Anda di halaman 1dari 78

Bed Site

Teaching

Monica Pramana
406182085

Pembimbing :
dr. Novia Yudhitiara, Sp.KK
dr. Gina Triana Sutedja, Sp.KK
Identitas Pasien
 Nama : Tn .M.Y
 No rekam medis : 00.51.03.88
 Umur : 32 tahun 0 bulan 19 hari
 Jenis kelamin : Laki - laki
 Tempat/Tanggal lahir : Bogor, 03/04/1987
 Alamat : Katu Lampa, Cisarua, Bogor
 Agama : Islam
 Status Pernikahan : belum menikah
 Pendidikan : Tamat SMA
 Pekerjaan : Buruh
 Warga negara : Indonesia
 Tanggal Masuk RS : 22 April 2019 di Poliklinik Kulit & Kelamin
Anamnesa

Anamnesa
Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 22 April 2019 pukul 11.00
WIB di Poliklinik kulit RSUD Ciawi

Keluhan Utama
Keluar nanah pada ujung penis sejak 4 hari yang lalu dan penis
terasa panas.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien datang dengan keluhan keluar nanah pada ujung penis sejak 4 hari
yang lalu dan penisnya terasa panas. Pasien juga mengeluh nyeri saat
berkemih. Awalnya, 5 hari lalu, hanya nyeri ringan dengan keluar cairan hanya
sedikit. Cairan nanah yang keluar tidak disertai darah. Pasien tetap bisa
menahan berkemih, namun frekuensi berkemih meningkat. Cairan nanah yang
keluar tidak membuat pasien mengganti celana dalam jadi lebih sering.

• Pasien mengaku berhubungan badan dengan dengan banyak pasangan yaitu


pacar, teman & PSK. Saat berhubungan, pasien tidak memakai kondom.
Hubungan badan terakhir 1 minggu lalu, tanpa memakai kondom, kelamin
dengan kelamin. Pasien tidak mengetahui apakah pasangan seksualnya
memiliki penyakit kelamin atau tidak. Frekuensi berhubungan badan 3-4 kali /
minggu. Pasien menyangkal keluhan disertai atau didahului demam.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien rutin mengganti celana dalam 2 kali / hari. Pasien


terkadang suka menahan kencing, namun minum cukup ±2
liter/hari. Pasien menyangkal adanya ruam di badan. Pasien
juga menyangkal adanya kutil, bintil, benjolan, gelembung,
maupun borok pada kemaluan sebelum keluhan muncul. Pasien
menyangkal memakai narkoba atau obat-obatan suntik.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya,riwayat alergi obat (-) , riwayat alergi makanan (-),
riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-).

Riwayat Keluarga
 Pasien mengakui tidak ada dalam keluarga yang mengalami
seperti dirinya.

Riwayat Pengobatan
 Pasienmengaku belum melakukan upaya pengobatan terkait
dengan keluhannya.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal pemeriksaan : 22/04/2019 jam 11.00

- Keadaan Umum : GCS 15, compos mentis


- Keadaan Utama : tampak sakit sedang
 Tanda Vital
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Frekuensi nadi : 80x/menit
• Frekuensi napas : 20x/menit
• Suhu Tubuh : 36,2 C
 Antropometri
• Berat badan : 63 Kg
• Tinggi badan : 170 cm
• IMT : 21,7
Pemeriksaan Sistem
 Kepala : normocephali
 Telinga : Sekret (-/-)
 Mata : konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-)
 Hidung : secret (-/-)
 Mulut : geographic tongue (-) karies dentis (-), tonsil t1/t1, hiperemis (-)
 Leher : tidak ada teraba perbesaran KGB,
JVP tidak meningkat.
 Thorax

 Paru : I : bentuk dan pergerakan simetris


P : sonor
P : terangkat simetris
A : vesikule, wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan
Sistem
 Jantung: I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak kuat angkat
P : batas jantung kanan ICS II parasternal line dextra, batas
jantung kiri ICS V midclavicula line sinistra
A : bunyi suara jantung 1 2 terdengar, murmur, gallop (-)

