Anda di halaman 1dari 71

SURVEILANS

INFEKSI RUMAH SAKIT

Oleh :
Luh Putu Aries Setiawati

Disampaikan dalam Workshop PPI RS Nusa Penida


Klungkung - Bali
Tgl 25-26 Maret 2019
Tujuan Umum
• Setelah mengikuti pelatihan peserta mengerti ttg Konsep
Dasar Infeksi Rumah Sakit (HAI) dan mampu
melaksanakan surveilans HAI.
Pokok Bahasan
1. Definisi HAI
2. Jenis HAI
3. Tehnik Pengumpulan Data
4. Menentukan HAI
5. Menyusun Pelaporan
6. Analisa & Desiminasi
Insiden HAIs
Dampak HAIs

• Prolonged hospital stay


• Long-term disability
• Increase resistance of
microorganisms to
antimicrobial
• Massive additional financial
Luka Post Op terinfeksi MRSA burden
• High costs for patients and
their family
• Exess deaths
Dampak HAIs
HAIs di Indonesia
• Data HAIs di Indonesia
bagaikan fenomena
gunung es
• Kegiatan surveilans pasif
• Kegiatan surveilans
dilakukan oleh orang yang
belum kompeten

• Data Nasional ???


HAIs

Mortalitas
Biaya meningkat
Morbiditas Citra RS menurun
Tuntutan
Hukum
Kecacatan Mutu pelayanan
UU RI no 36 menurun
UU RI no 44
Pencegahan &
Pengendalian
Infeksi (PPI)

Komite &
Tim PPI Program PPI
SKP 1.
Mengidentifikasi pasien dengan benar
SKP 2.
Meningkatkan komunikasi yang efektif
SKP 3.
Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
SKP 4.
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pasien yang benar
SKP 5.
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
SKP 6.
Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh
Program PPI
Salah satu program dari PPI
Aktifitas yang sangat penting dan luas
Dilakukan oleh IPCN yang berkompteten
SURVEILANS Secara aktif dan terus menerus.

Indikator keberhasilan program PPI


NNIS oleh CDC,

NNIS (National Nosocomial Infection Surveillans)


pertamakali (1970)
sekarang NHSN (National Healthcare Safety Network
HAI ↓ 32 %,
tanpa Surveilans ↑ 18 %
RSJPDHK ↓ 40 %
Definisi
HAIs (Healthcare Associated Infections) :
infeksi yg terjadi pada pasien selama perawatan di RS atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak ditemukan dan
tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS.
HAIs -- infeksi yang terjadi pada pasien setelah mendapat
perawatan di rumah sakit lebih dari 48 jam, yang mana pasien
tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat masuk
rumah sakit.
IRS juga mencakup infeksi yang didapat di RS tetapi baru
muncul setelah keluar RS dan juga infeksi akibat kerja pada
tenaga kesehatan.
Kriteria Waktu HAIs
Contoh
Pengertian Surveilans
Pengumpulan data kesehatan yg penting secara terus
menerus sistematis, analisis & interpretasi dan
didesiminasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan
kesehatan
Tujuan Surveilans
• Memperoleh data dasar
• Kewaspadaan dini KLB
• Menilai standard mutu pelayanan
• Sebagai sarana mengidentifikasi malpraktek
• Menilai keberhasilan suatu program PPI
• Meyakinkan para klinisi
• Sebagai suatu tolok ukur akreditasi
Metode Surveilans
1. Hospital wide, traditional Surveillance
(prospektif, terus menerus, diseluruh area, mll RM, mahal)
2. Periodic Surveillance
(interval 1 bulan dlm 1 semester)
3. Prevalence Surveillance
(menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu, populasi
Khusus, Infeksi MRSA , VRE)
4. Target Surveillance
(paling sering digunakan, fokus, ICU, Misal : VAP, CABG,
Transplantasi, IADP)
5. Outbreak threshold
( saat ada outbreak, kultur meningkat, isolasi meningkat)
Perencanaan Surveilans
1. Kaji Populasi
• Setiap RS memiliki karakteristik pasien yg berbeda & resiko
bervariasi.
2. Seleksi Hasil atau Proses
Hasil dari pelayanan (infeksi : IDO, CLABSI,CAUTI)
Process spt: SPO, kebijakan, bundle.
3. Buat Definisi
Pada umumnya merujuk pada definisi CDC atau dimodifikasi.
Harus akurat, jelas. (HAIs, VAP, IADP, IDO,CAUTI)
Jenis HAIs

