Anda di halaman 1dari 39

SISTEM PERNAPASAN

DALAM OLAH RAGA

Blok Kedokteran Olah raga


Sinu Andhi Jusup, dr.MKes
RESPIRASI
 RESPIRASI INTERNAL (SELULER)
 Reaksi metabolik intrasel yang memakai O2 dan menghasilkan CO2 pada
waktu oksidasi molekul-molekul nutrien.

 RESPIRASI EKSTERNAL
 Berbagai tahap yang terlibat dalam transfer O2 dan CO2 antara lingkungan
luar dan sel jaringan.
 Sitem respirasi dan sistem sirkulasi bekerjasama untuk menyelenggarakan
respirasi eksternal
 Respirasi eksternal, melalui tahap-tahap :

 Ventilasi
 Pertukaran udara antara atmosfer dan pulmo.
 Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler
melalui proses difusi
 O2 dan CO2 diangkut oleh darah antara pulmo dan jaringan
 Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah melalui proses difusi,
melintasi kapiler sistemik
Overview of Respiratory Exchange
REGULASI PERNAFASAN

 Respirasi dapat terjadi secara :


 Volunter : impuls dari kortex serebri
 Involunter : impuls dari Medula Oblongata (MO) dan Pons, nafas secara
spontan berirama
 Generator pernafasan terutama dari Medula Oblongata, ok
perubahan Pa O2, Pa CO2, ion H dan non kimia ke otot inspirasi
 Persyarafan bronkiolus :
 Reseptor muskarinik parasimpatis  bronkokonstriksi
 Reseptor simpatis ß2  bronkodilatasi
VENTILASI

 Yaitu udara yang keluar masuk paru/ menit


 Ada 2 yaitu :
 Minute ventilasi/ ventilasi paru total = VT x RR
 Alveolar ventilasi = (VT - dead space) x RR
 VT : volume tidal: volume sekali hembus nafas
 RR: respirasi rate : 12-18 kali/mn
 Dead space : 150 ml per hembusan nafas
Dead Space (Ruang mati)

 Merupakan volume gas dalam saluran nafas yang tidak ikut


pertukaran gas (pertukaran gas hanya di alveoli)
 RM anatomis : seluruh ruang sistem pernafasan selain alveoli.
 RM alveoler : alveoli yang tidak berfungsi
 RM fisiologi = RM anatomis + RM alveoler.
TRANSPORT GAS

 Transpor O2 dalam bentuk :


 Terikat Hb : Oksi Hb, 98,5%
 Larut dalam plasma , 1,5%
 Penggunaan O2:
 P O2 alveoli > darah sehingga O2 berdifusi dari alveoli ke kapiler
 P O2 kapiler > sel sehingga O2 berdifusi dari kapiler ke dalam sel
 Transpor CO2 :
 Terutama dalam bentuk ion bikarbonat 70%
 Terikat Hb 23 %
 Larut dalam plasma 7%
 Difusi gas CO2 :
 P CO2 sel > darah, sehingga CO2 difusi dari sel ke darah
 P CO2 darah > alveoli, sehingga CO2 difusi dari darah ke alveoli
PERTUKARAN GAS DI PARU

Melewati Membran respirasi, terdiri atas :


 Endotel
 Membran basalis
 Sel alveoler (tipe I, II, III)
 Tipe I : skuamus tipis 95 % untuk pertukaran
 Tipe II : tebal, granuler menghasilkan surfaktan
 Tipe III : alveoler makrofag
Kapasitas difusi

 Berbanding lurus dengan


 Gradien konsentrasi
 Kelarutan gas
 Reaksi O2-Hb
 Kapiler blood flow
 Berbanding terbalik dengan :
 Ketebalan membran
 BM gas
 Mekanisme fisiologi yg memelihara sterilitas saluran nafas bawah dan
mencegah atelektasis akibat obstruksi :
 Tangga berjalan silia-silia
 Ventilasi kolateral.
 Udara dpt lewat dari asinus paru yg satu ke asinus paru yg lain tanpa melalui saluran udara
yg biasa dilalui.
 Yaitu lewat pori KOHN (pori-pori antar alveolus)
 Inspirasi dalam akan membuka pori-pori kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral ke
alveoli disebelahnya yg mengalami obstruksi shg mencegah kolaps
 Pada saat ekspirasi pori kohn tertutup, shg tekanan dlm alvolus tsb meningkat dan akan
membantu pengeluaran sumbatan sekret di proksimalnya.
Fisiologi Olahraga

