SULTHAN IW 15517030
DWIREXA 15517051
ALYA T 15516
LATAR BELAKANG
• Baja dan beton merupakan salah satu material yang sering digunakan dalam
dunia infrastrukutur. Kedua bahan tersebut memiliki peran yang sangat
penting dalam konstruksi.
• Karena penulis bergerak di bidang infrastruktur, hendaknya dapat memahami
sifat utama dari material penyusun konstruksi serta cara pembuatannya.
TUJUAN
• Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan praktikum ini adalah untuk
• Menentukan parameter-parameter material pembentuk beton
• Menentukan komposisi bahan yang dibutuhkan untuk membuat beton hasil
perhitungan di lapangan
• Menganalisis hasil tes uji tekan beton hasil kerja praktikan yang telah dilakukan
• Menganalisis hasil tes uji tarik baja yang telah dilakukan
SEMEN
Semen adalah material yang mengeras
apabila dicampur dengan air dan setelah
mengeras tidak mengalamai perubahan kimia
jika dikenai air. Semen yang dikenal sekarang
ini, yang juga disebut sebagai semen portland,
terbuat dari campuran kalsium, silika, amina,
dan oksida besi. Kalsium bisa didapat dari
bahan-bahan berbasis kapur seperti batu
kapur, marmer, batu karang, dan cangkang
keong.
SENYAWA KIMIA SEMEN
Berdasarkan ASTM C-
33, agregat kasar
memiliki batas bawah
pada ukuran 4.75 mm
(saringan no.4 (ASTM))
AGREGAT HALUS
• Agregat yang baik haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Adapun jenis
dan tipe agregat yang baik yang dapat digunakan untuk mengasilkanbeton dengan
kualitas baik, yaitu:
• 1. Bentuknya kubus atau bundar
• 2. Bersih dari lumpur dan senyawa organik
• 3. Kuat dan keras
• 4. Bergradasi baik
• 5. Stabil secara kimiawi
PEMERIKSAAN PARAMETER MATERIAL PEMBENTUK
BETON
• Berat Volume Agregat
• Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar
• Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
• Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
• Pemeriksaan Kadar Air Agregat
• Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME
AGREGAT
TUJUAN
MENGHITUNG BERAT VOLUME AGREGAT HALUS DAN KASAR.
ALAT DAN BENDA UJI
• Alat
• Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
• Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
• Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja
tahan karat.
• Mistar perata.
• Sekop.
• Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang sesuai dengan tabel
berikut.
Tebal Wadah Ukuran
Minimum (mm) Maksimum
Kapasitas Diameter Tinggi Agregat (mm)
Dasar Sisi
• Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 3.2.
• Keringkan dengan oven pada suhu (110±5) oC sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda
uji.
• Berat isi lepas
• Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
• Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah
dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
• Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
• Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
• Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1).
• Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5'') dengan cara penusukan
• Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
• Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan
dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
• Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
• Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
• Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1).
• Berat isi Agregat = W3 / V (Kg/m3) ; V = Isi Wadah (m3)
HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN
Observasi I Observasi I
Padat Gembur
Padat Gembur
A. Volume wadah 2,781 liter 2,781 liter
A. Volume wadah 2,781 liter 2,781 liter
B. Berat wadah 2,676 kg 2,676 kg
B. Berat wadah 2,676 kg 2,676 kg C. Berat wadah + benda uji 6,734 kg 6,431 kg
C. Berat wadah + benda uji 7,031 kg 6,648 kg D. Berat benda uji (C-B) 4,058 kg 3,755 kg
D. Berat benda uji (C-B) 4,355 kg 3,572 kg
Berat volume : 1,459 kg/l 1,350 kg/l
Berat volume : 1,57 kg/l 1,43 kg/l Observasi II
Observasi II Padat Gembur
Padat Gembur A. Volume wadah 2,781 liter 2,781 liter
A. Volume wadah 2,781 liter 2,781 liter B. Berat wadah 2,676 kg 2,676 kg
C. Berat wadah + benda uji 6,731 kg 6,430 kg
B. Berat wadah 2,676 kg 2,676 kg
D. Berat benda uji (C-B) 4,055 kg 3,754 kg
C. Berat wadah + benda uji 6,986 kg 6,281 kg
D. Berat benda uji (C-B) 4,310 kg 4,105 kg
Berat volume : 1,458 kg/l 1,350 kg/l
• Kesimpulan
Berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,45 Kg/L.
Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah 1,56
Kg/L. Selain itu, berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah
1,35 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat
adalah 1,46 Kg/L.
• Saran
Sampel yang digunakan itu sampel yang harus benar – benar kering dan pada
saat proses penumbukkan 25 kali untuk kondisi padat dilakukan dengan pelan-
pelan agar tanah tidak keluar dari wadah.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT
HALUS DAN AGREGAT KASAR
TUJUAN PERCOBAAN
MENENTUKAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL DARI AGREGAT HALUS DAN
AGREGAT KASAR.
ALAT DAN BENDA UJI
• Alat
• Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
• Wadah atau Talam
• Sekop
• Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
• Satu set saringan dengan ukuran:
Nomor Ukuran Lubang Keterangan Nomor Saringan Ukuran Lubang
Saringan Mm Inci
Mm Inci
- 9,5 3/8 Perangkat
• Sebelum benda uji digunakan, keringkan terlebih dahulu agregat sampel tes
dengan berat yang telah ditentukan pada temperatur (110 ± 5)°C, kemudian
dinginkan pada temperatur ruangan.
• Ambilah contoh agregat. Untuk agregat halus gunakan sebanyak 500 g pasir
dan agregat kasar sebanyak 3000 g kerikil.
• Masukkan agregat ke dalam set set saringan agregat
• Goyangkan saringan dengan tangan saat agregat dituang ke saringan.
• Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
• Catat berat yang tertahan.
Analisis Saringan Agregat Halus
HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN
Ukuran Saringan Berat Tertahan Persentase Tertahan Persentase Tertahan Persentase Lolos SPEC ASTM C33-90
(mm) (gram) (%) Kumulatif Kumulatif
(%) (%)
100
Persentase Lolos Kumulatif
80
60
40
20
0
0.01 0.1 1 10
ukuran Saringan (mm)
Kurva Agregat Halus Batas Atas Batas Bawah
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
Ukuran Saringan Berat Tertahan (gr) Persentase Tertahan Persentase Tertahan Persentase Lolos SPEC ASTM
(mm) (%) Kumulatif Kumulatif C33-90
(%) (%)
25 0 0 0 100 100
100
80
Persentase Lolos Kumulatif
60
40
20
0
1 10 100
-20
Ukuran Saringan (mm)
• Agregat halus didapatkan pada percobaan tidak memiliki persebaran yang layak
karena tidak seluruhnya berada di antara batas atas dan bawah. Oleh karena itu
agregat halus yang berada di Laboratorium tidak layak digunakan.
• Untuk kurva gradasi agregat kasar menunjukkan bahwa variasi distribusi gradasi
agregat kasar yang berada di laboratorium merupakan variasi distribusi seragam.
Hal ini dikarenakan sebagian besar ukuran agregat kasar sama, yaitu ukuran 9,50
mm untuk 2616 gram dari 3000 gram. Oleh karena itu agregat tidak layak
digunakan.
PEMERIKSAAN KADAR ORGANIK
DALAM AGREGAT HALUS
TUJUAN PERCOBAAN
MENGETAHUI KADAR ORGANIK YANG TERKANDUNG DALAM AGREGAT HALUS.
ALAT DAN BENDA UJI
Alat
• Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup
lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
• Standar Warna (Organik Plate).
• Bahan Uji
• Agregat halus (pasir) sebagai benda uji dengan volume 115 ml atau 1/3 volume botol.
• Kristal atau bongkahan NaOH (350).