IDO
Pneumonia CAUTI
/ VAP

Surveilans

Pola IADP
AntiMikroba

Pola
Kuman
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)

Infeksi yg terjadi akibat masuknya mikroba mll peralatan


yg kita masukkan langsung ke sistem Pemb. darah.
(perawatan / diagnostik).

CDC dg istilah BSI ( Blood Stream Infection)

Pemasangan :
CVC, Vena perifer (infus), Haemodialisa, IVL
Defenisi IADP
Ditemukan organisme dari hasil kultur darah semi/
quantitatif dengan tanda klinis yg jelas serta tidak
disertai infeksi yang lain (tanpa ada organ atau jaringan
lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi) dan / atau
dokter yang merawat menyatakan infeksi

Seringkali Plebitis dilaporkan sbg IADP


IADP berbeda dg Plebitis ( Superfisial & Deep Plebitis )

Plebitis : mrkan tanda-tanda peradang pd daerah lokal tusukan infus.


(merah, bengkak, terasa seperti terbakar, sakit bila ditekan)
IADP : keadaan bakterimia yg diagnosanya ditegakkan melalui
pemeriksaan kultur.
Kriteria IADP
Kriteria 1:
• Ditemukan pathogen pd ≥1 kultur darah pasien DAN
• Mikroba dr kultur darah tidak berhub dg infeksi bag lain

Kriteria 2:
• Px menunjukkan minimal 1 gejala klinis (s >38⁰C, menggigil atau
hipotensi), DAN
• Tanda & gejala klinis & hasil (+) lab tidak ada hub dg infeksi tubuh
bag. lain.
• Hasil kultur berasal dari ≥ 2 kultur darah d lokasi pengambilan
berbeda didpt mikroba kontaminan umum.

Pathogen : S. aureus, Entrococcus spp, E.colli, seudomonas spp, Klebsiella


spp, Candida sp
Kontaminan kulit umum :
S. epidermidis, Streptococcus viridan, Aerococcus spp, Micrococcus
spp

Kriteria 3:
• Untuk pasien anak ≤ 1 thn
• Menunjukkan minimal 1 gejala : demam (S rectal >38), hipotermi
(<37), apnoe atau bradicardi
• Tanda & gejala klinis & hasil (+) lab tidak ada hub dg infeksi tubuh
bag. lain.
• Hasil kultur berasal dari ≥ 2 kultur darah d lokasi pengambilan
berbeda didpt mikroba kontaminan umum.
Faktor Risiko IADP
• Lama pemasangan
• Jenis jalur intravaskular
• Lokasi pemasangan
• Tehnik pemasangan
• Perawatan device
• Kondisi pasien (usia, dll)
• Tehnik kultur
The Bundle Elements
 Kebersihan Tangan
 Maksimal penggunaan Alat Pelindung Diri
(Sterile Barrier precaution)
 Antisepsis kulit : Chlorhexidine ----- ( bayi >2 bulan)
 Pilih lokasi insersi kateter pada daerah Vena Femoral dan
Vena Sentral pada pasien dewasa
Observasi lokasi insersi setiap hari, pertimbangkan
melepaskan Kateter segera jika sudah tidak ada indikasi
Ventilator Associate Pneumonia (VAP)
Pengertian :
Pneumonia yang terjadi setelah 48 jam pada pasien yg
terpasang ventilasi mekanik baik melalui pipa
endotracheal/tracheostomi
KLASIFIKASI VAP
Early-onset :
• Setelah 48-72 jam setelah dilakukan tracheal intubasi
• Karena proses intubasi yang sulit