• Abdomen
I : abdomen tampak datar
A : bising usus (+)
P : supel, nyeri tekan pada seluruh kuadran (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar
P : timpani pada seluruh lapang abdomen
Pemeriksaan Sistem
 Anus dan Genitalia : lihat status venerologikus
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
 Tulang Belakang : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kifosis (-)
 Status Dermatologogikus : tidak ditemukan adanya kelainan
Status
Venerologikus
A. Inspeksi
Pubis :Vegetasi (-), edema (-), vesikel (-), ulkus (-)
Penis :Vegetasi (-), edema (-), vesikel (-), ulkus (-)
Skrotum :Vegetasi (-), edema (-), vesikel (-), ulkus (-)
OUE :Vegetasi (-), edema (-), vesikel (-), ulkus (-), duh (+), kekuningan,
jumlah sedikit, konsistensi kental (mukopurulen), tidak berbau
Perineum :Vegetasi (-), edema (-), vesikel (-), ulkus (-)
Perianal :Vegetasi (-), edema (-), vesikel (-), ulkus (-)

B. Palpasi
KGB : pembesaran KGB inguinal (-)
Gambaran 22 april 2019
Resume
 Telah diperksa seorang pria berumur 32 tahun pada tanggal 22 april 2016 di
poliklinki kulit & kelamin RSUD ciawi dengan keluhan keluar nanah pada
ujung penis sejak 4 hari yang lalu dan penisnya terasa panas. Pasien juga
mengeluh nyeri saat berkemih. Awalnya, 5 hari lalu, hanya nyeri ringan
dengan keluar cairan hanya sedikit. Cairan nanah yang keluar tidak disertai
darah. Pasien tetap bisa menahan berkemih, namun frekuensi berkemih
meningkat. Cairan nanah yang keluar tidak membuat pasien mengganti
celana dalam jadi lebih sering.

• Pasien mengaku berhubungan badan dengan dengan banyak pasangan


yaitu pacar, teman & PSK. Saat berhubungan, pasien tidak memakai
kondom. Hubungan badan terakhir 1 minggu lalu, tanpa memakai kondom,
kelamin dengan kelamin. Pasien tidak mengetahui apakah pasangan
seksualnya memiliki penyakit kelamin atau tidak. Frekuensi berhubungan
badan 3-4 kali / minggu. Pasien menyangkal keluhan disertai atau didahului
demam.
 Pasien rutin mengganti celana dalam 2 kali / hari. Pasien
terkadang suka menahan kencing, namun minum cukup ±2
liter/hari. Pasien menyangkal adanya ruam di badan. Pasien
juga menyangkal adanya kutil, bintil, benjolan, gelembung,
maupun borok pada kemaluan sebelum keluhan muncul.
Pasien menyangkal memakai narkoba atau obat-obatan suntik
 Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya,riwayat alergi obat (-) , riwayat alergi makanan
(-), riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-).
 Pasien mengakui tidak ada dalam keluarga yang mengalami
seperti dirinya.
 Pasien mengaku belum melakukan upaya pengobatan terkait
dengan keluhannya
Diagnosis
• Diagnosis Kerja
Uretritis ec DD/Gonore dan non Gonore
Diagnosis Banding
Uretritis Gonore
Uretiritis Non Gonore
Uretritis Gonore dan Non Gonore
Rencana Diagnostik

1. Sediaan apus Gram


2. Pemeriksaan sediaan basah
3. Kultur
4. Screening HIV
5. Pemeriksaan Sifilis (VDRL & TPHA)
Rencana Terapi dan Evaluasi
• Rencana terapi farmakologis
o Cefixime 400 mg DT
o Azitromisin 1gr DT
o Xidane 1 x 1
• Rencana terapi non farmakologis
 1. Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
 2. Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratoris, dan
bila tidak dapat menahan diri supaya memakai kondom.
 3. Kunjungan ulang pada hari ke-7.
 4. Konseling:
 Mengenai penyakit dan penyebabnya
 Kemungkinan komplikasi
 Cara penularan
 Pentingnya penanganan pasangan seksual tetap
 Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan yang berhubungan dalam 60
hari terakhir

• Rencana evaluasi
 Kontrol ulang perbaikan klinis
Prognosis
• Ad vitam : ad Bonam
• Ad sanationam : ad Bonam
• Ad functionam : ad Bonam
Uretritis & Duh
Tubuh Uretra
Monica Pramana (406182085)
URETRITI
S Duh Tubuh Uretra
 Peradangan pada uretra  Duh tubuh alat kelamin (cairan
yang ditandai dengan abnormal) yang berasal dari sekresi
keluarnya duh tubuh kelenjar yang ada di uretra pada laki-
uretra (urethral laki.
Sekret uretra  serosa, seromukous,
discharge), disuria, atau
mukous, kadang bercampur nanah.
rasa gatal pada bagian  Secara umum duh tubuh uretra ini bisa
ujung uretra bersifat fisiologis, misalnya pada
 Penyebab utama uretritis : prostaturia dan spermaturia, dan bisa
Neisseria gonorrhoeae dan bersifat patologis misalnya pada
uretritis gonore dan uretritis non
Chlamydia trachomatis spesifik (uretritis non gonore)
URETRITIS