• Air sebagai pelatur NaOH.
PROSEDUR PERCOBAAN
• Masukkan 115 ml agregat halus (pasir) ke dalam botol tembus pandang (±1/3 volume
botol).
• Tambahkan dengan larutan NaOH 3 %. Setelah dikocok, isinya mencapai kira-kira 3/4
volume botol.
• Tutup botol tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak
terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap.
• Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada
Organik Plate.
• Bandingkan apakah warnanya lebih tua atau lebih muda
HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN
• Warna air di atas pasir yang terdapat di dalam botol yang sudah
didiamkan selama 24 jam. jika dibandingkan dengan organic plate maka
sesuai dengan warna No. 5 pada organic plate.
KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan
Oleh karena itu, dapat disimpulkan berdasarkan pengamatan bahwa agregat
mengandung zat organik dalam batas tidak wajar wajar sehingga agregat tidak
layak digunakan untuk mix design. Kondisi ini bisa terjadi karena kesalahan dalam
percobaan, seperti masih adanya kandungan organik yang tersisa pada botol uji.
• Saran
Botol uji harus benar-benar dalam keadaan bersih dari kandungan organik agar
meminimalisir kesalah terjadi.
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR
DALAM AGREGAT HALUS
TUJUAN PERCOBAAN
MENENTUKAN BESARNYA KADAR (PERSENTASE) LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS.
ALAT DAN BENDA UJI
• Alat
• Gelas ukur.
• Alat pengaduk
• Bahan Uji
• Agregat halus (pasir) secukupnya dalam kondisi lapangan.
• Air sebagai bahan pelarut biasa.
PROSEDUR PERCOBAAN
• Alat
• Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
• Oven yang bersuhu sampai (110+-5)oC
• Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji
• Bahan Uji
• Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg
PROSEDUR PERCOBAAN
Observasi I Observasi I
A. Berat benda uji 1189 gram A. Berat benda uji 706 gram
B. Berat benda uji kering 1111 gram B. Berat benda uji kering 684 gram
Observasi II Observasi II
A. Berat benda uji 1167 gram A. Berat benda uji (B-A) 1646 gram
B. Berat benda uji kering 1103 gram B. Berat benda uji kering 1589 gram
Kadar air rata – rata 6,41 % Kadar air rata – rata 3,405 %
KESIMPULAN
Kadar air pada agregat kasar sebesar 3, 405 %. Didapatkan pula kadar air
pada agregat halus sebesar 6,41%. Dari data tersebut didapatkan bahwa
kadar air agregat halus lebih besar dari pada kadar air agregat kasar
karena adanya perbedaan luas dan laju penguapan pada agregat.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT
AGREGAT HALUS
TUJUAN : MENENTUKAN BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY) DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS.
AGREGAT KASAR
TUJUAN : MENENTUKAN BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY ) DAN PENYERAPAN AGREGAT
KASAR
ALAT DAN BAHAN UJI
• Alat
• Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas minimum
sebesar 1000 gram atau lebih.
• Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
• Cetakan kerucut pasir.
• Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
• Benda Uji
• Agregat halus dengan berat 1000 gram dan diperoleh dari bahan yang diproses melalui
alat pemisah atau perempatan.
PROSEDUR PERCOBAAN
• Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi
contoh tercurah baik.
• Sebagian dari contoh dimasukan dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan
tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika
cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh.
• Contoh agregat halus sebesar 500 gr dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian
piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara
dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer, redamlah piknometer dengan suhu air
(73,4±3) oF selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dan air.
• Pisahkan
benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu
(213±130) oF. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam (satu hari).
• Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas
kalibrasi pada temperatur (73,4±3) oF dengan ketelitian 0,1 gram.
Observasi I
A. Berat Piknometer 170 gram
B. Berat contoh kondisi SSD 500 gram
C. Berat piknometer + air + contoh SSD 962 gram
D. Berat piknometer + air 670 gram
2,62
DAN ANALISIS Bulk Spesific Gravity (Kering) : 2,27
• Alat
• Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg.