Late-onset :
 Setelah 72 jam intubasi
Organisme Penyebab VAP
• Early onset :
– Hemophilus influenza
– Streptococcus pneumoniae
– Staphylococcus aureus (methicillin sensitive)
– Escherichia coli
– Klebsiella

• Late onset:
– Pseudomonas aeruginosa
– Acinetobacter
– Staphylococcus aureus (methicillin resistant)

Most strains responsible for early onset VAP are antibiotic


sensitive. Those responsible for late onset VAP are usually
multiple antibiotic resistant
Kriteria VAP
Bukti Klinis
 Demam ≥ 38 0 C tanpa ditemui penyebab lainnya
 Leukopenia (< 4.000) atau Leukositosis (≥ 12.000)
DAN
 Minimal disertai 2 tanda berikut:
 Timbulnya onset baru sputum purulen / perubahan sifat
sputum.
 Munculnya tanda / terjadinya batuk yg memburuk atau
dyspneu (sesak nafas) atau tachypnea (nafas frekuen)
 Ronchi basah atau suara nafas bronchial
 Memburuknya pertukaran gas, misal desaturasi O2
(PaO2/FiO2 ≤ 240), peningkatan kebutuhan oksigen, atau
perlu peningkatan ventilator.
NHSN 2008
Kriteria VAP (lanjt)
X ray
 Infiltrat baru persisten atau progresif yg menetap
 Konsolidasi
 Kavitasi
 Pneumoceles pd bayi berumur ≤ 1 thn

 Laboratorium
 Sputum kultur / Kulture aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml

Ada 3 :
Pneumonia klinis (Pneu 1)
Pneumonia dg gambaran lab spesifik (Pneu 2)
Pneumonia pd x imunocompromised (Pneu 3)
Bundle Pencegahan VAP
1. Head Up 30 – 45 º
2. Hand hygiene
3. DVT Profilaksis
4. Peptik Ulcer Profilaksis
5. Sedation Vacation
6. Oral care : Chlorhexidin @12 jam (sikat gigi) , bilas aqua @ 2-4
jam

Tambahan : Cek cup presure ETT (20-30 mmhg)


Catheter Associated Urinary Tract Infection
(CAUTI)
Pengertian:
Infeksi ada saluran kemih yg terjadi setelah pemasangan
urine kateter ≥ 48 jam.

Kriteria ISK: Kriteria ISK anak ≤ 1th


Tanda & Gejala Klinis: • Demam >38ºC
 Demam >38ºC • Hipotermi < 37 ºC
 Urgensi • Apnea
• Bradikardia
 Frekwensi
• Lethargia
 Disuria, atau • Muntah-muntah
 Nyeri Supra pubik
Tes Konfirmasi ISK
Tes Konfirmasi Mayor (kultur kuantitatif minimal kontaminasi)
• Hasil biakan urin aliran tengah (mid stream) ≥ 10⁵ cfu kuman /ml urin
dg jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies

Tes Konfirmasi minor (pemeriksaan bukti ISK yg kurang akurat)


• Tes carik celup (dipstik) positif atau leukosit esterase dan atau nitrit.
• Piuri (terdapat ≥ 10 leukosit per ml atau terdapat ≥ 3 leukosit per LPB)
dari urine yg tanpa disentrifugasi
• Paling sedikit 2 kultur urine ulangan didptkan uropatogen yg sama (
bakteri gram negative atau S. Saprofiticus dg jml ≥ 10² koloni per ml
urin yg tidak dikemihkan. (kateter/ aspirasi suprapubik)
• Dokter mendiagnosa & memberi therapi utk ISK
Bundle Pencegahan CAUTI
1. Kaji kebutuhan pemasangan kateter urin
2. Hand hygiene
3. Tehnik Insersi
4. Chateter care
Close sistem,
5. Chateter Removal
INFEKSI DAERAH OPERASI

Definisi :
Surgical Site Infection (SSI) merupakan infeksi yang
terjadi pada tempat atau daerah insisi akibat suatu
tindakan pembedahan.

