupaten Gresik
9. Penelitian ini sebatas penerapan di laboratorium.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
 Konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Contohnya yaitu Laston
(Lapis Aspal beton), Lataston (Lapis Atas Aspal Beton), Hot Rolled
Asphalt (HRA), Hot Rolled Sheet (HRS), Split Mastic Asphalt (SMA).
(sukirman, 1999)

1. Laston (Lapisan Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi menerus


yang umum digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat.
Laston dikenal pula dengan nama AC (Asphalt Concrete) Karakteristik
beton aspal yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
•Beton aspal untuk lapisan aus (wearing course), adalah lapisan perkerasan yang
berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan yang kedap air,
tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang disyaratkan.
•Beton aspal untuk lapisan pengikat (binder course), adalah lapisan perkerasan yang
terletak dibawah lapisan aus. Tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu
memliki stabilitas untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda
kendaraan.
•Beton aspal sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt Concrete-
Base). Tebal nominal minimum AC-Base adalah 6cm.
Tabel 2.1 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Beraspal Panas
(AC)
Lapis Aspal Beton (Laston)
Sifat-Sifat Campuran Lapis
Lapis Aus Pondasi
Pengikat
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal
Max 1,2
(%)
Jumlah tumbukan
Konstruksi perkerasan lentur (flexible perbidang
75 112

pavement), yaitu perkerasan yang Rongga dalam Min 3,5


campuran (VIM)(%) Max 5,0
menggunakan aspal sebagai bahan pangikat. Rongga dalam
Min 15 14 13
agregat (VMA)(%)
Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat Rongga terisi aspal
Min 65 63 60
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas (VFA)(%)
Stabilitas Marshall Min 800 1800
ke tanah dasar. Konstruksi perkerasan lentur (Kg) Max - -
teriri dari beberapa lapisan, yaitu: Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient
Min 250 300
(Kg/mm)
Stabilitas Marshall
sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama
24 jam, 60oC
Rongga dalam
Min 2,5
campuran (%) pada

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010


Gambar 2.1 : Struktur Perkerasan Lentur Lalu Lintas Berat
Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan, Bina Marga 2013. Divisi 6 Perkerasan aspal tabel 6.3.3. (1c)
 Karakteristik Campuran Aspal Beton
Berdasarkan karakteristik campuran, menurut Sukirman (1999),
Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran panas
aspal beton adalah:

S tabilitas

Durabilitas

Fleksibilitas

Skid Resistance (Tahanan Geser/Kekesatan)

Ketahanan Leleh

P ermeabilitas

Kemudahan Pelaksanaan (Workability)


 Bahan Penyusun Perkerasan Jalan

Agregat Agregat
Filler Aspal AC-WC
Kasar Halus

 Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal


% Berat Yang Lolos Laston (AC)
Ukuran Ayakan
Gradasi Halus Gradasi Kasar Sumber : Spesifikasi
AC- AC-
(Inch) (mm) AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC
Base Base Umum Bina Marga 2010
1 ½” 37.5 - - 100 - - 100
1” 25 - 100 90 – 100 - 100 90 – 100 Divisi 6 Perkerasan Aspal
¾” 19 100 90 – 100 73 – 90 100 90 – 100 73 – 90
½” 12.5 90 – 100 74 – 90 61 – 79 90 – 100 71 - 90 55 – 76
Tabel 6.3.2.3
3⁄ ” 9.5 72 – 90 64 – 82 47 – 67 72 – 90 58 - 80 45 – 66
8
No.4 4.75 54 – 69 47 – 64 39.5 – 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5
No.8 2.36 39.1 – 53 34.6 – 49 30.8 – 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 26,8
No.16 1.18 31.6 – 40 28.3 – 38 24.1 – 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1
No.30 0.6 23.1 – 30 20.7 – 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6
No.50 0.3 15.5 – 22 13.7 – 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4
No.100 0.15 9 – 15 4 – 13 4 – 10 6 – 13 5 – 11 4,5 – 9
No.200 0.075 4 – 10 4–8 3–6 4 - 10 4–8 3-7
 Buttom Ash Abu yang dihasilkan pada proses pembakaran batu bara
sebagai sumber energy pada unit pembangkit uap (boiler)
pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Bottom ash
berbentuk partikel halus dan bersifat pozzolan. Terdapat
tiga tipe metode pembakaran pada proses penghasilan
energi, yaitu dry bottom boilers, wet-bottom boilers dan
cyclone furnace.

