Anda di halaman 1dari 41

dr.

Mutiara Anissa, SpKJ


Tn. N, 28 tahun dibawa ke poli Jiwa dengan keluhan
mendengar suara tanpa sumber sejak 1 bulan yang lalu. Tn. N
mengatakan bahwa dirinya mendengar suara orang yang
mengomentari dirinya. Suara tanpa sumber didengar hampir
setiap hari sehingga membuat dirinya sulit tidur. Tn, N juga
mengatakan bahwa tetangganya berniat jahat pada dirinya
dengan meracuni makanannya. Ia juga meyakini bahwa saat
menonton berita di televisi, penyiar berita sedang
membicarakan dirinya. Menurut keluarga, Tn. N menjadi
malas untuk merawat diri seperti mandi. Tn. N juga banyak
mengurung diri dikamar dan tidak mau berinterasi dengan
keluarganya. Dokter mendiagnosis Tn. N dengan skizofrenia
Paranoid. Tn. N diberikan obat antipsikotik dan obat untuk
mencegah gejala ekstra piramidal.
Gangguan Skizofrenia adalah gangguan jiwa yg ditandai
dengan adanya distorsi realita, disorganisasi, & kemiskinan
psikomotor.

 Gangguan psikotik paling banyak ditemukan  1% dari


populasi penduduk di Indonesia & dunia.

 Penyakit kronis, kambuhan, pe ↓ fungsi  disabilitas, sering


ireversibel  beban bagi individu/ keluarga.
Eugen Bleuler ( 1857-1939):
Emil Kraepelin ( 1856-1926)

demensia prekoks skizofrenia


Schizo = perpecahan / split
perubahan kognitif yang jelas Phrenos = mind
( demensia) & onset awal (  Terjadinya suatu perpecahan
prekoks)  ditandai dengan: pikiran, perilaku, dan perasaan.
perjalanan jangka panjang yg
memburuk & dengan gejala Gejala primer: 4A ( asosiasi, afektif,
klinis umum: halusinasi & autisme, ambivalensi) + gejala
waham. sekunder: halusinasi & waham.
 Usia & jenis kelamin
- Perbedaan onset & perjalanan penyakit antara ♂ dan ♀
- ♂: onset lebih awal ( usia puncak onset 15-25 th), lebih
terganggu oleh gejala (-)
- ♀: usia puncak onset 25-35 th, hasil akhir lebih baik

 20%-50% penderita Skizofrenia mencoba bunuh diri

 Penyalahgunaan zat  30-50% ketergantungan alkohol, 15-


25% kanabis, 5-10% kokain.

 Sosioekonomi rendah  stress (social causation hypothesis).


 Etiologi pasti skizofrenia masih belum ditemukan.

 Komponen genetikakecenderungan seseorang


menderita skizofrenia berhubungan dengan kedekatan
hubungan keluarga (>> pada derajat pertama dan kedua).

 Terdapat kemungkinan etiologi lain seperti kejadian-


kejadian prenatal atau perinatal seperti hipoksia, infeksi
virus prenatal, penyalahgunaan zat oleh ibu hamil, trauma
kepala ketika persalinan dll.
 Pemeriksaan postmortem dan teknik-teknik pencitraan
otak struktural (MRI) pasien skizofrenia : abnormalitas
struktural yang ada pada struktur-struktur otak
subkortikal dan kortikal.