Infeksi yg terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska


operasi tanpa implant, dan 90 hari dengan implant
Faktor Risiko IDO
1. Karakteristik pasien
• Usia( bayi, anak-nak, lanjut usia)
• Status gizi buruk
• DM
• Gula darah rendah
• Merokok
• Obesity
• Kolonisasi mikroorganisme
• Daya tahan tubuh lemah
• Lama rawat inap pra bedah
Faktor Risiko IDO
2.Karakteristik operasi
a. Pre operasi
• Skin antisepsis
• Pencukuran rambut
• Antisepsis kulit di ruang operasi
• Surgical scrub/ cuci tangan bedah; tipe antiseptik,
lamanya scrub, kuku
• Tim bedah terinfeksi atau kolonisasi
• Profilaksis antibody
Intra operasi
• Lingkungan ruang operasi
• Ventilasi ruang operasi
• Permukaan lingkungan ruang operasi
• Inadekuat sterilisasi instrumen
• Tehnik bedah dan asepsis; pasang drain dan suture
dengan tepat (pemasangan drain terpisah dari luka
insisi)
• Jahitan bedah dan perban
• Lamanya operasi

c. Post operasi
• Perawatan luka operasi
Kategori Luka Operasi
1. Operasi Bersih :
 Operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius, traktus gastrointestinal, orofaring, traktus
urinarius atau traktus biller

 Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan


atau tanpa pemakaian drain tertutup

 Kemungkinan infeksi tidak lebih dari 2 % ( infeksi saat operasi


dari petugas/lingkungan )
2. Operasi Bersih Tercemar :
 Operasi membuka traktus digestivus, traktus biller,
traktus urinarius, traktus respiratorius sampai
dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali
ovarium

 Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage),


contohnya operasi pada traktus billier, apendiks,
vagina a orofaring.

 Kemungkinan untuk infeksi 4 – 10 %


3. Operasi Tercemar :
• Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi
masih dalam waktu emas (Golden periode )
• Kemungkinan untuk infeksi 20 %

4. Operasi Kotor atau dengan Infeksi :


5. Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau
traktus respiratorius yang terinfeksi
• Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial)
Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian ,
terdapat jaringan luas atau kotor
Dokter yang melakukan operasi menyatakan
sebagai luka operasi kotor/ terinfeksi
Kemungkinan untuk infeksi 40 %
Stratifikasi Berdasarkan Indeks Risiko Menurut
National Nosocomial Infection Surveilance ( NNIS )

Berdasarkan :
 Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi)
 Bersih
0
 Bersih tercemar
 Tercemar 1
 Kotor}
 Klasifikasi kondisi pasien
 ASA : 1
 ASA : 2 0
 ASA : 3
 ASA : 4
 ASA : 5 1
 Durasi operasi
 Sesuai dgn waktu yg ditentukan nilai } 0
 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1
44
6/3/14
Pengumpulan Data
Observasi/Pengamatan
Interview/Wawancara
Kuesioner: Fixed or Closed, Open–end, (Kombinasi)
Sumber Sekunder

• Data Primer
• Data yang dikumpulkan oleh penelitinya sendiri
• Data Sekunder
• Data yang diambil dari suatu sumber
Pengumpulan Data
• Dilakukan oleh orang-orang yang sudah mempunyai
pengetahuan , pengalaman dan berkualitas.
• Sumber-sumber yang tepat, mengaplikasikan dan
mencatat data dengan metode yang tepat
• Format pengumpulan data dapat dientry dikomputer /
formulir kertas
• Pengumpulan data diawali ketika pasien masih dirawat.
• Pasien operasi didata sampai 30 hari setelah operasi,
jika ada implant sampai satu tahun setelah operasi 90
hari.
Pengumpulan Data
Data-data yang harus dikumpulkan yaitu data demografi,
infeksi, laboratorium, faktor resiko spesifik seperti:
pemasangan kateter urine  ISK (CAUTI)
pemasangan central vena line  IAD (BSI)
pemasangan ventilator mekanik  VAP.

