2.Ayuk ariani (161120001878) 3.Filalis MM (161120001903) 4.Chumaidurrohman (161120001937) 5.Nur haris abidin (161120001949) Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap : Kegiatan Impor Barang Kegiatan Rekanan Pemerintah Kegiatan Usaha Tertentu Pemungut PPh 22, secara ringkas : Bendaharawan Pemerintah, Lembaga Negara yang berkaitan dengan pembayaran barang dan jasa Bendaharawan tertentu, baik pemerintah maupun swasta yang berkaitan dengan impor dan kegiatan usaha bidang lain Badan sebagai pabrikan tertentu yang berkaitan dengan penyerahan produk. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor barang; Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran, atas pembelian barang; BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4; Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan Urusan Logistik (BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun dari non APBN; Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri; Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutnya, Direktorat Bea Cukai. Objek pajak: kegiatan impor barang Dasar Pengenaan Pajak: Nilai Impor Nilai Impor : Cost, Insurance, Freight ditambah Bea Masuk dan pungutan lain sesuai UU Pabean =(CIF+Bea Masuk+ pungutan pabean lain) CIF : a. Cost = kurs x $ Y b. Freight = % (Cost ) c. Insurance = % (Cost ) d. CIF = Cost + Insurance + Freight BM : Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan Pungutan lain sesuai UU Pabean Amerika 10% Afrika 10% Asia 10% Australia 10% Asean 5% Impor menggunakan API (Angka Pengenal Impor) : 2,5% Nilai Impor Impor tanpa menggunakan API (Angka Penge- nal Impor) : 7,5% Nilai Impor Impor yang tidak dikuasai : 7,5% Harga Jual Lelang PT. ABC merupakan importir yang memili-ki API, di bulan Juni 2004 mengimpor ba-rang dari USA senilai FOB $ 125,000. Bia-ya yang ia keluarkan di LN berkaitan de-ngan impor tersebut terdiri dari biaya tam-bang 10% dan biaya asuransi 8%. Se-dangkan biaya yang harus ia bayar di DN meliputi bea masuk pabean 10%, bea masuk tambahan 7,5%. Hitunglah PPh 22 atas impor barang tersebut ? Cost= Rp 10.000 X 125.000 = Rp 1.250.000.000 Freight= 10% (1.250.000.000 ) = 125.000.000 Insurance= 8% (1.250.000.000) = 100.000.000 CIF (NI sblm bea masuk) = Rp 1.475.000.000 BM = 10% X Rp 1.475.000.000 = 147.500.000 BMT= 7,5% X Rp 1.475.000.000 = 110.625.000 Total NI Rp 1.733.125.000
PPh = 2,5% X 1.733.125.000 = Rp 43.328.125
Pemungutnya: Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah dan BUMN/BUMD Objek pajaknya: penyerahan barang atau jasa oleh rekanan pemerintah Asas pemungutannya: stelsel kas/ cash basis Tarif Pajak: 1,5% dari Harga Beli Pada tanggal 1 Maret 2012 KPPN Jakarta membeli komputer di Toko ABC, harga komputer termasuk PPN @Rp 10.000.000. 1. Hitunglah: a. PPh Pasal. 22 dan PPN yang harus dibayar oleh Toko ABC b. Kas yang diterima oleh Toko ABC Jawab: Harga sebuah komputer adalah Rp 10.000.000 Harga sebelum PPN= 100/110 x Rp 10.000.000 Rp 9.090.909 PPN dipungut WAPU= 10% x Rp 9.090.909 Rp 909.091 Total pembelian termasuk PPN Rp 10.000.000 KPPN I harus memungut PPh 22 sebesar 1,5% x Rp 9.090.909= Rp 136.364 Saat terutang/dipungut PPh Pasal 22 adalah Saat pembayaran. Dalam hal ini KPPN membayar sebesar Rp 9.090.909 ke Toko ABC dan harus memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp 136.364. Sehingga uang yang diserahkan oleh KPPN ke Toko ABC adalah sbb: Harga sebelum PPN= 100 / 110 x Rp 10.000.000 =Rp 9.090.909 dipungut PPh Pasal 22 =Rp 136.364 Jumlah yang