• Keranjang besi diameter 203,2 mm (8'') dan tinggi 63,5 mm (2,5'').
• Alat penggantung keranjang.
• Handuk atau kain pel.
• Bahan Uji
• Agregat kasar dengan dengan berat 11 L dalam keadaan kering muka (SSD = Surface
Saturated Dry). Butiran agregat yang lolos saringan nomor 4 tidak dapat digunakan sebagai
benda uji.
PROSEDUR PERCOBAAN
2,60
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
Persentase Absorpsi Air : 4,73 %
didapatkan apparent specific gravity, bulk
Observasi II
specific gravity kering, bulk specific gravity A. Berat SSD 3000 gram
pada saat SSD, dan presentase absorpsi air B. Berat contoh dalam air 1545,5 gram
C. Berat contoh kering di udara 2398 gram
agregat kasar berturut-turut adalah 2,81,
2,495, 2,61, 4,49%. Data-data Apparent Spesific Gravity : 2,81
Maksimum Minimum
Dinding pondasi, 75 25
footing, dinding
basement
Kolom 100 25
Perkerasan dan 75 25
lantai
Dasar pemilihan, ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Sebagai contoh,
• Untuk
ukuran volume
maksimum agregat
agregat harus yang sama,
memenuhi penggunaan
persyaratan agregat dengan gradasi
sebagai berikut:
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 2 𝑡𝑒𝑝𝑖 𝑏𝑒𝑘𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 (𝑚𝑚)
Ukuran maksimum agregat (mm) ≤
yang baik dan dengan ukuran maksimum 5 yang besar akan menghasilkan
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 (𝑚𝑚)
Ukuran maksimum agregat (mm) ≤
rongga yang lebih sedikit daripada penggunaan agregat dengan ukuran
3
2 × 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑚𝑚)
Ukuran maksimum agregat (mm) ≤
maksimum agregat yang lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan penurunan
3
3 × 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛(𝑚𝑚)
Ukuran maksimum agregat (mm) ≤
kebutuhan mortar dalam setiap volume satuan beton.
5
ESTIMASI KEBUTUHAN AIR PENCAMPUR DAN
KANDUNGAN UDARA
Estimasi Kebutuhan Air Pencampuran dan Udara untuk
Berbagai Nilai Slump dan Ukuran Maksimum Agregat
• Jumlah air pencampur per satuan Jenis Beton Slump (mm) Air (kg/m3)
menghasilkan nilai slump tertentu Tanpa 25-50 205 200 185 180 160 155 140
Penambahan
sangat bergantung pada ukuran Udara
75-100 225 215 200 190 175 170 155
Kuat Tekan Beton Umur Rasio Air Semen (dalam perbandingan berat)
• Untuk rasio air semen yang sama, kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis
28 Hari (MPa)
Tanpa Penambahan
agregat dan semen yang digunakan. Dengan
Oleh karena Penambahan rasio air
itu hubungan
Udara Udara
semen dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya dikembangkan
berdasarkan material
48 yang sebenarnya
0.33 yang digunakan - dalam
pencampuran. Terlepas
40 dari hal diatas,
0.41 tabel berikut dapat
0.32 dijadikan
pegangan dalam pemilihan nilai perbandingan air semen.
35 0.48 0.40
28 0.57 0.48
20 0.68 0.59
14 0.82 0.74
• Nilai kuat tekan beton pada tabel tadi adalah nilai kuat tekan beton rata-rata yang
dibutuhkan, yaitu:
• 𝑓𝑚 = 𝑓𝑐′ + 1.64 𝑆𝑑 Kondisi Pengerjaan Standar Deviasi (MPa)
• fc’ = nilai kuat tekan karakteristik Sangat Baik 3 - 3.5 1.5 - 1.75
kering
10 (dry 0.50
rodded 0.48
unit weight)
0.46 per 0.44
satuan volume beton
12.5 0.59 0.57 0.55 0.53
• Volume pasir didapat dengan mengurangi volume satuan beton dengan volume total dari komposisi pembentuk beton yang sudah diketahui (air,
udara, semen, dan agregat kasar).