 BGA dan LGA LGA dan LGA digunakan sebagai Asphalt Additive untuk
memperbaiki karakteristik atau sifat-sifat campuran
beraspal dan dapat dgunakan sebagai substitusi untuk
mengurangi aspal minyak dalam campuran panas (Hot
Mix), campuran dingin (Cold Mix) dan Lapen Macadam
(LPMAL).
LGA dan BGA memiliki perbedaan pada ukuran butiran
agregatnya, dimana BGA memiliki butiran yang lebih kecil
dari pada LGA
 Fly Ash
Secara umum abu batubara dapat didefinisikan sebagai materi sisa atau pengotor dari
batu bara (lempung, kuarsa, feldspar) yang tidak habis terbakar dan berfusi dalam proses
pembakaran karbon, hidrogen, sulfur, oksigen dan penguapan air yang terkandung
dalam batubara. Dalam dunia perkerasan jalan fly ash digunakan sebagai filler, dimana
ukuran butiran yang halus dan lolos ayakan no.200

 Karakteristik Marshall
Karakteristik campuran aspal dapat diukur dari sifat-sifat Marshall yang ditunjukkan
pada nilai-nilai sebagai berikut :
1. Stabilitas
2. Kelelehan (flow)
3. Kerapatan
4. VIM (Void In The Mix)
5. VFA (Void Filled with Asphalt)
6. VMA (Void In Mineral Agregate)
7. Marshall Quotient (MQ)
 Penelitian Terdahulu
Madi Hermadi dan M. Sjahdanulirwan (2008) melakukan penelitian mengenai
spesifikasi campuran beraspal panas asbuton lawele untuk perkerasan jalan. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil bahwa campuran beraspal panas asbuton lawele memiliki
Stabilitas Marshall 1030 kg dan Stabilitas Dinamis 3500 lintasan/mm. Angka ini lebih
besar jika dibandingkan dengan aspal pen 60/70 dengan Stabilitas Marshall 930 kg dan
Stabilitas Dinamis 1432 lintasan/mm

Menurut Anas Tahir (2009) Penelitian ini mencoba menggunakan bahan pengisi filler
abu terbang batu bara yang diharapkan menambah daya tahan lapis perkerasan beton
aspal terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca dan beban lalu lintas. Dari hasil
penelitian didapatkan variasi kadar filler sebesar 4%, 5%, 6%, 7% dan 8% terhadap
total campuran. Semakin banyak filler abu terbang batu bara yang digunakan,
menyebabkan nilai stabilitas semakin meningkat yaitu 4% = 1518.124 kg dan 8% =
1640,499 kg.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium PT. Merakindo
Mix, jl. Krikilan Driyorejo, Gresik.

Gambar. Lokasi PT. Merakind AMP


1. Data Primer
 Sumber data a. Data Hasil Marshall Test
b. Data Hasil Uji Fisis

2. Data Sekunder
Studi literatur melalui dokumen atau jurnal penelitian dari
peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian
penulis.

 Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variabel bebas yang diukur, dimanipulasi atau dipilih dalam penelitian ini adalah LGA,
BGA, dan Buttom Ash

Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang diukur adalah kadar pada penggunaan Buttom Ash

Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengujian sifat-sifat fisis agregat,
pengujian sifat-sifat fisis aspal penetrasi 60/70 dan pengujian Marshall yang semua
pengujian berdasar pada SNI.
 Parameter Marshall
 Data Penelitian • Kepadatan
• Stabilitas
• Kelelehan
• Marshall Quotient
• VFA (Void Filled With Asphalt)
• VMA (Voids In The Mineral
Aggregate)
• VIM (Voids In The Mix)

 Instrument  Observasi : Observasi yang dilakukan untuk penelitian


ini meliputi observasi untuk mendapatkan bahan/
Penelitian material pengujian.
 Literatur : Literatur yang digunakan untuk penelitian ini
meliputi jurnal ilmiah, buku pengantar kuliah, buku teknik
sipil serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian
ini.
 Pengujian Benda Uji : Pengujian yang dilakukan
meliputi pengujian material dan benda uji sesuai
kebutuhan penelitian.
 Alur Penelitian

Mulai A

Studi Literatur Pengujian Marshall

Persiapan Alat dan Material Analisis dan Pembahasan

Pengujian Material Selesai

Aspal Pen 60/70 Bottom ash, BGA dan LGA


Gambar Alur Penelitian
Agregat Kasar dan Halus
1. Penyerapan terhadap air
2. Berat jenis

TIDAK
Memenuhi
Spesifikasi

YA

Pembuatan benda uji

A
SPESIFIKASI ASPAL PEN 60/70
No Jenis Pengujian Metode Persyaratan
1 Penetrasi 25 °C, 100gr, 5 SNI 06-2456- 60-79
detik; 0,1 mm 1991
2 Titik Lembek ; °C SNI 06-2434- >48
1991
3 Titik Nyala ; °C SNI 06-2433- >232
1991
4 Daktalitas, 25 ; cm SNI 06-2432- Min. 100
1991
5 Berat Jenis SNI 06-2441- Min. 1,0
1991
6 Kelarutan dalam Trichlor SNI 06-2438- Min. 99
Ethylen; % berat 1991

