Anda di halaman 1dari 19

EVIDENCE BASED MEDICINE

CRITICAL APPRAISAL
S M O K IN G I S A P E R I O PE R ATI V E R I S K FAC TO R A N D
PROGNOSTIC FACTOR FOR LUNG CANCER SURGERY

Nur Rahmadina (1102014200)


Zulha Annisa Ichwan (1102014295)
SKENARIO
Seorang laki-laki, 50 tahun datang ke rumah sakit Yarsi dengan keluhan batuk,
dispneu, wheezing dan hemoptysis. Tekanan darah dan tanda vital lainnya dalam
batas normal. Pada pemeriksaan foto toraks ditemukan lesi cavitas pada proksimal
bronkus, tumbuh intraluminal. Pasien memiliki riwayat merokok selama 30 tahun.
Dokter mendiagnosis pasien dengan kanker paru dan akan dilakukan pembedahan
Foreground Question
Bagaimana prognosis pasien pasca operasi paru dengan riwayat merokok?

PICO
P : Laki-laki, 50 tahun
I : Merokok
C : Tidak merokok
O : Keadaan pasien setelah dilakukan operasi
Pencarian Bukti Ilmiah
Keyword : smoking AND lung cancer AND prognostic
Source/database : http://web.a.ebscohost.com/ehost
Limitation : last 3 years, full text
Result : 91
Selected article : Smoking is a perioperative risk factor and prognostic factor for lung cancer
surgery
REVIEW JURNAL
Background
Kanker paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh
dunia. Rokok tembakau mengandung banyak zat karsinogen yang merupakan factor
risiko utama kanker paru. Seorang perokok cenderung mengalami komplikasi pasca
operasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki status merokok pada
pasien kanker paru dan untuk memastikan risiko merokok bagi pasien yang
menjalani operasi kanker paru. Dalam penelitian ini, secara retrospektif menilai
hubungan antara status merokok dan komplikasi pasca operasi. Dan menyelidiki
hasil pascaoperasi pasien kanker paru-paru dengan menggunakan data yang
dikumpulkan secara prospektif.
REVIEW JURNAL
Metode
Menggunakan penelitian retrospektif pada pasien yang menjalani operasi
kanker paru-paru dari Mei 2004 sampai Maret 2013 di institusi yang sama, yang
membuat database prospektif pasien yang menjalani operasi kanker paru pada
bulan Mei 2004. Pasien dikelompokkan menjadi 3 kelompok sebagai berikut: non-
perokok, yang telah berhenti merokok, dan perokok. Menggunakan uji Chi-square
untuk menganalisis karakteristik perokok dan hubungan antara faktor klinis dan
komplikasi pasca operasi. Dan metode Kaplan-Meier untuk menganalisis tingkat
survival.
REVIEW JURNAL
Hasil
Komplikasi pada pernapasan dan jantung pasca operasi berkembang
pada 107 dari 670 pasien (15,9%). Komplikasi ini berkembang pada 11,4% pada
bukan perokok, 17,1% pada yang telah berhenti merokok, dan 21,2% pada perokok
(p = 0,0226). Meskipun komplikasi lainnya tidak dikaitkan secara signifikan dengan
perokok, tetapi komplikasi cenderung berkembang pada perokok dan yang telah
berhenti merokok daripadi yang bukan perokok. Survival rate 5 tahun untuk non-
perokok, yang telah berhenti merokok, dan perokok masing-masing adalah 81,4,
65,4, dan 68,8% (p = 0.0003).
REVIEW JURNAL
Kesimpulan
Perokok cenderung memiliki kanker paru dengan stadium lanjut,
fungsi paru yang terganggu, dan morbiditas tinggi setelah operasi kanker
paru-paru, dan kelangsungan hidup yang lebih buruk daripada bukan
perokok. Meskipun analisis multivariat tidak menunjukkan bahwa merokok
dikaitkan dengan prognosis yang buruk, tetapi non-merokok memiliki
survival rate yang jauh lebih baik secara keseluruhan Selain itu, karena
karsinoma sel skuamosa yang terkait dengan merokok cenderung agresif,
pengobatan kanker perioperatif mungkin diperlukan.
APAKAH HASIL PENELITIAN TERSEBUT VALID?
1. Apakah terdapat sampel pasien yang representative dan didefinisikan
secara jelas pada titik yang sama (similar point) dalam perjalanan
penyakit (course of the disease)?

Ya, sampel diambil dari 716 pasien yang mengalami kanker paru dan telah
dioperasi. Pasien dibedakan menjadi 3 kelompok : bukan perokok, telah
berhenti merokok, dan perokok. Dari total 670 pasien diinvestigasi
hubungan antara kebiasaan merokok dan komplikasi pasca operasi.
2. Apakah follow-up lengkap dan cukup lama (sufficiently long and
complete)?
Ya, jadwal follow-up terdiri dari kunjungan ke dokter bedah toraks 1 atau 2
minggu setelah operasi. Dan jika tidak ada masalah follow-up dilakukan
setiap 3-4 bulan selama 5 tahun
3. Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif dan tersamar/tidak
berbias?
Ya, kriteria outcome pada jurnal ini bersifat obyektif dan kriteria yang
digunakan dilihat dari survival rate dan komplikasi setelah dilakukan
operasi
4. Apakah diidentifikasi kelompok dengan prognosis yang berbeda
dan dilakukan penyesuaian/adjustment terhadap factor prognostik
yang penting?
Pada jurnal ini dilakukan adjustment untuk factor-faktor
prognotik yang penting antara lain : Status merokok, umur, jenis
kelamin, jumlah rokok per hari, indeks masa tubuh
APAKAH HASIL PENELITIAN INI PENTING?
5. Bagaimana gambaran outcome dari waktu ke waktu?
6. Seberapa tepat perkiraan prognosis?
Status merokok pada pasien kanker paru pasca operasi dapat menjadi factor
penentu yang baik dalam menentukan prognosis dan kelangsungan hidup
pasien (Survival Rate)
APAKAH HASIL PENELITIAN INI DAPAT
DIAPLIKASIKAN?
7. Apakah pasien dalam penelitian ini serupa
dengan pasien kita?
Ya, karena pada jurnal ini mengidentifikasi hubungan
antara status merokok dan komplikasi pasca operasi.
Dan membandingkan survival rate antara pasien
tidak merokok, telah berhenti merokok, dan perokok.
8. Apakah simpulan kita terhadap hasil studi bermanfaat apabila
disampaikan kepada pasien dalam tata laksana secara keseluruhan?
Ya, karena pada jurnal ini menjelaskan tentang kebiasaan merokok.
Kanker sangat sulit disembuhkan, sehingga kita dapat memberikan
edukasi kepada pasien untuk menjaga pola hidupnya agar
keberlangsungan hidupnya dapat lebih baik.

9. Apakah penelitian berguna untuk konseling pada penderita dan


keluarga?
Ya, karena pada jurnal ini dijelaskan tingkat kelangsungan hidup dan
komplikasi pada pasien kanker paru setelah operai dengan riwayat
merokok.

Anda mungkin juga menyukai