URETRITIS GONORE URETRITIS NON GONORE

N . gonorrhoeae •Chlamydial : C .trachomatis

•Non chlamydial :
-Ureaplasma urelyticum
-Trichomonas vaginalis
Keluhan :
-Herpes simplex virus
gatal, panas di distal uretra di sekitar orifisium
-Mycoplasma genitalium
uretra eksternum, disusul disuria, polalkisuria,
keluar duh dari ujung uretra, kadang2 disertai
darah, nyeri saat ereksi

Pemeriksaan : OUE kemerahan, edema,


ektropion, duh : mukopurulen
Pria

Dengan pendekatan sindrom Dengan pemeriksan mikroskop


Wanita

Pendekatan sindrom Pemerisaan Inspekulo dan mikdroskop


Gonore
Monica Pramana (406182085)
GONORE
 Definisi : IMS pada epitel dan
umumnya bermanifestasi sebagai
servisitis, uretritis, proktitis dan
konjungtivitis.
 Etiologi : neisseria gonorrhoeae,
bakteri Gram negatif, nonmotil, tidak
membentuk spora. Dapat sebagai
monokokus atau diplokokus
 Memiliki pili pada permukaannya
untum membantu perlekatan kepada
sel host dan mencegah fagositosis
Klasifikasi
 Klasifikasi
: Infeksi genital, rektal, faringeal, okular,
komplikasi lokal, gonokokal diseminata dan infeksi
pada bayi dan anak.
 Patofisiologi :
 Virulensi bakteri ditentukan oleh pili
Faktor resiko (memediasi penempelan, menghambat
fagosit)
 Faktor Resiko  Bakteri dengan pili akan menempel di sel
 Infeksi HIV mukosa – masuk ke ruang interseluler
 Pasangan menderita IMS dekat membran basal.
 Jenis kontrasepsi  Lipopoligosakarida dan peptidoglikan yang
 Riwayat kekerasan seksual dimiliki bakteri dapat menghambat silia dan
 Aktif berhub seksual menyebabkan inflamasi.
 Memiliki banyak pasangan seks  Porin, inisiasi endositosis dan invasi
 Opacity-associated protein, penempelan ke
sel epitel dan menekan proliferasi limfosit CD4
 H. 8 mempoduksi IgA yang melindungi dari
serangan respon imun
 LOS, aktivitas endotoksik dan sitotoksik lokal
pada Tuba Fallopi
Manifestasi klinis
PRIA
 Masa inkubasi 2 – 8 hari , Gejala biasa
muncul setelah 2 mggu paparan.
 Manifestasi pada pria  nyeri, rasa terbakar
saat BAK, discharge mukoid, pembengkakan
bagian distal penis “bull head clap”.
WANITA
 60-80 % asimtomatis
 Gejala mayor : vaginal discharge,
disuria, pendarahan spotting,
dispareunia, nyeri abdomen bagian
bawah.
 Discharge purulen dan berbau

Infeksi Gonokokal Diseminata


 Sindrom dermatitis-artritis, demam tidak
tinggi dan menggigil.
 Nyeri sendi.
Pemeriksaan
 Anamnesis
 Fisik
 Pria,nyeri epididimis unilateral
 Wanita, perndarahan vagina, nyeri
abdomen
 Diseminata, demam, rash
makulopapular (badan dan
anggota gerak), nyeri sendi,
penurunan kesadaran, murmur
dan takikardi, abses jaringan
lunak, edema
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
 Pewarnaan Gram
 Spesifik dan sensitif
 Kultur
 Media transport : Media Stuart, Media Transgrow
 Media pertumbuhan : Media Thayer Martin, Modifikasi Thayer Martin, Agar
coklat McLeod
 Tes beta-laktamase
 Tes Thomson
 PCR
 Sampel diambil dari
 Pria: duh pd fossa navicularis
 Wanita: duh uretra, muara kelenjar bartholin & endoserviks
TATALAKSANA
Tatalaksana
Gonore
 Komplikasi :
 Pria  tisonitis, parauretritis, littritis dan cowperitis, prostatitis,
vesikulitis, funikulitis, epididimitis, infertilitas, trigonitis
 Wanita  salpingitis, PRP simtomatik dan asimtomatik,
infertilitas, kehamilan ektopik, bartolinitis
 Komplikasi diseminata : artritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis dan dermatitis
 Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara
genitogenital pada pria dan wanita dapat berupa infeksi non
genital (orofaringitis, proktitis dan konjungtivitis)

