Anda di halaman 1dari 9

SIKAP :

MENGEVALUASI
DUNIA SOSIAL
DELI NIRANSI (A1L0180
FITRIA RAHMAINI (A1L018079)
YUGA LESTARI (A1L0180
PEMBENTUKAN SIKAP :
BAGAIMANA – DAN MENGAPA –
SIKAP BERKEMBANG
Sikap adalah evaluasi dari aspek dunia sosial dimanapun. Sering kali sikap ambivalen – kita
mengevaluasi objek sikap baik secara positif maupun negatif.
 sikap sering kali diperoleh dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial. Pembelajaran
tersebut melibatkan classical condioning, instrumental conditioning, atau observasional learning.
Sikap juga terbentuk berdasarkan perbandingan sosial – kecenderungan kita untuk
membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain agar dapat menentukan apakah pandangan
kita terhadap kenyataan sosial benar atau tidak benar. Dalam menyamakan hal tersebut dengan
orang yang kita sukai atau hormati kita menerima sikap yang mereka miliki.
Penelitian yang dilakukan terhadap kembar identik menunjukkan bahwa sikap mungkin juga
dipengaruhi oleh faktor genetik, walaupun besarnya efek tersebut bervariasi, sama bervariasinya
dengan banyaknya sikap itu sendiri.
Hubungan Sikap-Tingkah Laku : Kapan dan
Bagaimana-Sikap Mempengaruhi Tingkah Laku
 beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan hubungan antara
sikap dan tingkah laku, beberapa diantaranya berhubungan dengan
situasi dimana sikap tersebut dilakukan dan selain itu berhubungan
dengan aspek dan sikap itu sendiri.
Keterbatasan situasi mungkin membatasi kita untuk
mengekspresikan sikap kita secara terbuka. Selain itu, kita cenderung
untuk meyukai situasi yang mengizinkan kita untuk mengekspresikan
sikap kita dan hal ini mungkin memperkuat pandangan kita.
LANJUTAN
Beberapa aspek dari sikap itu sendiri menjembatani hubungan antara sikap –
tingkah laku. Termasuk dalam aspek ini adalah sifat dari sikap itu sendiri
(bagaimana sikap itu terbentuk), kekuatan sikap (dimana termasuk di dalamnya
adalah mudah tidaknya sikap itu diakses, pengetahuan, tingkat kepentingan, dan
kepentingan pribadi), dan kekhususan sikap.
 sikap tampaknya mempengaruhi tingkah laku melalui dua mekanisme yang
berbeda. Ketika kita dapat memberikan pemikiran secara hati-hati pada sikap
kita, intensi yang berasal dari sikap kita secara kuat mampu memprediksikan
tingkah laku. Dalam situasi ini dimana kita tidak dapat melakukan pemikiran
terhadap sikap mempengaruhi tingkah laku dengan membentuk persepsi kita
terhadap situasi.
Seni Persuasi : Mengubah Pesan
untuk Mengubah Sikap
 penelitian awal terhdap persuasi – usaha untuk mengubah sikap
melalui penggunaan pesan – berfokus pada karateristik dari si
penyampaian pesan (keahlian, daya tarik), pesan (satu atau dua arah),
dan pendengar.
 semakin banyak penelitian yang akhirnya memahami bahwa proses
kognitif berperan dalam persuasi. Penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kita memproses pesan persuasif dengan dua cara
yang berbeda: melalui pemrosesan sitematik, yang melibatkan
perhatian terhadap isi pesan , atau melalui heuristik, yang melibatkan
penggunaan jalan pintas mental (contoh: para ahli biasanya benar).
Ketika Perubahan Sikap
Gagal: Kesistensi terhadap
Persuasi
•Sikap kita cenderung menetap secara stabil walaupun banyak usaha untuk
mengubahnya. Beberapa faktor berkonstribusi terhadap persuasi.
•Salah satu faktor adalah reaktansi - reaksi negatif terhadap usaha orang lain
untuk mengurangi atau membatasi kebebasan pribadi kita.
•Melalui penghindaran selektif – kecenderungan untuk mengalihkan perhatian
dari informasi yang menantang sikap yang sudah ada. Usaha menghindari
tersebut meningkatkan resistensi terhadap persuasi.
•Ketika kita dihadapkan pada pesan persuasi yang berbeda dengan pandangan
yang kita miliki, kita secara aktif menyanggah dengan informasi yang terkandung
di dalamnya. Ini juga meningkatkan resistensi kita terhadap persuasi.
LANJUTKAN
•Jika kita menerima argumen yang melawan pandangan kita bersama dengan argumen
yang menolak posisi berlawanan tersebut, resistensi terhadap situasi tersebut
meningkat; ini yang disebut sebagai kekebalan melawan pandangan yang berlawanan
dengan sikap kita.
•Dua pandangan tambahan – bias asimilasi dan polarisasi sikap – juga berperan dalam
resistensi terhadap situasi. Bias asimilasi merujuk pada tendensi kita mengevaluasi
informasi yang tidak konsisten dengan sikap kita sebagai infirmasi yang kurang reliabel
atau kurang meyakinkan, dibanding informasi yang konsisten dengan pandangan kita.
Polarisasi sikap merujuk pada kecenderungan untuk menginterpretasikan berbagai
bukti dengan cara memperkuat pandangan kita dan membuatnya semakin ekstrem.
Disonansi Kognitif: mengapa terkadang
tingkah laku dapat mempengaruhi sikap kita
oDisonansi kognitif adalah sebuah kedaan yang tidak menyenangkan, terjadi ketika
kita menyadari bahwa diskrepansi antara sikap-sikap kita atu antara sikap dan
tingkah laku kita.
oDisonansi terjadi dalam situasi yang melibatkan induced (forced) compliance,
kepatuhan dimana didorong oleh faktor eksternal untuk mengatakan atau
melakukan perbuatan yang tidak konsisten dengan sikap kita yang sebenarnya.
oDalam situasi tersebut, perubahan sikap dapat dimaksimalkan ketika kita memiliki
alasan yang cukup untuk membuat kita melakukan tingkah laku yang berlawanan
dengan sikap. Alasan yang semakin kuat menghasilkan perubahan sikap yang lebih
kecil – efek usaha minimal hasil maksimal
LANJUTAN
oDisonansi didorong melalui perasaan munafik (hipokrisi) –
mendorong individu untuk menyatakan sikap tertentu secara terbuka
dan kemudian mengingatkan mereka bahwa mereka tidak selalu
bertingkah laku secara konsisten dengan hal tersebut – dapat
menjadi alat yang ampuh untuk menyebabkan perubahan yang
menguntungkan pada tingkah laku.
oDisonansi tampaknya menjadi aspek universal dari pemikiran sosial,
tetapi kondisi terjadinya dan taktik yang dipilih individu untuk
mengurangi hal tersebut tampaknya dipengaruhi oleh faktor budaya.

Anda mungkin juga menyukai