 Volume ventrikel lateral yang meningkat dan menurunnya


volume-volume pada korteks-korteks prafrontal medial
dan dorsolateral, kortek singulat dan paracingulat,
hipokampus, parahippocampus dan gyrus temporal
superior, septum pellucidum, dan talamus.
Stress-diathesis model

Seseorang yang rentan


(diatesis) terkena stresor
lebih mudah

Genetik : kromosom X 1,
3, 5, 11  COMT
(catechol-O-Methyl
Transferase) dalam
encoding dopamin

Lingkungan emosional
tidak stabil, stresor sosial,
diskriminasi, sosial
ekonomi rendah 
Skizofrenia >>
Nigrostriatal pathway
Substantia Nigra to Striatum
. Motor control
. Death of neurons in
this pathway can result in
Parkinson's Disease
Tuberoinfundibular pathway
Hypothalamus to Pituitary gland
. Hormonal regulation
Mesolimbic and Mesocortical pathways . Maternal behavior (nurturing)
Ventral Tegmental Area to Nucleus . Pregnancy
Accumbens, Amygdala & Hippocampus, . Sensory processes
and Prefrontal Cortex
. Memory
. Motivation and emotional response
. Reward and desire
. Addiction
. Can cause hallucinations and
schizophrenia if not functioning properly

Dopamine Pathway
 Gejala skizofrenia dibagi dalam 5 dimensi:

Gejala positif Gejala negatif Gejala kognitif Gejala agresif Gejala depresi
dan hostile dan ansietas
Waham Kemiskinan Gangguan Penyerangan Mood depresi
Halusinasi pembicaraan verbal fluency secara fisik dan Mood cemas
Gangguan (alogia) (pembicaraan verbal Rasa bersalah
pikiran formal Penumpulan- spontan) terhadap orang Tension
Bicara kacau pendataran Gangguan lain Iritablitas
Perilaku aneh afek eksekutif Perilaku
Inkoherensi Anhedonia Gangguan menyakiti diri
Penarikan diri kewaspadaan Merusak
scr sosial barang orang
Kurang lain
inisiatif/
motivasi
Kurang atensi
Terdapat sedikitnya 1 gejala yg amat jelas (2 gejala/lebih apabila gejala2 tsb
krg jelas):
A. Thought echo
Thought insertion/withdrawal
Thought broadcasting
B. Delution of influence
Delution of control
Delution of perception
Delution of passivity
C. Halusinasi auditorik ( commenting/ discussing/ berasal dari salah satu
bagian tubuh)
D. Waham – waham menetap jenis lainnya, dianggap tidak wajar dan mustahil
Atau paling sedikit 2 gejala dari kelompok ini:

 Halusinasi yg menetap
 Arus pikiran terputus (break) / mengalami sisipan (interpolation) 
inkoherensi atau pembicaraan yg tidak relevan / neologisme
 Perilaku katatonik (gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, stupor)
 Gejala2 negatif (sikap apatis, bicara jarang, respon emosi menumpul atau
tdk wajar, menarik diri dari pergaulan sosial dan menurun kinerja sosial)

Semua gejala-gejala tersebut harus selalu ada secara jelas 1 bulan/ lebih.

Tidak ada penyakit otak/ intoksikasi obat/ withdrawal obat.


 Gejala psikosis aktif pada Gangguan kondisi medis umum
misalnya epilepsi lobus temporalis, tumor lobus temporalis
 Penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol
 Gangguan skizoafektif
 Gangguan afektif berat
 Gangguan waham
 Gannguan kepribadian skizotipal
 Gangguan kepribadian skizoid
 Gangguan kepribadian paranoid
Farmakoterapi
Non-farmakoterapi
Terapi biologik (farmakoterapi)  antipsikotik generasi I dan
antipsikotik generasi II.