Daili SF., Makes WI., Zubier F., Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi 4. Fakultas Kedokteran
Gonore
 Prognosis : Dengan terapi segera jarang menimbulkan
morbiditas
 Komplikasi : Salpingitis, abses kelenjar Bartholin, epididimitis,
prostatitis, sterilitas, endokarditis, meningitis, striktur uretra.
 Pertimbangan khusus :
 Kehamilan, Aithromisin 2 gr jika alergi sefalosporin
 Resistensi, seftriakson 250 mg IM/IV
 Pencegahan :
 Pasangan seksual penderita harus ikut diobati
 Modifikasi perilaku seksual (penggunaan pengaman, tidak
berganti-ganti pasangan.)
Infeksi Genital
Non – Spesifik
(Non – GO)
Monica Pramana (406182085
Infeksi Genital Non-spesifik
 Definisi
 infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab
yang non spesifik.
 Meliputi berbagai keadaan yaitu uretritis nonspesifik,
prokitis nonspesifik ( pria homoseksual)
 Infeksi nonspesifik pada wanita
 Uretritis non spesifik
 peradangan uretra yang penyebabnya dengan
pemeriksaan laboratorium sederhana tdk dapat
dipastikan atau diketahui
Etiologi

 Organisme penyebab uretritis non spesifik adalah:


 Chlamydia trachomatis ( 30-50%)
 Ureaplasma urealycum (10-40%)
 Lain-lain:
 Trichomonas vaginalis
 Ragi
 Virusherpes simplex
 Adenovirus
 Haemophilus sp.
 Bacteroides ureolyticus
 Mycoplasma genitalium
 Bakteri lain
Gambaran klinik
 Pria :Penting diketahui  Wanita :
 coitus suspectus, yg biasanya  Gejala sering tidak khas,
terjadi 1-5 minggu sebelum asimptomatik atau sangat
timbulnya gejala ringan. Bila ada keluhan berupa
 Apakah melakukan hubungan seks duh tubuh genital yang
dengan istri saat keluhan sedang kekuningan.
berlangsung (penularan  Sering ditemukan pada wanita
fenomena pingpong) yg menjadi pasangan pria
 Keluhan : dengan UNS (uretritis non
 Keluarnya duh tubuh uretra spesifik)
(berupa lendir jernih  Pemeriksaan klinis:
samapai keruh)  morning Kelainan serviks:
drops, tapi bisa juga hanya terdapat eksudat
bercak di celana serviks mukopurulen,
 Nyeri kencing atau disuri erosi serviks atau
(tidak sehebat pada gonore)
folikel-folikel kecil.
 Gatal pd ujung kemaluan
 Nokturia
Pemeriksaan
Penunjang
Spesimen dari duh tubuh genital:
 1. Sediaan apus Gram:
Jumlah leukosit PMN >5/LPB (laki-laki) atau >30/LPB
(perempuan)
Tidak ditemukan etiologi spesifik
 2. Sediaan basah: Tidak ditemukan Trichomonas vaginalis