7 Penurunan Berat (dengan SNI 06-2440- Max. 0,8


RTFOT); % berat 1991

8 Penetrasi setelah RTFOT ; % SNI 06-2432- Min. 54


asli 1991
9 Daktalitas setelah RTFOT ; SNI 06-2456- Min. 50
% asli 1991
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I Divisi 6
SPESIFIKASI AGREGAT Agregat Halus
Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap SNI 3407:2008 Maks.12 %
larutan natrium dan magnesium Nilai Setara Pasir SNI 03-4428- Min
sulfat 1997 60%
Abrasi dengan Campuran AC SNI 2417:2008 Maks.30 %
mesin Los bergradasi kasar Kadar Lempung SNI 3423 : Maks
Angeles 2008 1%
Semua jenis Maks.40%
campuran aspal
Angularitas (kedalaman dari SNI 03-6877- Min.4
bergradasi
permukaan < 10 cm) 2002 5
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min.95 %
Angularitas (kedalaman dari Min.4
Angularitas (kedalaman dari DoT's 95/90 permukaan ≥ 10 cm) 0
permukaan <10cm) Pennsylvania
Angularitas (kedalaman dari Test Method, 80/75
permukaan ≥10cm) PTM No.621 Filler
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks. 10% Pengujian Standar Nilai
Perbandingan
1:5 Material lolos SNI 03-6723- Min
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142- Maks. 1 % saringan no.200 2002 75%
1996
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I Divisi 6
 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu
pecah, pasir atau mineral lainnya yang
diperoleh dari alam atau hasil pengolahan.
Agregat berperan dalam mendukung dan
menyebarkan beban roda kendaraan kelapis
tanah dasar (Sukirman,1992). Berdasarkan
ukuran butirnya agregat dapat dibedakan
atas agregat kasar, agregat halus dan bahan Gambar Stone Crucher (Pemecah Batu) Gambar Stock Pile Material
pengisi (filler). Bersumber dari Kejayen Pasuruan

Gambar LGA Gambar Agregat Kasar & Halus

Gambar Saringan Agregat Gambar Hasil Campuran Agregat


Gambar Filler
 Aspal
Aspal adalah material thermoplastis yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur
berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan
terhadap perubahan temperatur, yang dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspal walaupun mungkin
mempunyai nilai penetrasi atau viskositas yang sama pada temperatur tertentu. Bersama dengan
agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman,2007).

Penetrasi yang akan digunakan pada


penelitian ini adalah aspal dengan
penetrasi 60/70, Jika dipanaskan sampai
suatu temperatur tertentu aspal dapat
menjadi cair sehingga dapat
membungkus partikel agregat pada waktu
pembuatan. Jika temperatur mulai turun,
aspal akan mengeras dan mengikat
agregat pada tempatnya (Soehartono,
Gambar Campuran Agregat dan Aspal 2015).

Gambar Aspal Pertamina pen 60/70 Gambar Oven Gambar Mold


Berikut adalah langkah-langkah pembuatan benda
uji:
 Pembuatan Benda Uji a.) Campuran disiapkan untuk satu benda uji.
Agregat ditimbang sesuai fraksi ukurannya
Jumlah lintasan Jumlah tumbukan
berdasarkan gradasi yang diinginkan. Berat total
Beban lalu agregat campuran adalah berat agregat yang dapat
sumbu standar masing-masing sisi
lintas menghasilkan satu benda uji padat setinggi 6,35cm
18000 pon (ESA) benda uji
Ringan
dengan diameter 10,2cm. Umumnya berat agregat
< 10 35
Sedang 10 - 10 50
campuran adalah ± 1200 gram.(Sukirman.S.2003)
Berat > 10 75
b.) Agregat dipanaskan sampai mencapai
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I
temperatur ± 20 °C di atas suhu pencampuran.
Divisi 6 Agregat panas dan aspal panas dimasukan kedalam
tempat pencampuran untuk dicampur merata pada
suhu pencampuran ± 150 °C sesuai dengan
ketentuan beton aspal campuran panas (hotmix).
c.) Campuran beton aspal panas dituangkan ke
dalam mold yang telah disiapkan, ditusuk-tusuk,
dan dipadatkan dengan mempergunakan
penumbuk (hammer) seberat 10 pon (=4,356 kg)
dengan tinggi jatuh 18 inch (=45,7 cm) dan jumlah
Gambar Alat Pemadat Otomatis tumbukan masing-masing sisi benda uji sebanyak
75 kali.

Gambar Campuran Agregat dan Aspal Panas Gambar Extruder Gambar Benda Uji
 Pengujian Dengan Alat Marshall
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap
kelelehan (flow) dari campuran aspal sesuai dengan prosedur SNI 06-2489-
1991. Berikut langkah-langkah pengujian dengan alat Marshall :
 Benda uji direndam dalam bak perendam
(water bath) pada suhu 60°C ± 1°C selama
30 menit.

 Dilakukan pengujian dengan alat marshall.


(teknisi lab. Merakindo mix)

 Setelah pengujian Marshall dilakukan


terhadap seluruh benda uji, kemudian
dilakukan analisis terhadap data yang
diperoleh. Dari hasil pengujian didapatkan
nilai-nilai kepadatan, stabilitas, flow, VMA,
VFA, VIM, Marshall Question.

 Setelah mendapatkan hasil dan analisa telah Gambar Alat Marshall

dilakukan maka, dapat disimpulkan hasil dari


penggunaan Buttom Ash.

Anda mungkin juga menyukai