3 fase:
 Fase akut  gejala psikotik yg membutuhkan penatalaksanaan
segera, fokus: menghilangkan gejala psikotik, durasi 4-8 mgg.
 Fase stabilisasi  resiko kekambuhan tinggi ( t.u bila obat
dihentikan/ terpapar stressor), fokus: konsolidasi pencapaian
terapetik, durasi 6 bln setelah pulih gejala akut.
 Fase stabil/ rumatan  fokus: mencegah kekambuhan &
memperbaiki derajat fungsi
 Antipsikotik Generasi I / Antipsikotik Tipikal
 Menurunkan hiperaktifitas dopamin dengan memblok reseptor
(antagonis reseptor) D2 di seluruh otak
 Blokade reseptor D2 mesolimbik  << gejala positif
 Blokade reseptor D2 di mesokortikal  memperberat gejala
negatif dan kognitif
 Blokade reseptor D2 di nigostriatal  gangguan pergerakan
parkinsonism (gejala ekstrapiramidal/EPS)  kronik :
pergerakan hiperkinetik (tardive diskinesia)
 Blokade reseptor D2 di tuberoindundibular peningkatan
prolaktin :galactorrhea, amenorrhea, demineralisasi
tulang, disfungsi seksual, peningkatan BB
Efek samping anti psikotik tipikal :
 Mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, penurunan kognitif
 Penambahan BB, Mengantuk
 abnormal EKG (pemanjangan interval QT dan bentuk segmen ST
serta gelombang T yang abnormal), Hipotensi ortostatik
 Sindroma Neuroleptik Maligna

 Extrapyramidal symptoms (EPS) : dystonias, Parkinsonism, akathisia


& tardive dyskinesia
 Parkinsonism
tremor, rigiditas, perlambatan motorik, air liur >>, muka topeng
 Tardive diskinisia :Gerakan wajah dan lidah  mengunyah terus,
menjulurkan lidah, menyeringai
Kekurangan APG I
 Tidak dapat mengatasi gejala negatif

 Efek samping EPS dan tardive diskinesia

 Memperburuk kognitif

 Sedasi

 Disungsi seksual, gangguan jantung

 Sindroma Neuroleptik Maligna : reaksi idiosinkrasi serius 


rigiditas, hiperpiretik, gangguan sistem saraf otonom, delirium
 Gawat darurat
Mekanisme kerja:

 Menurunkan dopamin  memblokade reseptor

Dopamine D2 & Serotonin 5 HT Receptors (


Serotonin-dopamine antagonists)

 Menurunkan munculnya EPS dan efektif untuk

simptom negatif.
Nigrostriatal mencegah
pathway EPS
– memicu pelepasan
dopamin

Mesocortical Memperbaiki gejala


pathway
Antipsikotik negatif
– memicu pelepasan
Atipikal
dopamin

Mesolimbic
pathway Gejala positif <<
– pelepasan
dopamin <<

Tuberoinfundibular pathway Hyperpro-


– memicu pelepasan lactinemia<<
dopamin
Antipsikotik Rentang dosis
Generasi II (mg/hari)

Aripiprazol 10-30 1x sehari

Klozapin 150-600 2x sehari

olanzapin 10-30 1x sehari

Quetiapin 300-800 2x sehari

risperidon 2-8 2x sehari


 Clozapin  APG II yang pertama ditemukan
 Indikasi Clozapin : skizofrenia resisten dengan obat
antipsikotik lainnya.
 Efek samping agranulositosis dan kejang
 Dapat digunakan pada pasine yang mengalami tardive
diskininesia, risiko bunuh diri tinggi.
Obat Dosis (mg/hari) Target EPS
Trihexyphenidil 1-15 Akatisia,
parkinsonism,
distonia
Amantadin 100-300 Akatisia,
parkinsonism
Propanolol 30-90 Akatisia
Lorazepam 1-6 Akastisia
difenhidramin 25-50 Akatisia, distonia,
parkinsonism
 Psikoedukasi • Rehabilitasi
 Meningkatkan pemahaman • Terapi vokasional. pelatihan
pasien dan keluarga keterampilan sosial,
mengenai penyakit, gejala, remediasi kognitif.
pengobatan dan peran • Meningkatkan keterampilan
keluarga dalam bersosialisasi, menjalin
 Perencanaan hidup yang relasi interpersonal, integritas
lebih realistik dan mampu ke masyarakat dan
laksana memperoleh keterampilan
kerja
 Intervensi keluarga
 Melibatkan keluarga
 Edukasi keluarga,
memperbaiki komunikasi
dalam kelurga, keterampilan
penyelesaian masalah.
BAIK BURUK

1. Late onset 1. Onset usia muda


2. Onset akut 2. Onset perlahan dan tidak jelas
3. Tidak ada faktor pencetus
3. Faktor pencetus yang jelas 4. Riwayat premorbid jelek
4. Riwayat premorbid baik dalam 5. Perilaku menarik diri atau autistik
sosial, seksual dan pekerjaan 6. Belum menikah atau telah bercerai
5. Dijumpai simptom depresi 7. Riwayat keluarga skizofrenia
8. Sistem support yang buruk
6. Menikah 9. Gambaran klinis adalah simptom
7. Riwayat keluarga dengan gangguan negatif
mood 10. Riwayat trauma perinatal
8. Sistem support yang baik 11. Tidak ada remisi selama 3 tahun
terapi
9. Gambaran klinis  simptom positif 12. Sering kambuh
13. Riwayat skizorenia sebelumnya
• Prevalensi seumur hidup < 1% (0,5-0-,8%)
• Diagnosis awal skizoafektif sering digunakan ketika
diagnosis belum pasti.
• Perbedaan umur dan jenis kelamin
• Tipe depresi orang tua > muda.
• Tipe bipolar dewasa muda > orang tua.
• Pria < wanita, usia wanita > pria
• Pria  perilaku antisosial & afek tumpul/ datar.
 Tidak diketahui.
 Resiko mengalami skizofrenia meningkat pada
keluarga dengan skizoafektif.
 Prognosis lebih baik dibanding skizofrenia, lebih
buruk dibanding gangguan mood.
 Cenderung non-deteriorasi & berespon baik dengan
mood stabilizers dibanding skizofrenia.
 Semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik
dan gangguan depresif.
 Gejala muncul dalam saat yang bersamaan
 Perjalanan penyakit dapat berupa satu eksaserbasi
remisi hinggaperjalanan yang terus memburuk
 Bersifat episodik
 Apabila terdapat adanya gejala afektif dan skizofrenia yang
menonjol dan timbul secara bersamaan, ada dalam episode
yang sama dari penyakit atau setidaknya beberapa hari
yang satu sesudah yang laim
 Tidak memenuhu kriteria untuk skizofrenia , episode
manik maupun episode depresi.
 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan
gejala skizofrenia dan gangguan afektif dalam episode
penyakit berbeda
 Skizoafektif tipe manik
 Episode skizoafektif tipe manik tunggal atau gangguan berulang
 Afek meningkat atau afek tak begitu menonjol disertai
iritabilitas/kegelisahan
 Pada epsiode yg sama, setidaknya ada satu atau lebih 2 gejala
skizofrenia
 Skizoafektif tipe depresif
 Episode skizoafektif tipe depresif tunggal atau gangguan berulang
 Afek depresif menonjol disertai sedikitnya 2 gejala khas depresif.
 Pada epsiode yg sama, setidaknya ada satu atau lebih 2 gejala
skizofrenia
 Skizoafektif tipe campuran
 Gangguan mood
 Skizofrenia
 Gangguan mental organik psikotik dan gangguan mood
dikarenakan epilepsi lobus temporalis
 Gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan
ampetamine dan phenyclidine (PCP)
 Setelah 1 tahun, prognosis tergantung gejala
yang cukup menonjol
 bila gejala afektif : prognosis baik
 bila skizofrenik : prognosis buruk.

 Suatu studi pasien skizoafektif, selama 8 tahun


menemukan outcome-nya lebih mirip skizofrenia
daripada gangguan mood dgn ciri psikotik.
 Kombinasi farmakoterapi dan non-farmakoterapi.
 Farmakoterapi :
 Kombinasi antipsikotik dengan mood stabilizer atau
 Kombinsi antipsikotik dnegan antidepresan
 Tergantung subtipe skizoafentif.
 Non-farmakoterapi :
 Psikoedukasi
 Psikoterapi supportif
 Rehabilitasi
 Konseling keluarga

Anda mungkin juga menyukai