Untuk faktor resiko infeksi Daerah Operasi (SSI) : di data


tgl operasi, lama operasi, kelas luka, ASA Score, emergensi
atau elektif.
Data dikumpulkan setiap hari pada waktu yang sama
dicatat pada formulir yang sudah disediakan.
49
Analisis Data Infeksi
• Data dicatat pada formulir yang sudah dibuat
• Data surveilens dicatat secara sistematis di formulir.
• Sebaiknya di entry di data base computer.
• Jika data dimasukkan dalam data base computer maka dengan
mudah dapat dilakukan plot jumlah atau rate infeksi setiap saat untuk
mengidentifikasi trend yang ada. (buat dg rumus)
Analisis Data Infeksi
• Numerator dihitung angka kejadian infeksi, sedangkan
denominator dihitung populasi yang beresiko.
• Menghitung dan menganalisa data pakai metode
statistical.
• Populasi SSI (IDO) adalah semua pasien yang dilakukan
operasi.
• Populasi VAP adalah semua pasien yang memakai
ventilator.
• Populasi CAUTI (ISK) adalah semua pasien yang
memakai kateter urine menetap
Analisis Data Infeksi
Untuk menghitung dipakai istilah insiden rate.
• Insiden Rate IDO adalah jumlah pasien infeksi luka operasi
(Numerator) dibagi jumlah total kasus operasi (Denominator)
dikali 100 % .

• Insiden Rate VAP/ISK/IADP adalah jumlah VAP/ISK/IADP


(Numerator) dibagi total jumlah hari pemakaian alat
(Denominator) dikali 1000
Tehnik penghitungan

a Rate infeksi : Numerator


X 1OOO = ‰
Denominator

b Rate Infeksi : Jumlah kasus Infeksi



=
X 1OOO
Jumlah hari pemakaian alat

Rate Infeksi : Jumlah kasus ILO


X 1OO
= %
Jumlah hari pasien operasi
Menghitung dan menganalisa data infeksi

Insiden Rate ISK


Jumlah ISK
----------------------------------------------------------X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter urine menetap
dalam kurun waktu tertentu

Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang kateter urine
menetap 20 orang, total hari pemakaian kateter urine 80
hari.Jumlah pasien ISK dua orang, maka rate ISK adalah
2/80 X 1000 = 25 ‰
Menghitung dan menganalisa data infeksi

Insiden Rate VAP


Jumlah VAP
-------------------------------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian Ventilasi Mekanik dalam
kurun waktu tertentu

Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang ventilasi
mekanik lima orang, total hari pemakaian ventilasi mekanik
20 hari.Jumlah pasien VAP dua orang, maka insiden rate
VAP adalah 2/20 X 1000 = 100 ‰
Menghitung dan menganalisa data infeksi
Insiden Rate IADP
Jumlah IADP
------------------------------------ X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter vena sentral
dalam kurun waktu tertentu

Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang kateter vena
sentral 10 orang, total hari pemakaian kateter vena sentral
40 hari.Jumlah pasien IADP dua orang, maka insiden rate
IADP adalah 2/40 X 1000 = 50 ‰
Menghitung dan menganalisa data infeksi

Insiden Rate Plebitis


Jumlah Plebitis
------------------------------------ X 1000
Jumlah hari pemakaian intra vena perifer dalam
kurun waktu tertentu

Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang intra vena
perifer 50 orang, total hari pemakaian kateter vena perifer 200
hari.Jumlah pasien Plebitis 10 orang, maka insiden rate
Plebitis adalah 10/200 X 1000 = 50 ‰
Menghitung dan menganalisa data infeksi

Insiden Rate IDO


Jumlah IDO
----------------------------------------- X 100
Jumlah kasus operasi dalam kurun waktu
tertentu
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah kasus
operasi SC 20 orang, terjadi IDO dua orang,
maka insiden rate infeksi adalah
2/20 X 100 = 10 %
Tabel 1. Surgical Site Infection ( SSI) rate

No. CABG No. SSIs Rate (%)


Operations (No. SSI ÷ No.
CABG ×100

122 2 1.6
Table 2. Ventilator-associated pneumonia
(VAP) rate

No. Ventilator No. VAPs Rate per 1000


days in in PICU ventilator days
pediatrics ICU (No. VAPs ÷ No.
(PICU) ventilator days × 1000)