 Fisiologi Olahraga merupakan cabang ilmu fisiologi yang


mempelajari perubahan fisiologis di tubuh pada saat
seseorang berolahraga.
 Dengan mengetahui perubahan yang terjadi di tubuh,
seseorang dapat merancang suatu program olahraga untuk
mendapatkan perubahan optimal sesuai dengan yang
diharapkan.
 Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh.
 Latihan mengakibatkan perubahan fisiologis hampir seluruh
sistem tubuh, khususnya pada sistem otot dan kardiorespirasi.
 Ketika seorang atlet melakukan latihan aerobik, jantung dan
otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat.
 Kerja tubuh menjadi lebih efisien
 Efek dari pelatihan dapat dipelajari dengan mengelompokkan
perubahan sebagai berikut, Fox (1988:324):
 pada lavel jaringan, yaitu, perubahan biokimia;
 secara sistemik, yaitu organ yg mempengaruhi sistem peredaran
darah dan pernapasan, termasuk tranport oksigen sistem; dan
 Perubahan lain seperti komposisi tubuh, kolesterol darah dan
trigliserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan
sehubungan dengan panas aklimatisasi.
Respon Kardio Respirasi selama latihan
 Pembahasan ilmu dasar kedua sistem tersebut secara terpisah,
namun sebenarnya secara fisiologi merupakan satu kesatuan.
 Latihan menimbulkan peningkatan kebutuhan oksigen, dan
juga pembuangan CO2, untuk mempertahankan asiditas
darah normal.
 Hal ini dipenuhi oleh peningkatan respon sistem respirasi
maupun kardiovaskuler
 Gb
 Latihan/olahraga yang dilakukan dengan level yang sangat
tinggi dapat mengakibatkan stress yang ekstrim pada tubuh.
 Seorang yang sakit demam akan mengalami peningkatan
metabolisme 100% di atas normal, tetapi seorang atlete
maraton metabolisme di dalam tubuhnya akan meningkat
2000% di atas normal(Suleman, 2006).
 Pada saat latihan yang intensif konsumsi oksigen akan
meningkat.
 Seorang atlet berlatih scr teratur mempunyai kapasitas paru
yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak
pernah berlatih (Adegoke and Arogundade, 2002).
 Latihan yang intesif laju respirasi meningkat 35-45 kali/menit.
 Pada seorang atlet yang terlatih laju respirasi dapat mencapai 60-70
kali/menit selama latihan maksimal.
 Tidal volume meningkat 2 liter atau lebih selama latihan.
 Pada atlet pria, ventilasi paru dapat meningkat 160 liter/menit selama
latihan maksimal (Anonim, 2008d).
 Beberapa penelitian melaporkan bahwa volume ventilasi paru dalam satu
menit dapat mencapai 200 lt,
 bahkan pada atlet football profesional dapat mencapai 208 liter (Wilmore dan
Haskel, 1972).
 Beberapa peningkatan fungsi paru merupakan refleks peningkatan
kekuatan otot paru-paru terhadap latihan yang spesifik (Anonim,
2008d)
 Sistem respirasi merespon dengan meningkatkan respirasi
internal dan eksternal.
 Ve (pulmonari minute volume) ditingkatkan dengan
peningkatanVolume tidal dan frekuensi napas
 Peningkatan ventilasi menyebabkan peningkatan gradien
tekanan, sehingga meningkatkan respirasi eksternal.
 Respirasi internal juga meningkat akibat peningkatan asiditas
metabolik jaringan/sel.
 Sehingga a-vO2 difference meningkat.
 Perubahan awal kardiovaskuler pada saat OR adalah
peningkatan aliran darah dan redistribusi darah dari jaringan
yg tidak aktif menuju jaringan yang aktif terlibat dalam
gerakan olah raga.
 Blood flow ke otak tetap konstan.
 Blood flow otot merupakan porsi terbesar cardiac output pada saat olah
raga.
 CO meningkat dengan meningkatkan Heart Rate dan stroke volume.
 Stroke volume meningkat sebagai akibat peningkatan venous return dan
peningkatan kontraksi otot jantung .
 Perfusi ke kapiler paru juga meningkat menyesuaikan
peningkatan ventilasi, guna menjaga rasio efektifitas ventilasi-
perfusi.
 Elastisitas paru akan bertambah sehingga kemampuan
berkembang kempis juga akan bertambah.
 Jumlah alveoli yang aktif (terbuka) akan bertambah dengan
olahraga teratur.
 Kedua hal diatas akan menyebabkan kapasitas penampungan
dan penyaluran oksigen ke darah akan bertambah.
 Pernafasan bertambah dalam dengan frekuensi yang lebih
kecil. Bersamaan dengan perubahan pada jantung dan
pembuluh darah, ketiganya bertanggung jawab untuk
penundaan kelelahan (McArdle, 1986).
Efektifitas Ventilasi Paru Alveolar

