Anda di halaman 1dari 24

REFARAT

OKTOBER 2018

RESPIRATORY DISTRESS
OF NEWBORN
Nama : Haidar Humair (K1A1 14 019)

Pembimbing : dr. Hj. Musyawarah, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018
Gangguan pernapasan bayi baru lahir terjadi
pada sekitar 7% kelahiran. Sindrom distres
pernapasan, yang terjadi terutama pada bayi
prematur, mempengaruhi sekitar 1% bayi baru
lahir yang menyebabkan sekitar 860 kematian per
tahun.
Gangguan pernapasan pada bayi adalah
meningkatnya kerja pernapasan ditandai
dengan takipnea (frekuensi napas > 60 – 80
Kali/menit) dan retraksi berupa cekungan atau
tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di
bawah sternum (substernal) selama inspirasi.
Distres pernapasan adalah salah satu
alasan paling sering seorang bayi dirawat
di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
15% bayi cukup bulan dan 29% dari bayi
prematur yang terlambat dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
mengalami morbiditas pernapasan yang
signifikan, bahkan lebih tinggi pada bayi
yang lahir sebelum usia kehamilan 34
minggu.
OBSTRUKSI
JALAN NAPAS
ANOMALI
TRAKEA

PULMONAL

NON
PULMONAL
Gangguan Nafas Berat - Frekuensi nafas > 60 kali/menit DENGAN sianosis central DAN tarikan dinding dada atau

merintih saat ekspirasi

- Frekuensi nafas > 90 kali/menit DENGAN sianosis central ATAU tarikan dinding dada

ATAU merintih saat ekspirasi

- Frekuensi nafas < 30 kali/menit DENGAN atau TANPA gejala lain dari gangguan nafas

Gangguan Nafas Sedang - frekuensi nafas 60-90 kali/menit DENGAN tarikan dinding dada ATAU merintih saat

ekspirasi TANPA sianosis sentral

- Frekuensi nafas > 90 kali/ menit TANPA tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi

atau sianosis sentral

Gangguan Nafas Ringan Frekuensi nafas 60-90 kali/menit TANPA tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi

atau sianosis sentral

Kelainan Jantung Kongenital Frekuensi nafas 60-90 kali/menit DENGAN sianosis sentral TANPA tarikan dinding dada atau
Evaluasi gawat nafas dengan skor Downes

Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas < 60 kali/menit 60-80 kali/menit > 80 kali/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Skor total Diagnosis :
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap Sesak nafas ringan 1-3
walaupun diberi Sesak nafas sedang 4-5
O2 Sesak nafas berat ≥6
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
1. Transient Tachypne Of Newborn

TTN juga dikenal sebagai


retained fetal lung fluid
syndrome, adalah gangguan
pernapasan dini pada bayi
cukup bulan dan bayi
mendekati cukup bulan (late
preterm) yang disebabkan oleh
gangguan pembersihan cairan
paru janin
2. Repiratory Distress Syndrome

Respiratory Distress Syndrome


juga dikenal sebagai penyakit
membran hialin adalah
penyebab umum penyakit
pernapasan pada bayi
prematur yang disebabkan
oleh kekurangan surfaktan di
alveoulus.
PATOGENESIS
3. Meconium Aspiration Syndrome

Meconium Aspiration
Syndrome (MAS) adalah
gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir yang
disebabkan oleh adanya
mekonium di saluran napas
trakeobronkial yang
menyebabkan obstruksi
saluran napas, gangguan
pertukaran gas alveolar,
pneumonitis kimia serta
disfungsi surfaktan.
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK FAKTOR PREDISPOSISI PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anamnesis tentang - Merintih - Bayi Kurang Bulan - Analisis Gas
riwayat keluarga, - Sianosis - Depresi neonatal Darah
maternal, prenatal (Kegawatan neonatal)
- Elektrolit dan
dan intrapartum - Retraksi - Bayi dari ibu DM Gula Darah
- Tanda Obstruksi - Bayi lahir dengan
Saluran Napas operasi sesar - Darah Rutin
- Warna hijau - Bayi yang lahir dari - Pemeriksaan
kekuningan pada ibu yang menderita Radiologi
demam, ketuban
tali pusat pecah dini atau air
- Abdomen ketuban yang berbau
Mengempis busuk
- Bayi dengan kulit
berwarna seperti
mekonium mungkin
mengalami aspirasi
mekonium
Gangguan Napas Ringan
• Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6
jam berikutnya
• Bila dalam pengamatan gangguan napas
memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya,
terapi untuk kemungkinan sepsis dan tangani
gangguan napas sedang atau berat.
• Berikan asi bila bayi mampu menghisap. Bila
tidak, berikan asi peras dengan menggunakan
salah satu cara alternatif pemberian minum.
• Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila
ada perbaikan gangguan napas.
• Lanjutkan pemberian O2 dengan kecepatan sedang
• Bayi jangan diberikan minum
• Jika ada tanda berikut (suhu aksiler <34ºC atau >39ºC, air ketuban bercampur mekonium, dan riwayat
infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (>18 jam) ambil sampel darah untuk
kultur dan berikan antibiotik (ampicilin dan gentamicin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis
• Bila suhu aksiler>34-36,5ºC atau 37,5-39ºC tangani untuk masalah suhu abnormaal dan ulang setelah 2 jam
• Bila suhu masih belum stabil, atau gangguan napas belum ada perbaikan, ambil sampel darah dan berikan
antibiotik untuk terapi kemungkinan besar sepsis
• Jika suhu normal teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas
• Bila tidak ada tanda-tanda sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan
atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
• Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding dada
berkurang atau suara merintih berkurang) kurangi terapi O2.
• Pasang pipa lambung, berikan asi peras setiap 2 jam
• Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2, mulailah melatih bayi menyusu.
• Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan
tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak ada alasan bayi tetap tinggal di RS, bayi dapat
dipulangkan.
Gangguan Napas Berat

• Pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang


• Tangani dengan kemungkinan besar sepsis
• Bila bayi menunjukkan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral,
naikkan pemberian O2 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas bayi
semakin berat dan sianosis sentral menetap walaupun pemberian O2 100%,
bila memungkinkan segera rujuk ke rumah sakit rujukan.
• Jiak gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung
untuk mengosongkan cairan lambung dan udara
• Nilai kondisi bayi 4 kali setiap hari aoakah ada tanda perbaikan
• Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan (frekuensi napas menurun,
tarikan dinding dada berkurang dan warna kulit membaik) kurangi pemberian
O2, mulailah pemberian asi peras melalui pipa lambung.
• Pantau terus perkembangan bayi.
• Penyerapan cairan paru janin biasanya sempurna dalam 24 jam kelahiran,
dan gejala langsung menghilang. Peningkatan kadar oksigen yang
diinspirasi dapat dapat diperlukan untuk mempertahankan tekanan oksigen
parsial normal pada darah arteri. Biasanya tidak ada terapi lain yang
diperlukan Posisikan bayi pada posisi tengkurap dan kepala sedikit
diangkat.
• Rule Of 2 Hours
• Resusitasi adekuat
• Sokongan umum
– Termoregulasi
– Asupan Cairan
• Bantuan Pernapasan
– Untuk meningkatkan PO2 arteri dapat dicapai dengan meningkatkan oksigen inspirasi atau
memberikan tekanan positif ke paru. Biasanya CPAP digunakan ketika bayi memerlukan
lebih dari 50% oksigen untuk mempertahankan PaO2 lebih dari 50 torr.
• Penggantian surfaktan
– Sejak pertengahan 1980-an, banyak percobaan klinis terkendali menujukkan bahwa terapi
dengan surfaktan sangat aman, menurunkan mortalitas, penurunan insidens kebocoran
udara dan pada bayi yang kecil mengurangi insidens perdarahan intrakranial.
Dosis Surfaktan
Produk Dosis Dosis tambahan

Calfactant 3 ml/kg BB lahir diberikan dalam 2 Dapat diulang setiap 12 jam sampai dosis 3

aliquot. kali berturut-turut dengan interval 12 jam

bila ada indikasi

Beractant 4 ml/kg BB lahir diberikan dalam 4 Dapat diulang minimal setelah 6 jam, sampai

dosis. jumlah total 4 dosis dalam waktu 48 jam

setelah lahir

Colfosceril 5 ml/kg BB lahir diberikan dalam waktu Dapat diulang setelah 12 jam dan 24 jam

4 menit. bila ada indikasi

Porcine 2,5 ml/kg BB lahir diberikan dalam 2 Dua dosis berurutan 1,25 ml/kg, dosis

aliquots. diberikan dengan interval 12 jam bila ada

indikasi.
• Airway Clearing
• Dukungan Ventilator
• Terapi Surfaktan
• Inhalasi Nitric Oxide (INO)
– INO saat ini dianggap sebagai terapi paling efektif dalam pengelolaan Persistent Pulmonary
Hypertension of the Newborn (PPHN) yang sering disertai MAS. Dosis INO yang dianjurkan
adalah 20 bagian per juta (PPM).
• Terapi steroid
– Mekonium di saluran udara membangkitkan respons inflamasi yang ditandai dengan
adanya jumlah sel yang meningkat dan sitokin pro inflamasi yaitu. interleukin (IL-1B), IL-6,
tumor necrosis factor (TNF-α)
• Antibiotik
TRANSIENT TACHYPNEA RESPIRATORY DISTRESS ASPIRATION MECONIUM
OF NEWBORN SYNDROM SYNDROME
Meskipun TTN dapat sembuh Komplikasi Akut Komplikasi Akut
spontan , terapi suportif dapat 1. Kebocoran Udara 1. Kebocoran Udara
menyebabkan komplikasi. CPAP 2. Infeksi 2. Persistent Pulmonary
dikaitkan dengan peningkatan 3. Perdarahan Intrakranial Hypertension of the
risiko kebocoran udara. Inisiasi 4. PDA Newborn
yang tertunda dari pemberian 3. Sekuele Paru
makanan oral dapat mengganggu Komplikasi Jangka Panjamg
ikatan orangtua dan pembentukan 1. Bronchopulmoary Dyplasia
ASI, dan dapat memperpanjang 2. Perkembangan saraf
rawat inap. 3. Retinopati Prematuritas
Prognosis tergantung pada latar belakang
etiologi gangguan napas. Prognosis baik bila
gangguan napas akut dan tidak
berhubungan dengan keadaan hipoksemia
yang lama. Dengan meningkatnya
perkembangan perawatan intensif tingkat
kelangsungan hidup > 60% pada bayi
dengan berat> 1 kg.

Anda mungkin juga menyukai