• Harga volume pasir ini kemudian dikonversi menjadi berat dengan mengalikan dengan 𝛾 pasir.
• Perumusannya adalah:
• 𝐴𝑓 = 𝛾𝑓 [1000 − (𝑤 + 𝛾𝑐 + 𝐴𝑐
𝛾𝑐
+ 10𝐴)]
• Dimana:
• Ac = Kandungan agregat kasar (kg/𝑚3 )
• 𝛾f = Bulk Specific Gravity (SSD) agregat halus
• 𝛾c = Bulk Specific Gravity (SSD) agregat kasar
• 𝛾 = Berat jenis campuran
KOREKSI KANDUNGAN AIR PADA AGREGAT
• Pada dasarnya agregat yang digunakan dalam campuran beton adalah agregat yang SSD
(saturated surface dry), namun di lapangan agregat yang digunakan merupakan agregat
kondisi basah.
• Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa jadi lebih besar
atau bahkan lebih kecil dari harga yang telah ditentukan berdasarkan pemilihan nilai
perbandingan air semen dan berat SSD agregat menjadi lebih kecil atau lebih besar karena
agregat yang terlalu kering akan menyerap air lebih besar sebaliknya agregat yang terlalu
basah akan menambah jumlah air pada beton. Rasio air semen yang berubah dapat
mempengaruhi kuat tekan beton oleh karena itu koreksi dilakukan untuk menambah atau
mengurangi kandungan air pada agregat beton.
Perhitungan Komposisi Unsur Beton Satua
TABLE MIX
n
9 Rencana Air
adukan/m3 Tabel 4.2(modul) 200 Kg
Beton
1 Persentase udara yang
0 Tabel 4.2(modul) 2%
Penerapan Variabel Perencanaan terperangkap
1 w/c Ratio Tabel 4.3(modul) 0,53
1 Kategori Jenis Struktur k-275 Satuan
2
2 Rencana Slump 100 mm 1 Berat semen yang diperlukan [9]/[12] 377,36 Kg
3
3 Rencana Kuat Tekan Beton 31 Mpa 1 Volume agregat kasar per 1
4 Modulus Kehalusan Agregat Halus 3,315 4
m3 beton
tabel 4.5 60
38 Semen 13,533
• Curing
• Capping
• Uji Tekan
TUJUAN CURING
•
• Menjaga beton dari kehilangan air semen yang banyak pada saat-saat setting time
concrete.
• Menjaga perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
• Stabilitas dari dimensi struktur.
• Mendapatkan kekuatan beton yang tinggi.
• Menjaga beton dari kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama
• Menjaga keretakan.
ALAT / KONDISI CURRING BETON SILINDER
• Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab (dilakukan pada beton uji).
• Menaruh beton segar dalam genangan air (dilakukan pada beton uji).
• Menyelimuti permukaan beton dengan air.
• Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
• Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
• Melapisi permukaan beton dengan material khusus (curing compound).
TUJUAN CAPPING
• Siapkan serbuk belerang atau senyawa capping, pemanas dengan suhu sampai 130ºC dan termometer
logam untuk memeriksa suhu
• Lelehkan serbuk belerang atau senyawa capping
• Setelah menjadi cair, aduk belerang cair sebelum dituangkan ke dalam cetakan capping
• Tuangkan belerang cair ke dalam cetakan kemudian letakkan beton silinder dengan kedua tangan di
atasnya. Pastikan ujung silinder beton sebelum diletakkan dalam cetakan dalam keadaan kering.