Volume tidal RR Ventilasi Paru Udara Sampai Ventilasi Paru


x/mnt Total Alveoli Alveolar
500 ml 12 6000 ml 350 ml 4200 ml / mnt
300 ml 20 6000 150 3000
700 ml 8 5600 550 4400
Kontrol respon sistem respirasi terhadap
olah raga.
 Peningkatan respon sistem pernafasan terhadap exercise
diatur oleh sistem saraf
 Ventilasi,
 mula mula respon peningkatan ventilasi distimulasi dari sinyal
korteks cerebri,
 Kemudian respon cepat terjadi akibat sinyal dari otot dan
propioseptor sendi, ke otak
 Akhirnya respon tersebut di atur secara terus menerus
menggunakan informasi sensoris dari kemoreseptor di arteri
pulmonali, yang sensitif terhadap perubahan metabolik di dalam
darah.
Olah Raga pada tempat tinggi

 Hukum Difusi Gas


 gas akan berdifusi dari tempat yang bertekanan parsialnya tinggi
ke tempat yang tekanan parsialnya rendah.
 Kecepatan berdifusi ditentukan oleh besarnya selisih tekanan parsial
tersebut dan tebalnya dinding pemisah.
 Hukum Boyle
 volume suatu gas tersebut berbanding terbalik dengan
tekanannya.
 P.V = C
 Hukum Dalton
 tekanan total suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan
parsial gas-gas penysusn campuran tersebut
 Pt = P1 + p2 + .... +
 Hukum Henry
 Jumlah gas yang larut dalam suatu cairan tertentu berbanding
lurus dengan tekanan parsial gas tersebut pada permukaan cair
tersebut.
 A1 x P2 = A2 x P2
Aklimatisasi
 Seseorang berada di tempat yang tinggi selama beberapa hari,
minggu, atau tahun, menjadi semakin teraklimatisasi terhadap
tekanan parsial oksigen yang rendah.
 Proses aklimatisasi umumnya antara satu sampai tiga hari (Anonim,
2008c).
 Prinsip-prinsip utama yang terjadi pada aklimatisasi ialah
 Peningkatan ventilasi paru yang cukup besar,
 Sel darah merah bertambah banyak,
 Kapasitas difusi paru meningkat,
 Vaskularisasi jaringan meningkat, dan
 Kemampuan sel dalam menggunakan oksigen meningkat,
sekalipun tekanan parsial oksigennya rendah (Guyton, 1994).
 Aklimatisasi meliputi beberapa perubahan struktur dan fungsi
tubuh, seperti
 Mekanisme kemoreseptor meningkat,
 Tekanan arteri pulmonalis meningkat.
 Produksi sel darah merah lebih banyak di dalam sumsum tulang untuk
membawa oksigen, tubuh memproduksi lebih banyak enzim 2,3-
biphosphoglyserate yang memfasilitasi pelepasan oksigen dari hemoglobin ke
jaringan tubuh.
 Proses aklimatisasi secara perlahan menyebakan dehidrasi, urinasi,
meningkatkan konsumsi alkohol dan obat-obatan.
 Dalam waktu yang lama dapat meingkatkan ukuran alveoli,
menurunkan ketebalan membran alveoli, yang diikuti dengan
perubahan pertukaran gas (Anonim, 2008b).
 Setelah mengalami aklimatisasi seseorang di tempat yang
tinggi akan mengalami peningkatan kapasitas difusi oksigen.
 Kapasitas difusi oksigen normal ketika melalui membran paru
kira-kira 21 ml/mmHg/menit.
 Kapasitas difusi tersebut dapat meningkat sebanyak tiga kali lipat
selama olahraga.
Olah raga pada penyelaman
 Tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 atmosfir) untuk
setiap kedalaman 10 m (33 kaki).
 Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan
merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di
sekelilingnya sewaktu penyelam tersebut turun.
 Hukum Boyle berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan-
ruangan tubuh sewaktu penyelam masuk ke dalam air maupun
sewaktu naik ke permukaan (Anonim, 2008a).
 Seorang penyelam Scuba menghirup napas penuh (6 liter) pada
kedalaman 10 meter (2 ATA), menahan napasnya dan naik ke
permukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda
volumenya menjadi 12 liter,
 maka penyelam tersebut harus menghembuskan 6 liter udara saat naik
untuk menghindari agar paru-parunya tidak meledak.
 Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen terdapat
dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak
mempengaruhi fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut
dalam plasma darah, sebab rendahnya koefisien kelarutan
pada tekanan di atas permukaan laut.
 Tetapi bagi seorang penyelam Scuba atau pekerja Caisson
(pekerja pembangun saluran di bawah air) yang berada pada
kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah
nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan
interstitial sangat besar. Hal tersebut mengakibatkan pusing
atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen narcosis
(Soewolo, et al. 1999).
 Bila seorang penyelam di bawa ke permukaan perlahan-lahan,
nitrogen terlarut dapat dihilangkan melalui paru. Namun
demikian bila seorang penyelam naik ke permukaan dengan
cepat, nitrogen keluar larutan dilepas melalui respirasi
dengan cepat sekali, malahan akan membentuk gelembung
gas dalam jaringan, yang mengakibatkan decompression
sickness atau cassion atau cassion bends.

Anda mungkin juga menyukai