1. Aurikulum
3. Membrana timpani
4. Tes Pendengaran
1. Pemeriksaan Aurikula
Inspeksi Telinga (Aurikula)
Normal Abnormal
Lop Ear
Perikondritis Pseudokista
Inspeksi Preaurikula
Fistula Fistula preaurikula
Preaurikula terinferksi Vesikel pada Herpes zoster
Inspeksi Telinga (Retroaurikula)
Abses Retroaurikular
Palpasi Telinga
Benar
Salah
Kelainan Liang Telinga
Kelainan Liang Telinga
Kelainan Liang Telinga
Otomikosis
3. Pemeriksaan Membrana Timpani
Keterangan:
1. Pars Flaksida
2. Prosesus Brevis
3. Plika Anterior
4. Plika Posterior
5. Pars Tensa
6. Umbo
7. Manubrium
Mallei
8. Refleks Cahaya
Membran Timpani (Warna)
PATOLOGI MEMBRANA TIMPANI
Perubahan Warna:
oMerah (hiperemia akibat radang)
-Bombans:
Membrana timpani terdesak ke lateral
Cembung
Warna merah
Pemeriksaan Mobilitas MT
Valsava Toybee
Meniup dengan keras dari hidung sambil Menelan ludah sambil hidung dipencet
hidung dipencet serta mulut ditutup. serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka
Bila tuba terbuka maka terasa udara maka akan terasa membran timpani
masuk kedalam rongga telinga tengah tertarik ke medial
yang menekan membran timpani ke
arah lateral. Tidak boleh dilakukan
apabila ada infeksi pada jalan nafas
atas
4. Tes Pendengaran
Tempat :
Ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat tidak rata atau dilapisi “soft
board”/korden), serta ada jarak sepanjang 6 m.
Telinga yang tak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan menekan-nekan tragus ke arah MAE
oleh pembantu pemeriksa. Bila tak ada pembantu, telinga ditutup kapas yang di basahi gliserin.
Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m dibisikkan kata lain
dalam jumlah yang sama, bila didengar semua – mundur lagi, sampai pada jarak
dimana penderita mendengar 80% kata-kata (mendengar 4 kata dari 5 kata yang
dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran telinga yang di tes.
Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya tajam
pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan
mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan bila pemeriksa mundur ke jarak
4m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.
HASIL TES
• Pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam Pendengaran)
KUANTITATIF
Fungsi pendengaran Suara bisik
Normal 6m
Tuli Ringan 4 m - <6 m
2. Tes Rinne
3. Tes Weber
4. Tes Schwabach
1. Tes Batas Atas Batas Bawah
• Tujuan : menentukan frekwensi garpu tala
yang dapat di dengar penderita melewati
hantaran udara bila dibunyikan pada
intensitas ambang normal.
Cara :
Semua garpu tala dibunyikan satu persatu, dari frekwensi terendah berurutan
sampai frekwensi tertinggi kemudian diperdengarkan pada penderita dengan
meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak.
Interpretasi
Normal : mendengar garpu tala pada semua frekwensi.
Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwensi tinggi tak terdengar)
2. Tes Rinne
• Cara :
Mengeluarkan spekulum
Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan. Jika ditutup
100%, maka mungkin ada bulu rambut yang terjepit dan ikut
tercabut.
Tahap- tahap pemeriksaan:
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :
Bibir atas : maserasi ( terutama anak – anak )
Pinggir – pinggir lubang hidung : kruste, merah
Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan ibu jari
Pemeriksaan dengan spekulum
Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral, medial
dengan mendorong ke medial, superior dengan mendorong ke atas, inferior
dengan mendorong ke bawah
Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul – bisul, raghaden
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga sejajar
dengan konka inferior, perhatikan :
warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi, biru
besarnya lumen kavum nasi
dasar kavum nasi
septum deviasi, bentuk krista atau spina
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang nasofaring.
Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena cahaya lampu
tegak lurus pada dinding belakang nasofaring.
Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf “iiii”.
Positif jika, pada saat mengucapkan “iiii” palatum mole bergerak
keatas, sehingga akan kelihatan benda gelap yang bergerak ke
atas
Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada
palatum mole.
Selesai mengucapkan huruf “iiii” palatum mole bergerak
kebawah dan tampak benda gelap menghilang ke arah
bawah atau dinding belakang yang gelap jadi terang
kembali.
Nasal turbinates
Sup. Middle &Infer
Margo
posterior
Tahap-tahap pemeriksaan:
1. Lipatan anterior
dari ostium tuba
2. Ostium tuba
3. Fosa Rosenmuller
4. Lipatan posterior
dari ostium tuba
Tahap 1 : Memeriksa bagian kanan penderita.
1. Konka medius
2. Adenoid
3. Konka superior
4. Margo posterior
septum nasi
Tahap 4: Memeriksa kauda konka
inferior
Tangkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikkan.
Biasanya kauda konka inferior tak dapat dilihat.
Dapat dilihat bila konka inferior hipertrofi, bentuk
nya seperti murbei (berdungkul-dungkul), udem.
Perhatikan:
• Radang : pus pada meatus medius dan meatus
superior adenoiditis, ulkus pada dinding-dinding
nasofaring (tbc)
• Tumor : poliposis, karsinoma.
4. TRANSLUMINASI
Adalah pemeriksaan penerawangan sinus maksilaris dan
sinus frontalis yang dilakukan dikamar gelap, dengan
memakai lampu bertangkai panjang (Heyman) berkekuatan
6 volt
Cara melakukan:
• Sinus Frontalis:
– lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis
– lampu ditekankan ke arah media-superior
– cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan
kiri
Hasilnya bila sinus normal, maka di dinding depan akan
kelihatan terang
Transluminasi Sinus Frontalis
Sinus maksilaris
Cara 1:
– mulut dibuka lebar-lebar
– lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah
inferior
– cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan
tangan kiri
Hasilnya:
– bila sinus normal, maka Palatum durum homo lateral
tampak terang.
Transluminasi Sinus Maksilaris Cara 1
Cara 2:
– mulut dibuka
– kedalam mulut dimasukkan lampu yang
telah diselubungi tabung gelas
– mulut ditutup rapat-rapat
– cahaya yang memancar dari mulut dan
bibir atas ditutup dengan tangan kiri
Transluminasi Sinus Maksilaris Cara 2
• Hasilnya:
– pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan
dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti
bulan sabit.
• Penilaian:
– Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan
antara kiri dan kanan.
– Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:
pada pria -> sinus normal
pada wanita -> sinus normal/keduanya berisi cairan
(karena tulang tipis)
– Bila sama gelap, kemungkinannya:
pada pria - > sinus normal (karena tulang
tebal)
PEMERIKSAAN MULUT,
FARING DAN TONSIL
Pemeriksaan Mulut
Inspeksi, perhatikan :
• Ptialismus, Trismus
• Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)
• Mukosa dan gingiva, misalkan ada ulkus
• Gigi atau geraham rusak yang dapat menimbulkan sinusitis maksilaris (caries gigi P1, P2, M1, M2,
M3 atas) atau trismus yang disebabkan gigi M3 bawah yang letaknya miring.
Pemeriksaan Mulut
• Lidah : Parese N. XII, atrofi, aftae, tumor malignan
• Palatum durum (torus palatinus), prosesus alveolaris
bengkak oleh karena radang atau tumor sinus maksilaris
Pemeriksaan Mulut
• Palpasi
Jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah (karsinoma)
• Perkusi
Pada gigi dan geraham, terasa sakit bila ada radang
Pemeriksaan Tonsil dan Faring
• Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik ke dalam, dilunakkan,
lidah ditekan ke bawah, di bagian medial.