dibayarkan ke Toko ABC Rp 8.954.545 Kemudian KPPN menyetor pajak tersebut dan membuat 2 buah bukti ke Toko ABC: 1. PPN berupa SSP sebesar Rp 909.090 2. Bukti Potong SSP PPh Pasal 22 Rp 136.364 Total yang disetor KPPN Rp 1.045.454 Oleh Toko ABC diperlakukan sebagai berikut: PPN akan dijadikan sebagai PPN Pajak Keluaran dan merupakan pengurang PPN Kurang Bayar. PPh Pasal 22 akan dijadikan sebagai kredit pajak di PPh tahunan (Formulir 1770-II jika Wajib Pajak Orang Pribadi) Jika pembayaran dibawah Rp 1.000.000, maka tidak perlu dilakukan pemungutan PPh Pasal 22 maupun PPN. SSP atas nama rekanan dan penyetor adalah WAPU. PPh Pasal 22 disetor paling lambat pada hari yang sama, saat pembayaran ke rekanan dan dilaporkan paling lambat tanggal 14 bulan berikutnya. (KMK No.541/KMK.04/2000). Sedangkan PPN disetor paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya dan dilaporkan tanggal 14 bulan berikutnya. Atas penjualan hasil produksi tertentu, ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu: Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final) Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final) Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final) Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final) Pada mei 2016, PT semen indonesia menjual semen hasil produksi kepada PT. Bangunan nusantara (prusahaan distributor). Total harga termasuk PPN sebesar Rp. 1.650.000.000 1. hitunglah pph 22 yang di pungut PT semen indonesia DPP = (100/110) x Rp. 1.650.000.000 = 1.500.000.000
PPh 22= 0,25% x 1.500.000.000 = 3.750.000
Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut: Bahan Bakar : SPBU Swastanisasi 0,30% dari penjualan SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan Minyak Tanah 0,30% dari Penjualan Gas LPG 0,30% dari Penjualan Pelumas 0,30% dari Penjualan Catatan: Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final pada juni 2016 PT pertamina melakukan penyerahan hasil produksi Sbb a. Penyerahan BBM senilai Rp. 825.000.000 Kpd SPBU pertamina b. Penyerahan BBM senilai Rp. 577.500.000 kpd SBPU bukan pertamina c. Penyerahan Bahan bakar Gas senilai Rp. 192.500.000 kpd blue gas Distributor d. Penyerahan Pelumas senilai Rp 308.000.000 kpd PT. Olie Setiap harga dalam poin poin tersebut sudah termasuk PPN pph 22 yang dipungut PT. Pertamina dihitung sbb: a) Penyerahan BBM kpd SPBU DPP = (100/110) x 825.000.000 = 750.000.000 PPh 22 = 0.25% x 750.000.000 = 1.875.000 b) Penyerahan BBM kpd SBPU non pertamina DPP = (100/110) x 577.500.000 = 525.000.000 PPh22 = 0.3% x 525.000.000 = 1.575.000 c) Penyerahan Bahan bakar Gas kpd Blue gas Distributor DPP = (100/110) x 192.500.000 = 175.000.000 PPh 22 = 0.3% x 175.000.000 = 525.000 d) Penyerahan pelumas kpd PT. Olie DPP = (100/110) x 308.000.000 =280.000.000 PPh22 = 0.3% x 2800.000.000 = 840.000 Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor. Pada juni 2016, PT Ananda melakukan impor kedelai dari USA senilai USD 30.000 . Biaya asuransi dan angkut barang dari USA ke Indonesia masing-masing sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Tafif bea masuk sebesar 15% dari CIF. Kurs yg ditetapkan menteri keu saat itu adl USD 1= Rp 11.000 . Hitung PPh 22 yg dibayar oleh PT. Ananda Cost= Rp 11.000 X 30.000 = Rp 330.000.000 Freight= 15% (330.000.000) = 49.500.000 Insurance= 0,5% (330.000.000) = 1.650.000 CIF (NI sblm bea masuk) = Rp 381.150.000 BM = 15% X Rp 381.150.000 = 57.172.500 Total NI Rp 438.322.500 PPh = 0,5% X 438.322.500 = Rp 2.191.612