801 5 6.2
Table 3. Peritoneal dialysis–related peritontis

Total peritoneal No. of Rate per 1000


dialysis months peritonitis dialysis months
(total cumulative cases (No. peritonitis ÷ Total
months all patients dialysis months × 1000
received dialysis during
specified time period)

989 11 11.1
Tabel 6. BSIs rates stratified by risk body weight

No Central Infection rate


Birth weight Central line line/ umblical per 1000 central
(g) days line associated line days
BSIs

< 1000 412 8 19.4

1001- 1500 322 4 12.4

1500- 2500 269 2 7.4

> 2500 363 2 5.5


Analisis Data Infeksi
STRATIFIKASI

Dalam suatu studi populasi sering lemah homogen,


seharusnya dibedakan umur, gender, severity ,
dilakukan stratifikasi.

Pasien Infeksi luka operasi dibagi dalam jenis operasi,


usia, kategori risiko (jenis luka, T time, ASA Score).

Infeksi saluran kemih dibagi menurut jenis kelamin,


pada pasien neonatus, dibagi kedalam kategori berat
badan
Stratifikasi Infeksi Daerah Operasi dengan kategori resiko

Jumlah kasus Jumlah infeksi Infeksi rate


Kategori operasi per 100 kasus
Resiko

1 40 1 2.5

2 50 4 8

3 20 5 25
Interpretasi
• Data harus diinterpretasi dengan cepat dan tepat, untuk
mendapatkan informasi/makna penemuan, apakah ada
masalah infeksi nosokomial, yang memerlukan
penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.

• Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi


tentang penyimpangan yang terjadi.

• Bandingkan angka infeksi nosokomial apakah ada


penyimpangan , dimana terjadi peningkatan atau
penurunan yang cukup tajam.
Interpretasi
 Perhatikan dan bandingkan kecenderungan menurut
jenis infeksi, ruang perawatan dan patogen penyebab
bila ada.

 Perlu dijelaskan sebab-sebab peningkatan atau


penurunan angka infeksi/HAIs, jika ada data yang
mendukung relevan dengan masalah yang dimaksud
- Bandingkan dengan “BENCHMARK”
NHSN/NNIS
Penyajian Data Surveilans
• Distribusi data sedapat mungkin harus mudah
dimengerti, sederhana dan menarik
• Disebarluaskan segera
• Memerlukan kemampuan menggunakan
komputer
• SPSS, Epid Info, WHO-net
• Excel
Insiden rate UTI period Jan-Des 2012 in NCC Harapan Kita

12 Data insiden rate infeksi rumah sakit periode 2001-2009 di


RSJPDHK
per 1000 catheter days

10 9.8
8.7 70
8

Insiden rate per 1000 hari pemakaian


60
6 5.6 5.9 IADP
5.2 50
ISK

alat/hari rawat
4.6 4.5 4.6
4 3.6 40 HAP
VAP
2.5 2.6
PLEBITIS
2 30
DEKUBITUS
1
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des 10

Month 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun

Distribusi IADP tahun 2008 di RSJPDHK

ICU Dewasa ICU Anak CVC IW Medikal IW Bedah IW Anak RA

2, (4%) 6.4, (12%)


Dapat menjawab
5.9, (11%)

1.3,( 2%) Apa,


9.5, (18%)
17.4, (33%)
Dimana,
Kapan
10.4, (20%)
EVALUASI

Audit proses tahapan


• Ketepatan data
• Kualitas data
• Ketepatan analisa

Outcome Assesment
• Apakah system surveilans sesuai tujuan
KESIMPULAN
• Pelaksanaan surveilans merupakan kegiatan yang
penting dan luas dalam program PPI

• Pelaksanaan surveilans dilaksanakan oleh individu


yang profesional

• Metode observasi langsung merupakan Golden


Standard

• Pelaksanaan surveilans meliputi


perencanaan,pengumpulan
data,analisa,interpretasi,komunikasi dan evaluasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai