Anda di halaman 1dari 97

Monica Pramana

406182085

Pembimbing :
dr. Novia Yudhitiara, Sp.KK
dr. Gina Triana Sutedja, Sp.KK
Identitas Pasien
 Nama : Tn .M.Y
 No rekam medis : 00.51.03.88
 Umur : 32 tahun 0 bulan 19 hari
 Jenis kelamin : Laki - laki
 Tempat/Tanggal lahir : Bogor, 03/04/1987
 Alamat : Katu Lampa, Cisarua,Bogor
 Agama : Islam
 Status Pernikahan : belum menikah
 Pendidikan : Tamat SMA
 Pekerjaan : Buruh
 Warga negara : Indonesia
 Tanggal Masuk RS : 22 April 2019 di Poliklinik Kulit & Kelamin
Anamnesa

Anamnesa
Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 22 April 2019 pukul 11.00
WIB di Poliklinik kulit RSUD Ciawi

Keluhan Utama
Keluar nanah pada ujung penis sejak 4 hari yang lalu dan penis
terasa panas.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien datang dengan keluhan keluar nanah pada ujung penis sejak 4
hari yang lalu dan penisnya terasa panas. Pasien juga mengeluh nyeri saat
berkemih. Awalnya, 5 hari lalu, hanya nyeri ringan dengan keluar cairan
hanya sedikit. Cairan putih yang keluar tidak disertai darah. Pasien tetap
bisa menahan berkemih, namun frekuensi berkemih meningkat. Cairan
putih yang keluar tidak membuat pasien mengganti celana dalam jadi
lebih sering.

• Pasien mengaku berhubungan badan dengan dengan banyak pasangan


yaitu pacar, teman & PSK. Saat berhubungan, pasien tidak memakai
kondom. Hubungan badan terakhir 1 minggu lalu, tanpa memakai
kondom, kelamin dengan kelamin. Pasien tidak mengetahui apakah
pasangan seksualnya memiliki penyakit kelamin atau tidak. Frekuensi
berhubungan badan 3-4 kali / minggu. Pasien menyangkal keluhan
disertai atau didahului demam.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien rutin mengganti celana dalam 2 kali / hari. Pasien


terkadang suka menahan kencing, namun minum cukup ±2
liter/hari. Pasien menyangkal adanya ruam di badan. Pasien juga
menyangkal adanya kutil, bintil, benjolan, gelembung, maupun
borok pada kemaluan sebelum keluhan muncul. Pasien
menyangkal memakai narkoba atau obat-obatan suntik.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya,riwayat alergi obat (-) , riwayat alergi makanan (-),
riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-).

Riwayat Keluarga
 Pasien mengakui tidak ada dalam keluarga yang mengalami seperti
dirinya.

Riwayat Pengobatan
 Pasien
mengaku belum melakukan upaya pengobatan terkait
dengan keluhannya.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal pemeriksaan : 22/04/2019 jam 11.00

- Keadaan Umum : GCS 15, compos mentis


- Keadaan Utama : tampak sakit sedang
- Tanda Vital
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Frekuensi nadi : 80x/menit
• Frekuensi napas : 20x/menit
• Suhu Tubuh : 36,2 C
- Antropometri
• Berat badan : 63 Kg
• Tinggi badan : 170 cm
• IMT : 21,7
Pemeriksaan Sistem
 Kepala : normocephali
 Telinga : Sekret (-/-)
 Mata : konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-)
 Hidung : secret (-/-)
 Mulut : geographic tongue (-) karies dentis (-), tonsil t1/t1, hiperemis (-)
 Leher : lihat status dermatologikus tidak ada teraba perbesaran KGB,
JVP tidak meningkat.
 Thorax

 Paru : I : bentuk dan pergerakan simetris


P : sonor
P : terangkat simetris
A : vesikule, wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan Sistem
 Jantung: I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak kuat angkat
P : batas jantung kanan ICS II parasternal line dextra, batas
jantung kiri ICS V midclavicula line sinistra
A : bunyi suara jantung 1 2 terdengar, murmur, gallop (-)

• Abdomen
I : abdomen tampak datar, lihat status dermatologikus
A : bising usus (+)
P : supel, nyeri tekan pada seluruh kuadran (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar
P : timpani pada seluruh lapang abdomen
Pemeriksaan Sistem
 Anus dan Genitalia : lihat status venerologikus
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
 Tulang Belakang : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kifosis (-)
 Status Dermatologogikus : tidak ditemukan adanya kelainan
Status Venerologikus
A. Inguinal : Tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB),
benjolan (-), nyeri (-), eritema (-)
B. Pubis : Rambut tidak mudah rontok, kutu (-), nyeri (-), eritema (-)
C. Scrotum : Papul verukosa (-), papul berdelle (-), vesikel (-)
D. Testis : Ukuran normal, simetris, tidak ada pembesaran, tidak nyeri
E. Epididimis : Tidak ada nyeri
F. Penis : Ulkus (-), papul verukosa (-), papul berdelle (-), vesikel (-),
eritema (-)
G. Ostium Urethrae Externa : Keluar cairan mukopurulen dan ektopion
(+), darah (-)
H. Perineum dan Anus : Ulkus (-), papul verukosa (-), kulit normal,
eritema (-)
Gambaran 22 april 2019
Resume
 Telah diperksa seorang pria berumur 32 tahun pada tanggal 22 april
2016 di poliklinki kulit & kelamin RSUD ciawi dengan keluhan keluar
nanah pada ujung penis sejak 4 hari yang lalu dan penisnya terasa
panas. Pasien juga mengeluh nyeri saat berkemih. Awalnya, 5 hari lalu,
hanya nyeri ringan dengan keluar cairan hanya sedikit. Cairan putih
yang keluar tidak disertai darah. Pasien tetap bisa menahan berkemih,
namun frekuensi berkemih meningkat. Cairan putih yang keluar tidak
membuat pasien mengganti celana dalam jadi lebih sering.

