Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

(Intra Operatif)
Intra Operatif

Masa dimana pasien berada dimeja


pembedahan sampai keruang pulih sadar.

Asuhan keperawatan diarahkan pada


peningkatan keefektifan hasil pembedahan.
Patofisiologi Masalah Keperawatan

Pemberian Prosedur Tindakan


Anastesi Intraoperatif invasif Bedah

Anastesi Anastesi Posisi Bedah


umum Regional Port de entre
Cidera
Resiko efek Efek sistemik Cidera tekan
prosedur
sanping obat utama SAB Tulang,
Hipotensi arteri. invasif pada Resiko
anastesi : saraf,
Deperesi Bradikardi. Vaskuler
jaringan Infeksi
Kardiovaskuler Perubahan area bedah
dan ventilasi spontan
penapasanan, akibat penurunan Resiko Cidera Prosedur
Kerusakan hati respon simpatis
dan ginjal. diagfragma. invasif
Dispnea
Peralatan listrik, anastesi
Penurunan suhu
tubuh.
Resiko tertinggal alat,
kasa, instrumen
Diagnosa Keperawatan Intra Operatif.
1. Resiko cidera intraoperatif b/d pengaturan
posisi bedah, invasif bedah.
2. Resiko infeksi intraoperatif b/d adanya port
de entree prosedur bedah, penurunan
imunitas efek anestesi.
Resiko cidera intraoperatif

Resiko cidera intra operatif b/d pengaturan posisi


bedah dan invasif bedah.
Kriteria evaluasi hasil
1. Selama intraoperatif tdk terjadi hemodinamik
akibat perdarahan serius.
2. Pascaoperasi tdk ditemukan cidera tekan dan
cidera listrik.
3. Perhitungan spon dan instrumen sesuai dg
jumlah yg dikeluarkan.
4. Tdk ditemukan adanya kram otot.
Resiko cidera intraoperatif

Intervensi.
1. Kaji ulang status pasien.
2. Lakukan manajemen kamar operasi.
3. Siapkan kamar bedah sesuai dg jenis pembedahan.
4. Siapkan meja bedah dan asesoris pelengkap.
5. Siapkan sarana pendukung pembedahan.
6. Siapkan alat hemostatis dan cadangan alat dlm kondisi siap pakai.
7. Lakukan pemasangan kateter urine dg teknik steril.
8. Lakukan pengaturan posisi bedah.
9. Bantu ahli bedah pada saat mulai insisi.
10. Bantu ahli bedah dalam membuka jaringan dan lakukan penghisapan apabila
diperlukan.
11. Lakukan manajemen sirkulasi intraoperatif ruang operasi.
12. Bantu ahli bedah pada saat akses bedah tercapai sesuai dg tujuan pembedahan.
13. Bantu ahli bedah dalam penutupan jaringan.
Resiko infeksi intraoperatif

Resiko infeksi intra bedah b/d adanya port de entree


prosedur bedah, penurunan imunitas efek anastesi.
Kriteria Evaluasi Hasil.
Luka pasca bedah tertutup dg kasa steril.
Intervensi
1. Kaji ulang status/identitas pasien dan Rik. Diagnostik.
2. Siapkan sarana scrub.
3. Siapkan instrumen sesuai jenis pembedahan.
4. Lakukan manajemen asepsis prabedah.
5. Lakukan manajemen asepsis intraoperasi.
6. Lakukan penutupan luka.
Klasifikasi Pembedahan.