• Langkah ke-4 harus dilakukan dengan cepat sebelum sulfur cair membeku
• Ketebalan capping harus sekitar 3 mm dan tidak melebihi 8 mm
• Sebelum dilakukan uji kuat tekan, capping harus didiamkan dahulu agar memiliki kekuatan yang sebanding
dengan beton
TUJUAN PERCOBAAN UJI TEKAN BETON
• Alat yang digunakan dalam uji tekan beton adalah UTM (Universal Testing
Machine) berkapasitas 100 ton
• Benda uji yang digunakan adalah beton silinder K-275 yang telah di-capping
dengan karakteristik kekuatan tekan yang berbeda (hari ke-7, ke-14, dan
ke-28) dan ukuran yang berbeda. Beton silinder memiliki diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.
PROSEDUR
• Benda uji (beton silinder) diambil dari tempat perawatan dan di-capping.
• Benda uji diletakkan pada mesin tekan secara sentris.
• Mesin uji tekan dijalankan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan
pembebanan berkisar antara 4 kg/cm2 sampai dengan 6 kg/cm2 per detik.
• Pembebanan dilakukan hingga benda uji hancur dan benda uji beban maksimum hancur yang
terjadi dicatat selama pemeriksaan benda uji.
• Lakukan langkah diatas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan ditentukan kekuatan
tekan karakteristiknya (kekuatan tekan di hari ke-7, ke-14, dan ke-28).
HASIL UJI
No Kode Tanggal Cor TanggalTes Umur Berat Slump Luas Beban σ'b (kg/cm2) σ'bdalam
(hari) (kg) (cm) Bidangteka Maks persen(%)
n (cm) (ton)
• Referensi
ASTM E8 - Tension Testing of Metallic Materials
Tujuan
a. Menentukan hubungan tegangan dan regangan
b. Menentukan tegangan leleh baja
c. Menentukan tegangan tarik baja
d. Menentukan perpanjangan dan pengurangan luas area penampang
e. Menentukan modulus elastis baja
f. Menentukan tegangan runtuh baja
PENJELASAN UMUM
Sifat-sifat mekanik material dari baja dapat diketahui dengan penggunaan uji tarik
langsung, sifat mekanik seperti modulus young, tegangan leleh, dan tegangan Tarik.
Maka daripada hal tersebut dilakukan praktikum untuk mempelajari sifat-sifat
material baja serta mengamati perubahan geometri yang terjadi pada baja
(perubahan luas penampang dan panjang benda uji). Benda uji diberi beban Tarik
dengan penambahan beban konstan. Besarnya gaya yang bekerja pada benda uji
dicatat dengan menggunakan load cell dan penambahan panjang dicatat dengan
menggunakan Linear Variable Differential Transformer (LVDT) pada setiap penambahan
beban.
PROSEDUR
b. Persiapan alat.
• Pengalibrasian alat.
c. Pemasangan benda uji ke mesin UTM(sumbu alat penjepit harus berhimpit dengan sumbu benda uji) dan pemasangan alat ukur.
d. Pelaksanaan uji.
• Penarikan benda uji dengan penambahan beban yang konstan sampai benda uji putus. Besarnya perpanjangan yang terjadi setiap penambahan beban
dicatat dan diamati.
• Pengukuran diameter penampang pada daerah putus dan pengukuran panjang akhir dari benda uji setelah benda uji putus.
ALAT
600
500
Tegangan (N/mm^2)
400
300
200
100
0
0 0.015 0.03 0.045 0.06 0.075 0.09 0.105 0.12 0.135 0.15 0.165
Regangan
PENGOLAHAN DATA
Setelah melakukan praktikum uji tarik baja dapat ditentukan antara hubungan
regangan-tegangan yang terjadi pada tulangan baja, dapat juga ditentukan
tegangan leleh dan tegangan tarik baja yang terjadi pada tulangan baja,
serta dapat menentukan perpanjangan dan pengurangan luas area
penampang, modulus elastis baja, serta tegangan runtuh baja
TERIMAKASIH