• Pasien mengaku berhubungan badan dengan dengan banyak


pasangan yaitu pacar, teman & PSK. Saat berhubungan, pasien tidak
memakai kondom. Hubungan badan terakhir 1 minggu lalu, tanpa
memakai kondom, kelamin dengan kelamin. Pasien tidak mengetahui
apakah pasangan seksualnya memiliki penyakit kelamin atau tidak.
Frekuensi berhubungan badan 3-4 kali / minggu. Pasien menyangkal
keluhan disertai atau didahului demam.
 Pasien rutin mengganti celana dalam 2 kali / hari. Pasien
terkadang suka menahan kencing, namun minum cukup ±2
liter/hari. Pasien menyangkal adanya ruam di badan. Pasien
juga menyangkal adanya kutil, bintil, benjolan, gelembung,
maupun borok pada kemaluan sebelum keluhan muncul.
Pasien menyangkal memakai narkoba atau obat-obatan suntik
 Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya,riwayat alergi obat (-) , riwayat alergi makanan (-),
riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-).
 Pasien mengakui tidak ada dalam keluarga yang mengalami
seperti dirinya.
 Pasien mengaku belum melakukan upaya pengobatan terkait
dengan keluhannya
Diagnosis
• Diagnosis Kerja
Uretritis ec DD/Gonore dan non Gonore
Diagnosis Banding
Uretritis Gonore
Uretiritis Non Gonore
Uretritis Gonore dan Non Gonore
Rencana Diagnostik

1. Sediaan apus Gram


2. Pemeriksaan sediaan basah
3. Kultur
4. Screening HIV
5. Pemeriksaan Sifilis (VDRL & TPHA)
Rencana Terapi dan Evaluasi
• Rencana terapi farmakologis
o Cefixime 400 mg DT
o Azitromisin 1gr DT
o Xidane 1 x 1
• Rencana terapi non farmakologis
 1. Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
 2. Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratoris,
dan bila tidak dapat menahan diri supaya memakai kondom.
 3. Kunjungan ulang pada hari ke-7.
 4. Konseling:
 Mengenai penyakit dan penyebabnya
 Kemungkinan komplikasi
 Cara penularan
 Pentingnya penanganan pasangan seksual tetap
 Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan yang berhubungan
dalam 60 hari terakhir

• Rencana evaluasi
Kontrol ulang perbaikan klinis
Prognosis
• Ad vitam : ad Bonam
• Ad sanationam : ad Bonam
• Ad functionam : ad Bonam
Kesimpulan
Uretritis
Kesimpulan
Uretritis & Duh
Tubuh Uretra
Monica Pramana (406182085)
Duh Tubuh Uretra
 Duh tubuh alat kelamin (cairan abnormal) yang berasal
dari sekresi kelenjar yang ada di uretra pada laki-laki.
Sekret uretra  serosa, seromukous, mukous, kadang
bercampur nanah.
 Secara umum duh tubuh uretra ini bisa bersifat fisiologis,
misalnya pada prostaturia dan spermaturia, dan bisa
bersifat patologis misalnya pada uretritis gonore dan
uretritis non spesifik (uretritis non gonore)
Epidemiologi
Secara keseluruhan, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi
adalah :
 Pendidikan
 Perilaku & tindakan
 Perubahan demografik
 Banyak kasus asimptomatik, menulari orang lain
 Resistensi kuman terhadap antibiotik
 Fasilitas kesehatan yang kurang memadai
URETRITIS
 Peradangan pada uretra yang ditandai dengan
keluarnya duh tubuh uretra (urethral discharge), disuria,
atau rasa gatal pada bagian ujung uretra
 Penyebab utama uretritis : Neisseria gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis
URETRITIS

URETRITIS GONORE URETRITIS NON GONORE

N . gonorrhoeae •Chlamydial : C .trachomatis

•Non chlamydial :
-Ureaplasma urelyticum
-Trichomonas vaginalis
Keluhan :
-Herpes simplex virus
gatal, panas di distal uretra di sekitar orifisium
-Mycoplasma genitalium
uretra eksternum, disusul disuria, polalkisuria, keluar
duh dari ujung uretra, kadang2 disertai darah,
nyeri saat ereksi