Jenis prosedur pembedahan diklasifikasikan


berdasarkan tingkat keseriusan, kegawatan,
dan tujuan pembedahan.
Klasifikasi Pembedahan

1. Jenis pembedahan berdasarkan tingkat


keseriusan :
a. Bedah Mayor.
Pembedahan yg melibatkan rekontruksi
atau perubahan yg luas pd bagian tubuh,
memberikan dampak resiko yg tinggi pd
kesehatan. (mis, Bypass arteri koroner,
reseksi kolon, reseksi lobus paru)
Klasifikasi pembedahan

Bedah Minor.
Pembedahan yg melibatkan perubahab kecil
pd bagian tubuh, sering dilakukan
memperbaiki deformitas dan dengan resiko
lebih kecil.
(mis. Ekstraksi katarak, graft kulit, operasi
plastik)
Klasifikasi pembedahan

2. Jenis pembedahan berdasarkan tingkat


urgensi/kegawatan :
a. Elektif.
Pembedahan dilakukan berdasarkan
pilihan pasien, tdk penting dan tdk
dibutuhkan untuk kesehatan.
(mis. Rekonstruksi payudara atau vagina,
bedah plastik pada wajah)
Klasifikasi pembedahan

b. Gawat.
Pembedahan perlu utk kesehatan atau mencegah
timbulnya masalah tambahan pd pasien. (mis.
Eksisi tumor ganas, pengakatan batu empedu)
c. Darurat.
Pembedahan harus segera dilakukan utk
menyelamatkan jiwa atau mempertahankan
fungsi organ. (mis. Perforasi apendik, amputasi
traumatik, mengontrol perdarahan)
Klasifikasi pembedahan

3. Jenis pembedahan berdasarkan tujuan.


a. Diagnostik.
Pembedahan utk pemeriksaan lebih lanjut (mis. Biopsi
masa tumor)
b. Ablatif.
Pengangkatan bagian tubuh yg mengalami
masalah/penyakit. (mis. Amputasi, pengangkatan
apendik).
c. Paliatif.
Menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit,
tetapi tdk menyembuhkan. (mis. Kolostomi,
debredemen jaringan nekrotik).
Klasifikasi pembedahan

d. Rekontruksi.
Mengembalikan fungsi atau penampilan jaringan yg
mengalami malfungsi atau trauma. (mis. ORIF
dan CREF fraktur, perbaikan jaringan parut).
e. Tranplastasi.
Mengganti organ atau struktur yg mengalami
malfungsi. (mis. Cangkok ginjal, total hip
replacement)
f. Kontruksi
Mengembalikan fungsi yg hilang akibat anomali
kongenital. ( mis. Bibir sumbing, penutupan defek
katup jantung)
PREMEDIKASI
Premedikasi
• Premedikasi adalah tindakan awal anestesi dengan memberikan obat-obat
pendahuluan yang terdiri dari obat-obat golongan;
• Antikholinergik, sedatif/trankulizer dan analgetik.

• Tujuan Premedikasi.
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, yang meliputi: bebas dari rasa
takut, tegang, dan khawatir: Bebas nyeri dan mencegah mual-muntah.
2. Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan refleks vagus
3. Memudahkan/memperlancar induksi
4. Mengurangi dosis obat anestesi
5. Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk
pramedikasi adalah:

JENIS OBAT DOSIS (DEWASA)


(1) Sedatif:
Diazepam 5-10 mg
Difenhidramin 1 mg/kgbb
Promethazin 1 mg/kgbb
Midazolam 0,1-0,2mg/kgbb
(2) Analgetik Opiat:
Petidin 1-2mg/kgbb
Morfin 0,1
Fentanil 1-2 ug/kgbb
Analgetik non opiat disesuaikan

(3) Antikholinergik:
Sulfas atropin 0,1 mg/kgbb
Skopolamin

(4) Antiemetik
Ondansetron 4-8 mg(IV) dewasa
Metoklopramid 10 mg (IV) dewasa

(5) Profilaksis aspirasi


Cimetidin Dosis disesuaikan
Ranitidin
Antasid
Tujuan pemberian obat Antikholinergik Utk
Premedikasi :

1. Mengurangi sekresi kelenjar: saliva, saluran


cerna dan saluran nafas
2. Mencegah spasme laring dan bronkus
3. Mencegah bradikardi
4. Mengurangi motilitas usus
5. Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat
nafas.
Tujuan Permberian obat sedatif.

1. Untuk memberikan suasana nyaman


2. Bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga
pasien tidak peduli dengan lingkungannya
Anastesi Umum.
Pasien masuk lingkungan kamar bedah yg asing
dan menakutkan dlm keadaan mengantuk.
Kondisikan pasien agar kooperatif terhadap
intervensi anastesi.
Pasien akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadaran, amnesia terhadap proses
pembedahan dan mengalami relaksasi otot.
Anastesi umum

Diagnosa keperawatan yg paling lazim


ditemukan.
Resiko cidera intraoperatif b/d prosedur anastesi
umum.
Kriteria evaluasi hasil.
1. Pasien kooperatif terhadap intervensi
anestesi.
2. Pasien dapat menjadi tidak sadar sesuai
tahapan anastesi umum.
Resiko cidera prosedur anastesi umum

Intervensi.
1. Kaji ulang status/identitas pasien.
2. Siapkan obat-obat anastesi umum.
3. Siapkan alat-alat intubasi endotrakeal.
4. Siapkan sarana pemantauan dasar.
5. Siapkan obat-obatan emergensi.
6. Lakukan pemasangan stetoskop prekordial, manset tekanan darah, monitor dasar,
oksimetri dan pertahankan kelancaran kateter IV.
7. Kaji faktor merugikan.
8. Kaji kelainan pd prosedur diagnostik.
9. Beri dukungan emosional praanestesi.
10. Lakukan pemberian anestesi secara intravena.
11. Lakukan pemasangan ETT, oral airway dan kaji keefektivitas jalan napas.
12. Lakukan pemebrian oksigen, penghisapan dan anastesi inhalasi.
13. Lakukan pemantauan status kardiovaskurlar dan respirasi.
14. Lakukan pemberian cairan dan transfusi sesuai kondisi dan kontrol keluaran urine.
15. Lakukan pemberian obat pemuliha nestesi setelah pembedahan.
16. Lakukan pembersihan jalan napas.
Anastesi Regional.
Melakukan blok subaraknoid atau spinal, akar-akar
saraf akan mengalami anestesi oleh karena agen
anastesi lokal yg dimasukan dalam cairan
serebrospinalis. Anastesi lokal menempati
reseptor-reseptor diserat saraf dan mencegah
hantaran impuls.
Sering dilakukan pd pembedahan apendiktomi,
laparaskopi, histrektomi, persalinan pervagina
atau sesar, hemoroid atau reseksi tranuretra.
Anastesi regional

Resiko Anastesi Regional.


Anastesi spinal dg kadar anastesi yg meningkat dpt
mempengaruhi pernapasan.
Blok anastesi pd saraf vasomotor simpatis, serat saraf
nyeri dan motorik meninmbulkan vasodilatasi yg luas
dpt menyebabkan hipotensi mendadak, jika kadar
anastesi meningkat dpt terjadi paralisis pernapasan.
Penting .... Lakukan pemantauan secara hati-hati
selama dan segera setelah pembedahan.....
Anastesi Regional

Menurut Potter (2006) Anastesi regional dpt


dilakukan dg metode induksi :
1. Blok Saraf.
Anastesi lokal disuntikan kedalam pleksus
brakialis. Blok suplai saraf ketempat
pembedahan.
2. Anastesi Spinal.
Anastesi dg melakukan pungsi lumbal dan
memasukan anastesi lokal kedalam cairan
serebrospinalis pd ruang subaraknoid spinal.
Anastesi regional

3. Anastesi Epidural
Pilihan terbaik untuk prosedur kebidanan
Menghilangkan sensasi nyeri didaerah vagina dan
perineum.
Obat anastesi disuntikan keruang epidural diluar
duramater kandungan obat anastesi lebih rendah
dari anastesi spinal.
Kateter epidural dibiarkan terpasang sehingga pasien
dpt diberikan obat sesuai dg kebutuhan.
Anastesi Regional

4. Anastesi Kaudal.
Salah satu jenis anastesi epidural secara lokal
pada dasar tulang belakang, berpengaruh
pada daerah pelvis dan kaki.

Anda mungkin juga menyukai