• Penderita disuruh bernapas :
– Tak boleh menahan napas
– Tak boleh napas keras-keras
– Tak boleh ekspirasi atau mengucap “ch”
• Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan pole
bawah tonsil
A. Memeriksa besar tonsil
Besar tonsil ditentukan sebagai
berikut :
T0 : Tonsil telah diangkat
T1 : Bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan uvula atau tonsil masih berada dalam fossa
tonsilaris
T2 : Bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
T3 : Bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan uvula
T4 : Bila besarnya mencapai uvula atau lebih
B. Memeriksa mobilitas tonsil
Digunakan 2 spatula
Spatula 1 : diletakkan di atas lidah
(paramedian)
Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal
menekan jaringan
peritonsil, sedikit lateral
dari arkus anterior, digerakkan ke medial dan lateral
C. Memeriksa patologi dari tonsil dan
Palatum Mole
– Perhatikan anatominya
– Perhatikan patologinya
Tonsilitis akut : semua merah, titik-titik putih pada tonsil
Tonsilitis Kronik : arkus anterior merah
Abses peritonsil : * ismus fausium kecil,
* tonsil terdesak ke medial
* sekitar tonsil merah dan oedem
* uvula terdesak heterolateral udematus
Difteri : pseudo membran warna kotor, hemoragis, ada yang di luar
batas tonsil
Plaut Vincent : ulkus seluruh tonsil, monolateral, febris, perlu usap tenggorok
TONSILITIS
D. Memeriksa patologi faring
• Faringitis akut --> semua merah
• Faringitis Kronik --> hanya granulae merah
• Aftae, difteri, ulkus sifilis, sikatriks, corpus alienum
1. Posisi tegak
2. Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura posterior
3. Posisi Tuerck’s : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior
Tahap 1 : radiks lingue,epiglotis dan sekitarnya
• Kelihatan gambar dari radiks linguae, epiglotis yang menutup introitus laringis,
plika glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan.
• Perhatikan anatominya
• Perhatikan patologinya: udem dari epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum.
• Facies posterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa yaitu pada awal
tahap 1 atau pada akhir tahap 3.
• Perhatikan : warna, aftae, ulkus
• Untuk keperluan ini penderita disuruh mengucapkan huruf “iii” yang panjang dan
yang tinggi.
• Akibat mengucapkan huruf “iii”yang tinggi itu, ialah laring
ditarik keatas dan ke muka.
• Dalam gerakan keatas dan kemuka itu, ikut pula serta
epiglotis.
• Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis,
sekarang terbuka sehingga cahaya dapat masuk ke dalam
laring dan trakea.
• Korda vokalis bergerak ke garis median.
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa :
- Epiglotis dan pinggirnya.
- Aritenoid kiri dan kanan.
- Plika ari-epiglotika kiri dan kanan
- Sinus piriformis kiri dan kanan
- Dinding posterior dan dinding lateral faring
- Plika ventrikularis kiri dan kanan
- Komisura anterior dan posterior
- Korda vokalis kiri dan kanan
Gambar laring
Perhatikan patologi- anatominya
• Radang :
- Laringitis akut(semua merah)
- Laringitis kronis(sedikit merah atau yang
merah hanya korda vokalis saja)
Ulkus :
• Laringitis TBC berupa erosi ulkus pada
komisura posterior dan erosi ulkus pada korda
vokalis.
• Epiglotis berupa udem, infiltrat, ulkus.
• Karsinoma
Udem : radang, alergi, tumor.
Cairan :
• Sputum hemoragis dijumpai pada TBC,
keganasan.
• Tumpukan saliva di sinus pyriformis
Tumor :
• Benigna (papiloma,polip,nodul,kista)
• Maligna – karsinoma.
• Perhatikan gerakan dari korda
vokalis kiri – dan kanan normal,
simetris, tidak bergerak (parese)
unilateral atau bilateral.
Kausa paralisa, antara lain:
a. Laringoskop kaku,yaitu :
• Endoskop model Brunings, jackson,
Mc.intosh, Mc.Gill
• Sumber cahaya : Brunings proximal,
Jackson distal
Teknik