Pemeriksaan : OUE kemerahan, edema,


ektropion, duh : mukopurulen
Pengambilan duh
 Pria
 Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak
perlu merasa takut saat pengambilan bahan
duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau
dengan swab berujung kecil
 Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah
sengkelit steril.
 Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium
uretra eksterna sampai kedalaman 1-2 cm, putar
swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun
cukup menekan dinding uretra), dan tarik keluar
perlahan.
 Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang
sudah disiapkan
 Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat
dilakukan pengurutan (milking) oleh pasien.
Pengambilan duh
Wanita
 Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar
pasien tidak merasa takut
 Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl
 Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan ukuran
spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit steril
 Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar
pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka spekulum
dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci spekulum pada posisi
itu sehingga serviks terfiksasi (Gambar 4).

 Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan


pengambilan spesimen
 Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum dalam
posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun spekulum dalam posisi tegak,
dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.
 Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan
pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra.
Pria

Dengan pendekatan sindrom Dengan pemeriksan mikroskop


Wanita

Pendekatan sindrom Pemerisaan Inspekulo dan mikdroskop


Gonore
Monica Pramana (406182085)
GONORE
 Definisi : IMS pada epitel dan
umumnya bermanifestasi sebagai
servisitis, uretritis, proktitis dan
konjungtivitis.
 Etiologi : neisseria gonorrhoeae,
bakteri Gram negatif, nonmotil, tidak
membentuk spora. Dapat sebagai
monokokus atau diplokokus
 Memiliki pili pada permukaannya
untum membantu perlekatan
kepada sel host dan mencegah
fagositosis
Klasifikasi
 Klasifikasi
: Infeksi genital, rektal, faringeal, okular,
komplikasi lokal, gonokokal diseminata dan infeksi
pada bayi dan anak.
 Patofisiologi :
 Virulensi bakteri ditentukan oleh pili (memediasi
Faktor resiko 
penempelan, menghambat fagosit)
Bakteri dengan pili akan menempel di sel
mukosa – masuk ke ruang interseluler dekat
 Faktor Resiko membran basal.
 Lipopoligosakarida dan peptidoglikan yang
 Infeksi HIV dimiliki bakteri dapat menghambat silia dan
 Pasangan menderita menyebabkan inflamasi.
Porin, inisiasi endositosis dan invasi
IMS 
 Opacity-associated protein, penempelan ke sel
 Jenis kontrasepsi epitel dan menekan proliferasi limfosit CD4
 H. 8 mempoduksi IgA yang melindungi dari
 Riwayat kekerasan serangan respon imun
seksual  LOS, aktivitas endotoksik dan sitotoksik lokal pada
Tuba Fallopi
 Faktor host :
 Akumulasi ceramide – induksi apoptosis –
menganggu integritas sel – kuman mudah
masuk
Manifestasi klinis
PRIA
 Masa inkubasi 2 – 8 hari , Gejala biasa
muncul setelah 2 mggu paparan.
 Manifestasi pada pria  nyeri, rasa
terbakar saat BAK, discharge mukoid,
pembengkakan bagian distal penis
“bull head clap”.
WANITA
 60-80 % asimtomatis
 Gejala mayor : vaginal discharge,
disuria, pendarahan spotting,
dispareunia, nyeri abdomen bagian
bawah.
 Discharge puruken dan berbau
Infeksi Gonokokal Diseminata
 Sindrom dermatitis-artritis, demam tidak
tinggi dan menggigil.
 Nyeri sendi.
Pemeriksaan
 Anamnesis
 Fisik
 Orofaring, gambaran faringitis ringan
 Rektal, discharge mukopurulen
 Okuler, pembengkakan kelopak mata
bisa terjadi ulserasi kornea
 Pria, nyeri epididimis unilateral
 Wanita, perndarahan vagina, nyeri
abdomen
 Diseminata, demam, rash
makulopapular (badan dan anggota
gerak), nyeri sendi, penurunan
kesadaran, murmur dan takikardi,
abses jaringan lunak, edema
DD
• DD : Uretritis, servisitis on GO, inflamasi pelvis, artritis, proktitis
dan lesi kulit.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
 Pewarnaan Gram
 Spesifik dan sensitif
 Kultur
 Media transport : Media Stuart, Media Transgrow
 Media pertumbuhan : Media Thayer Martin, Modifikasi Thayer Martin,
Agar coklat McLeod
 Tes beta-laktamase
 Tes Thomson
 PCR
 Sampel diambil dari
 Pria: duh pd fossa navicularis
 Wanita: duh uretra, muara kelenjar bartholin & endoserviks
TATALAKSANA
Tatalaksana
Gonore
 Komplikasi :
 Pria  tisonitis, parauretritis, littritis dan cowperitis, prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, epididimitis, infertilitas, trigonitis
 Wanita  salpingitis, PRP simtomatik dan asimtomatik, infertilitas, kehamilan
ektopik, bartolinitis
 Komplikasi diseminata : artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis,
meningitis dan dermatitis
 Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genitogenital
pada pria dan wanita dapat berupa infeksi non genital (orofaringitis,
proktitis dan konjungtivitis)

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran
Gonore
 Prognosis : Dengan terapi segera jarang menimbulkan
morbiditas
 Komplikasi : Salpingitis, abses kelenjar Bartholin, epididimitis,
prostatitis, sterilitas, endokarditis, meningitis, striktur uretra.
 Pertimbangan khusus :
 Kehamilan, Aithromisin 2 gr jika alergi sefalosporin
 Resistensi, seftriakson 250 mg IM/IV
 Pencegahan :
 Pasangan seksual penderita harus ikut diobati
 Modifikasi perilaku seksual (penggunaan pengaman, tidak
berganti-ganti pasangan.)
Infeksi Genital Non
– Spesifik (Non –
GO)
Monica Pramana (406182085
Infeksi Genital Non-spesifik
 Definisi
 Merupakan infeksi traktus genital yang disebabkan oleh
penyebab yang non spesifik.
 Meliputi berbagai keadaan yaitu uretritis nonspesifik, prokitis
nonspesifik ( pria homoseksual)
 Infeksi nonspesifik pada wanita
 Uretritis non spesifik
 peradangan uretra yang penyebabnya dengan
pemeriksaan laboratorium sederhana tdk dapat dipastikan
atau diketahui
Etiologi

 Organisme penyebab uretritis non spesifik adalah:


 Chlamydia trachomatis ( 30-50%)
 Ureaplasma urealycum (10-40%)
 Lain-lain:
 Trichomonas vaginalis
 Ragi
 Virus herpes simplex
 Adenovirus
 Haemophilus sp.
 Bacteroides ureolyticus
 Mycoplasma genitalium
 Bakteri lain
Gambaran klinik
 Pria :Penting diketahui  Wanita :
 coitus suspectus, yg biasanya  Gejala sering tidak khas,
terjadi 1-5 minggu sebelum asimptomatik atau sangat
timbulnya gejala ringan. Bila ada keluhan
 Apakah melakukan hubungan seks berupa duh tubuh genital
dengan istri saat keluhan sedang yang kekuningan.
berlangsung (penularan fenomena
pingpong)  Sering ditemukan pada
wanita yg menjadi pasangan
 Keluhan : pria dengan UNS (uretritis non
 Keluarnya duh tubuh uretra spesifik)
(berupa lendir jernih samapai  Pemeriksaan klinis:
keruh)  morning drops, tapi Kelainan serviks:
bisa juga hanya bercak di terdapat eksudat
celana
serviks mukopurulen,
Nyeri kencing atau disuri

(tidak sehebat pada gonore) erosi serviks atau
 Gatal pd ujung kemaluan folikel-folikel kecil.
 Nokturia
Pemeriksaan
Penunjang
 Spesimen dari duh tubuh genital:
 1. Sediaan apus Gram:
 Jumlah leukosit PMN >5/LPB (laki-laki) atau >30/LPB
(perempuan)
 Tidak ditemukan etiologi spesifik
 2. Sediaan basah: Tidak ditemukan Trichomonas
vaginalis

 Untuk menentukan infeksi Chlamydia trachomatis,


bila memungkinkan, dilakukan pemeriksaan cara:
 1. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)(A,1)
(kerjasama dengan bagian mikrobiologi dan bagian
parasitologi)
Tatalaksana
Farmakologi
 Tetrasiklin
 Dosis 500 mg x 4 kali
 Selama 1 minggu atau lebih.
 Eritromisin
 Lebih efektif terhadap
Ureaplasma
 Dosis 500 mg x 4 kali
 Selama 1 minggu atau lebih
 Doksisiklin
 100 mg x 2 kali
 Azithromisin  1 gram sekali
minum dosis tunggal
Tatalaksana
Clamydia trachomalis
Morfologi
• Bakteri obligat intrasel
• Gram negative

Textbook of diagnostic
microbiology. 5th ed
Siklus Hidup

Textbook of diagnostic
microbiology. 5th ed
Faktor Risiko
 Transmisi: hubungan seksual, perinatal
 Usia: 15–19 tahun pada perempuan dan 20–24 tahun
pada laki-laki
 Jenis kelamin: perempuan > laki-laki
 Orientasi seksual: MSM & WSW
 Ras: Afrika-amerika & hispanik
 Sosioekonomi rendah
 Pendidikan rendah

Color atlas & synopsis of sexually transmitted


Gejala Klinis
 Periode inkubasi 1-3 minggu
 Urethral, cervical/ anal
discharge,
mucoid/mucopurulent
 Ektopi serviks pada perempuan

Color atlas & synopsis of sexually transmitted diseases


Sexually transmitted infections & sexually transmitted diseases
Sexually transmitted diseases
Diagnosis

Sexually
transmiited
diseases: a
practical guide for
primary care
Sexually transmiited diseases: a practical guide for primary care
Sexually transmiited diseases: a practical guide for primary care
Tatalaksana Farmakologis

Atlas of sexually transmitted diseases


Tatalaksana Farmakologis

Atlas of sexually transmitted diseases


Trichomoniasis
Monica Pramana (406182085
Trikononiasis Faktor resiko
 Risk Factors
Trikomoniasis  infeksi sal.
Urogenital bag bawah pada Risk factors associated with
perempuan maupun laki2 trichomoniasis include:
,dpat bersifat akut atau • Multiple sex partners
kronik • Low socioeconomic status
• History of STDs
Trikomoniasis  Trichomonas • Lack of condom use
Vaginalis (protozoa)
Etiologi
Trichomonas Vaginalis
 Ditemukan pertama kali oleh DONNE
tahun 1836.
 T.vaginalis berbentuk ovoid dan berukuran
15 – 18 mikron,punya 4 flagel ,dan
bergerak seperti gelombang.
 Berkembang biak secara belah pasang
memanjang ,hidup pda pH 5 -7,5 .
 Pada suhu 50◦C akan mati dlm beberapa
menit ,ttp pda suhu 0◦C dapat bertahan
sampai 5 hari.
 Dua spesies lain pd manusia  T. Tenax
(rongga mulut ) dan Pentatrichomonas
hominis (kolon)  umumnya tdak Figure A: Two trophozoites of T.
menimbulkan penyakit. vaginalis obtained from in vitro
culture, stained with Giemsa.
www.cdc.gov/parasites/.
Insiden
 Penularan umumnya melalui kontak seks ,ttp dapat juga
melalui pakaian,handuk basah,atau karena berenang.
 Trichomoniasis terutama ditemukan pd orang dengan
aktivitas seks tinggi ,tetapi dapat jua ditemukan pd bayi
dan PR pasca menopause .
 Penderita PR lebih banyak dari laki-laki.
1.Trichomonas vaginalis resides in the
Life cycle female lower genital tract and the male
urethra and prostate ,

2. where it replicates by binary fission .

3. The parasite does not appear to have


a cyst form, and does not survive well in
the external environment. Trichomonas
vaginalis is transmitted among humans,
its only known host, primarily by sexual
intercourse .

www.cdc.gov/parasites/.
Patogenesis
 T. Vaginalismampu menimbulkan peradngan pda sal
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan
epitel dan subepitel .Masa tunas rata” 4 hari – 3 minggu .
 Pada PR paasit ini menimbulkan radang yg berat pda epitel
skuamosa vagina dan ektoserviks ,sehingga menimbulkan
sekresi yg banyak dan mukopurulen.Pada kasus lanjut bagian
dengan jaringan granulasi yg jelas.Nekrosis dapat ditemukan
di lapisan subepitel yg menjalar hingga permukaan epitel. Di
dalam vagina dan uretra prasit hidup dari sisa” sel ,kuman
kuman,dan benda lain yg terdapat dalam sekret.Patogenesis
infksi ini pda laki2 belum jelas.
Wanita

Tanda dan gejala


 Wanita
50% asimptomatik. Menyerang dinding vagina ,dapat bersifat akut dan kronik.
Kasus akut
 sekret vagina seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan,sampai kuning – hijau
,berbau tdak enak (malodoe,dan berbusa.
 Dinding vagina tampak merah dan sembab ,kadang abses kecl pda didnding vagina dan
serviks,yg tmpak sebgai granulasi warna merah (strawberry serviks) disertai gejala dispareunia
,pendarahan pascakoitus ,dan pendaran intramenstrual.
Bila sekret banyak keluar dapat timbul iritasi lipat paha atau sekitar genialia eksterna.
 Selain Vaginitis ,bisa terjadi ureteritis,bartholinitis,skenitis dan sistitis .

Kasus kronik
Gejala lebih ringan dan biasanya sekret vagina tidak berbusa.
Wanita

Pemeriksaan Fisik
 Edema ,eritema pda labium yang
terasa nyeri sedangkan pada
vulva dan paha bag. Atas
kdang” ditemukan abses”
kecil.(Gejala Vaginitis Akut)
 Pada serviks tampak gambaran
khas 
“ Strawberry Cervix”
 Kelenjar skene terasa mengeras
dan bila ditekan akan
mengeluarkan pus.
Pria

Tanda dan gejala


Trikomoniasis pada pria  ureteritis hebat dengan
komplikasi prostatitis.

Pada laki laki yang dserang uretra ,kel prostat, kadang


kadang preputium, vesikula seminalis,dan epididimis.

Pda umumnya gejala klinis lebih ringan


dibandingkanperempuan.
 Bentuk akut  gejalanya mirip uretritis non- gonore
,misalnya disuria,poliuria, disertai sekret uretra mukoid
atau mukopurulen urin biasanya jernih, tetapi
kadang kadang ada benang halus.
 Bentuk kronik  gejala tidak khas ; gatal pada
uretra,disuri,dan urin keruh pada pagi hari.

Karena gejalanya yg asimptomatik perlu dipikirkan


infeksi T. Vaginalis sebgai salah satu penyebab ureteritis
non –spesifik .
Differential diagnose

www.aafp.org
Diagnosis
 Wet mount (sediaan basah)
 Kalium Hidroksida (KOH) "Test Whiff”
 Vaginal pH >4.5
 Culture (Diamond's media or InPouch TV) is a more sensitive
diagnostic tool than wet mount.
 Nucleic acid amplification tests (NAAT) : Baru baru ini uji
Trichomonas APTIMA (GenProbe) disetujui oleh A. FDA untuk
diagnosis trikomoniasis vagina. Tes ini sangat sensitif dan
spesifik dan dapat dilakukan pada swab vagina, urin atau
media sitoserver endoserviks yang dikumpulkan sendiri. Tes ini
jauh lebih sensitif daripada kultur
Trichomonas vaginalis on Wet Mount

www.std.uw.edu
Tatalaksana Farmako
Diberikan pada simptomatik maupun asimptomatik.
Obat yang sering digunakan tergolong derivat
nitromidazol :

Metronidazol 2X500 mg per hari selama 7 hri,atau dosi


tunggal 2 gram atau
Nimorazol Dosis tunggal 2 gram
Tinidazol Dosis tunggal 2 gram
Omidazol Dosi tunggal 1,5 gram
Tatalaksana farmako
 Kehamilan
Infeksi T. Vaginalis ketuban pecah dini, persalinan prematur, dan berat lahir
rendah.
CDC recommend : Metronidazole 2g orally in single dose

 Kegagalan Pengobatan
Metronidazol 500 mg per oral dua kali sehari selama 7 hari (jika pengobatan
awal 2g secara oral dalam dosis tunggal)
atau
Tinidazole 2g dosis tunggal oral.

Dengan kegagalan rejimen, pertimbangkan pengobatan dengan:


Metronidazol atau Tinidazole 2g per hari sekali sehari selama 5 hari
Tatalaksana Non-Farmako
 Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya ( notifikasi pasangan )
 Anjurkan abstiensia sampai infeksi dinyatakan sembuh scr lab ,bila
tdak memungkinkan anjurkan penggunaan kondom
 Kunjungan ulang follow up hari ke7
 Lakukan konseling mengenai infeksi,komplikasi yg dapat terjadi
,pentingnya keteraturan obat.
 Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap
infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seks lain
 Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapian untuk IMS
lainnya.
Vaginosis
Bakterialis
Monica Pramana (406182085
Definisi
Vaginosis bakterialis adalah sindrom klinis polymicrobial
yang dihasilkan dari penggantian jumlah Lactobacillus
sp.yang menghasilkan hidrogen peroksida di vagina
dengan konsentrasi bakteri anaerobik yang tinggi (misalnya
Prevotella sp dan Mobiluncus sp.), G. vaginalis,
Ureaplasma, Mycoplasma, dan banyak anaerob.

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Patogenesis
 Vaginosis bakterialis timbul akibat perubahan ekosistem mikrobiologis
vagina, shg bakteri normal dalam vagina (Lactobacillus spp.) sangat
berkurang.

 Zat amin yg dihasilkan oleh mikroorganisme, mungkin melalui kerja


dekarboksilase mikroba, berperan dalam bau amis abnormal (akibat
penguapan amin aromatik termasuk putersin, kadaverin, dan
trimetilamin pd keadaan Ph alkali).

 Cairsn vagina pasien vaginosis bakterialis mengandung byk


endotoksin, sialidase, dan glikosidase yg akan mendegradasi musin
shg mengurangi viskositasnya, dan menghasilkam duh tubuh vagina
yg homogen dan encer.
Faktor Resiko
 Memilikibanyak pasangan pria atau wanita
 Pasangan seks baru
 Douching
 Kurangnya penggunaan kondom
 Kurangnya lactobacillus vagina
 Wanita yang belum pernah aktif secara seksual jarang
terkena

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Gejala klinis
 Sebanyak 50% perempuan yang menderita vaginosis bakterial tidak menunjukkan keluhan
atau gejala(asimptomatik)

 Bila ada keluhan umumnya berupa Duh tubuh vagina abnormal yang berbau amis yang
sering kali terjadi setelah hubungan seksual tanpa kondom.

 Jarang terjadi keluhan gatal, disuria atau dispareunia. Umumnya pasangan seksual atau
suami pasien yang mengeluhkan mengenai duh vagina berbau tersebut.

 Pada pemeriksaan klinis menunjukkan Duh tubuh vagina berwarna abu-abu homogen,
viskositas rendah atau normal, berbau amis melekat di dinding vagina, sering kali terlihat di
labia dan fourchette, pH sekret vagina berkisar antara 4,5-5,5. Tidak ditemukan tanda
peradangan dan gambaran serviks normal.
Diagnosis
Pewarnaan Gram (dianggap sebagai standar emas untuk
mendiagnosis vaginosis bakterial).

Kriteria klinis memerlukan tiga gejala atau tanda berikut:


 Discharge homogen, berwarna putih yang melapisi dinding vagina
 Terdapat clue-cells (mis., sel epitel vagina yang bertangkai dengan
coccobacilli yang melekat) pada pemeriksaan mikroskopis
 pH cairan vagina> 4.5
 Bau fishy odor pada vaginal discharge yang sebelum atau sesudah
penambahan 10% KOH (yaitu, whiff test).

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Gambaran pewarnaan duh tubuh vagina diklasifikasikan menurut modifikasi kriteria
Spiegel dkk, sebagai berikut:

1. Diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakkan kalau ditemukan campuran


jenis bakteria termasuk morfotipe Gardnerella dan batang positif-gram atau
negatif-gram yang lain atau kokus atau keduanya. Terutama dalam jumlah
besar, selain itu dengan Mofotipe lactobacillus dalam jumlah sedikit atau tidak
ada di antara flora vaginal dan tanpa adanya bentuk-bentuk jamur

2. Normal kalau terutama ditemukan morfo tipe lactobacillus di antara flora


vaginal dengan atau tanpa morfotipe gardnerella dan tidak ditemukan
bentuk jamur

3. Indeterminate kalau dia antara kriteria tidak normal dan tidak konsisten
dengan vaginosis bakterial
Tatalaksana
Treatment is recommended for women with symptoms

BV appears to recur with higher


frequency in women who have HIV
infection. Women with HIV who have
BV should receive the same treatment
regimen as those who do not have
HIV infection.

• Konsumsi alkohol harus dihindari selama pengobatan dengan nitroimidazol.


• Untuk mengurangi kemungkinan disulfiram-like reaction, pantang minum alkohol harus dilanjutkan selama
24 jam setelah selesai metronidazol.
• Krim klindamisin oil-based dan dapat melemahkan kondom lateks dan diafragma selama 5 hari setelah
penggunaan (lihat pelabelan produk clindamycin untuk informasi tambahan).
• Wanita harus disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual atau menggunakan kondom secara
konsisten dan benar selama rejimen pengobatan.
2015 STD Treatment Guidelines. CDC
Tatalaksana

• Konsumsi alkohol harus dihindari selama pengobatan dengan nitroimidazol.


• Untuk mengurangi kemungkinan disulfiram-like reaction, pantang minum
alkohol harus dilanjutkan selama 72 jam setelah selesai pengobatan
tinidazol.

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Komplikasi
 Wanita dengan vaginosis bakterial berisiko tinggi untuk
mendapatkan beberapa PMS (mis., HIV, N. gonorrhoeae,
C. trachomatis, dan HSV- 2), komplikasi setelah operasi
ginekologis, komplikasi kehamilan, dan kambuhnya
vaginosis bakterial .
 Vaginosis bakterial juga meningkatkan risiko penularan
HIV ke pasangan seks laki-laki

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Candidosis
Genitalis
Monica Pramana (406182085
 Kandidosis/ kandidiasis: infeksi dg bbg manifestasi klinis yg
disebabkan o/ Candida t.u. Candida albicans
 Etiologi:
 Candida albicans (80-90%)
 Candida glabrata / Torulopsis glabrata (10%)
 Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida
krusei, Candida stellatoidea (3%)

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
 Epid:
 Mrp infeksi vaginal kedua terbesar di Amerika Serikat stl
bakterial vaginitis
 Lebih sering muncul pd ps imunokompromis
 Faktor predisposisi pd LK:
 Tertular oleh pasangan seksual
 Menderita DM
 Tidak disirkumsisi

https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
 Faktor predisposisi pd PR:
 Lingkungan hangat dan lembap: pakaian rapat dan ketat
 Penggunaan kontrasepsi hormonal:
 estrogen ↑ ikatan dg ragi → adhesi jamur ke epitel vagina ↑
 Estrogen ↑ → kadar glikogen di dinding epitel vagina ↑ → kondisi sesuai utk
pertumbuhan jamur (nutrisi utk jamur)
 Penggunaan kontrasepsi spiral
 Penggunaan antibiotik spekt luas
 Penderita DM
 Sist imun ↓ (pd HIV, menggunakan kortikosteroid, keganasan)
 Kehamilan: kadar glikogen di dinding epitel vagina ↑ → nutrisi utk jamur →
overgrowth jamur
 Douching: membersihkan vagina dg larutan pembersih → reaksi hipersensitivitas &
keseimbangan flora normal tgg → lebih rentan thd infeksi
Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5291939/
http://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/yeast-infections-during-pregnancy/
Gambaran klinis
Pada PR Pada LK
 Gatal:  Kemerahan dan iritasi pada
 Iritasi ringan sampai sangat berat glans dan preputium
hingga ps merasa sangat kering  Gatal ringan hingga panas
 Ada duh: hebat
 Biasanya sangat sedikit & cair  Iritasi pd glans stl hub seks, bisa
 Bisa banyak, putih keju disertai vesikulasi dan erosi yg
 Nyeri dan panas selama dan hilang dlm bbrp hari
sesudah berhubungan seks  Dapat menyebabkan keluarnya
 Disuri eksterna ketika urin duh terutama pd pagi hari
mengenai vulva yg radang (jarang)

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
Pemeriksaan Fisik
Pada PR Pada LK
 Vulva bisa tampak normal atau tdp  Pd glans & preputium: eritem
kemerahan, udem, fisura hingga
adanya erosi dan ulserasi difus, fisura dg bintik2 merah
 Khas: ada pseudomembran brp (vesikopustul) yg mudah pecah
plak putih spt sariawan (thrush) → → erosi dg skuama putih di tepi
tdr dr miselia yg kusut, leuko & epitel yg (kolaret)
melekat pd dinding vagina
 Pd dinding vagina dapat tertutup  Pseudomembran spt sariawan bisa
pseudomembran spt keju menyebar hga skrotum dan inguinal →
 Duh tubuh: jk ada di skrotum sangat gatal
 sedikit dan cair
 mukoid atau cair dg butir – butir (gumpalan  Dapat menyebabkan keluarnya
keju) duh cair atau mukoid dg butir2
 Pd kolposkopi tampak peningkatan
vaskularisasi krn peradangan (tampak terutama pd pagi hari (jarang)
kemerahan)
Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
Pemeriksaan Laboratorik
 Pemeriksaan mikroskopik dg garam
fisiologis, KOH, Gram staining didapatkan:
 Sel tunas bentuk lonjong
 Pseudohifa
 Hifa bersepta
 Pemeriksaan gram staining: ragi kandida
bersifat Gram positif
 Kultur duh vagina: utk ps dg hasil
pemeriksaan mikroskopik false negative,
kandidiasis vulvovaginalis kronis dan
identifikasi spesies non Candida albicans

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
http://www.life-worldwide.org/fungal-diseases/candida-albicans
Algoritma diagnosis Vaginitis
simtomatik

Pemeriksaan
pelvik abnormal

Mikroskopik
langsung:
NaCl/KOH 10%, pH

Mikroskopik jamur Mikroskopik jamur


(+) (-)

pH <4/5 pH <4/5 pH <4/5

PMN sedikit PMN banyak PMN sedikit


Trikomonas (-)
Clue cells (-)

Kemungkinan
Terapi antimikotik
infeksi campuran
Kultur jamur dan
terapi antimmikotik

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
Tatalaksana
 Kandidiasis vulvovaginalis tanpa komplikasi:
 Obat topikal gol azole
 Kandidiasis vulvovaginalis dg komplikasi
 Infeksi rekuren:
 Flukonazole 150mg 3 hari ATAU gol azole topikal 7-14hari
 Dosis pemeliharaan slm 6 bln: ketokonazole tab 100mg/hari ATAU flukonazole kaps 100-150mg/hari ATAU
itrakonazole 400mg/bln ATAU klotrimazole tab vagina 500mg ATAU
 Kandidiasis berat: flukonazole 150mg 2 dosis selang 72 jam ATAU topikal gol azole 7-14hari
 Candida non albicans: azole 7-14 hari (kec flukonazole krn byk resisten)
 Pd penderita imunokompromis: antimikotik 7-14 hari
 Pd wanita hamil: azole topikal
 Mikonazole krim 2%, 5gr intravagina tiap malam slm 7 hari
 Mikonazole tab vagina 100mg tiap malam slm 7 hari atau 200mg tab vagina slm 3 hari
 Klotrimazole krim 1% 5gr intravagina tiap malam slm 7-14 hari
 Klotrimazole tab vagina 200mg tiap malam slm 3 hari atau 500mg tab vagina selama 1 hari
 Kandidiasis pd LK (balanitis):
 Klotrimazole topikal
 Flukonazole 150mg dosis tuggal
 Imidazole krim Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
 Nistatin 2x sehari slm 7hari
Terapi kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi
Nama obat Sediaan Dosis
Ketokonazole 200mg tab oral 2 x 1 tab 5 hari
Itrakonazole 100mg oral kaps 2x1 cap 2 hari
2x2 cap, 1 hari selang 8 jam
Flukonazole 150mg oral tab Dosis tunggal
50 mg oral tab 1x1 tab 7 hari
Klotrimazole 1% krim intravagina 5gr, 7-14 hari
2% krim intravagina 5gr 3 hari
100mg tab vagina 2x1 tab 3 hari
500mg tab vagina 1 tab 1 hari
Mikonazole 2% krim 5gr 1-7 hari
200mg tab vagina 1 tab 1-7 hari
Nistatin 100000 U tab vag 1x1 tab 12-14 hari
Amphotericin B + 50 mg tab vag 1x1 tab 7-12 hari
tetrasiklin 100mg cap 1x1 tab 7-12 hari
KIE
 Gunakan celana dalam dengan bahan katun
 Jaga kebersihan genitalia
 Minum obat sesuai dg petunjuk dokter

https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
Daftar Pustaka
 Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Polano MK, Suurmond D.
Epidermal necrolysis in color atlas and synopsis of clinical
dermatology: common and serious diseases. New York: Mc
Graw-Hill; 2008.
 Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke –
4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
(PERDOSKI). Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin PERDOSKI. Jakarta: PP PERDOSKI; 2011.
 Kemenkes RI. Pedoman nasional penanggulangan IMS 2015.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2015

Anda mungkin juga menyukai