 Untuk menentukan infeksi Chlamydia trachomatis, bila


memungkinkan, dilakukan pemeriksaan cara:
 1. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)(A,1) (kerjasama
dengan bagian mikrobiologi dan bagian parasitologi)
Tatalaksana
Farmakologi
 Tetrasiklin
 Dosis 500 mg x 4 kali
 Selama 1 minggu atau lebih.
 Eritromisin
 Lebih efektif terhadap
Ureaplasma
 Dosis 500 mg x 4 kali
 Selama 1 minggu atau lebih
 Doksisiklin  100 mg x 2
kali
 Azithromisin  1 gram sekali
minum dosis tunggal
Tatalaksana
Trichomoniasis
Monica Pramana (406182085
Trikononiasis Faktor resiko
 Risk Factors
Trikomoniasis  infeksi
sal. Urogenital bag bawah Risk factors associated with
pada perempuan maupun trichomoniasis include:
laki2 ,dpat bersifat akut •         Multiple sex partners
atau kronik •         Low socioeconomic
status
Trikomoniasis  •         History of STDs
Trichomonas Vaginalis •         Lack of condom use
(protozoa)
Etiologi
Trichomonas Vaginalis
 Ditemukan pertama kali oleh DONNE tahun
1836.
 T.vaginalis berbentuk ovoid dan berukuran 15 –
18 mikron,punya 4 flagel ,dan bergerak seperti
gelombang.
 Berkembang biak secara belah pasang
memanjang ,hidup pda pH 5 -7,5 .
 Pada suhu 50◦C akan mati dlm beberapa
menit ,ttp pda suhu 0◦C dapat bertahan sampai
5 hari.
 Dua spesies lain pd manusia  T. Tenax (rongga
mulut ) dan Pentatrichomonas hominis (kolon) Figure A: Two trophozoites of T.
 umumnya tdak menimbulkan penyakit. vaginalis obtained from in vitro
culture, stained with Giemsa.
www.cdc.gov/parasites/.
Insiden
 Penularan umumnya melalui kontak seks ,ttp dapat
juga melalui pakaian,handuk basah,atau karena
berenang.
 Trichomoniasis terutama ditemukan pd orang dengan
aktivitas seks tinggi ,tetapi dapat jua ditemukan pd
bayi dan PR pasca menopause .
 Penderita PR lebih banyak dari laki-laki.
1.Trichomonas vaginalis resides in the
Life cycle female lower genital tract and the male
urethra and prostate ,

2. where it replicates by binary fission .

3. The parasite does not appear to have


a cyst form, and does not survive well in
the external environment. Trichomonas
vaginalis is transmitted among humans,
its only known host, primarily by sexual
intercourse .

www.cdc.gov/parasites/.
Patogenesis
 T. Vaginalismampu menimbulkan peradngan pda sal
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan
epitel dan subepitel. Masa tunas rata” 4 hari – 3 minggu.
 Pada PR parasit ini menimbulkan radang yg berat pda epitel
skuamosa vagina dan ektoserviks ,sehingga menimbulkan
sekresi yg banyak dan mukopurulen. Pada kasus lanjut bagian
dengan jaringan granulasi yg jelas.Nekrosis dapat ditemukan di
lapisan subepitel yg menjalar hingga permukaan epitel. Di dalam
vagina dan uretra prasit hidup dari sisa” sel ,kuman kuman,dan
benda lain yg terdapat dalam sekret.Patogenesis infksi ini pda
laki2 belum jelas.
Wanita

Tanda dan gejala


Wanita
50% asimptomatik. Menyerang dinding vagina ,dapat bersifat akut dan kronik.

Kasus akut
 sekret vagina seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan,sampai kuning
– hijau ,berbau tdak enak (malodoe,dan berbusa.
 Dinding vagina tampak merah dan sembab ,kadang abses kecl pda didnding vagina
dan serviks,yg tmpak sebgai granulasi warna merah (strawberry serviks) disertai gejala
dispareunia ,pendarahan pascakoitus ,dan pendaran intramenstrual.
Bila sekret banyak keluar dapat timbul iritasi lipat paha atau sekitar genialia eksterna.
 Selain Vaginitis ,bisa terjadi ureteritis,bartholinitis,skenitis dan sistitis .

Kasus kronik
Gejala lebih ringan dan biasanya sekret vagina tidak berbusa.
Wanita

Pemeriksaan Fisik

 Edema ,eritema pda labium yang


terasa nyeri sedangkan pada vulva
dan paha bag. Atas kdang”
ditemukan abses” kecil.(Gejala
Vaginitis Akut)
 Pada serviks tampak gambaran khas

“ Strawberry Cervix”
 Kelenjar skene terasa mengeras dan
bila ditekan akan mengeluarkan pus.
Pria

Tanda dan gejala


Trikomoniasis pada pria  ureteritis hebat dengan komplikasi prostatitis.

Pada laki laki yang dserang uretra ,kel prostat, kadang kadang preputium,
vesikula seminalis,dan epididimis.

Pda umumnya gejala klinis lebih ringan dibandingkanperempuan.


 Bentuk akut  gejalanya mirip uretritis non- gonore ,misalnya
disuria,poliuria, disertai sekret uretra mukoid atau mukopurulen urin biasanya
jernih, tetapi kadang kadang ada benang halus.
 Bentuk kronik  gejala tidak khas ; gatal pada uretra,disuri,dan urin keruh
pada pagi hari.

Karena gejalanya yg asimptomatik perlu dipikirkan infeksi T. Vaginalis sebgai


salah satu penyebab ureteritis non –spesifik .
Diagnosis
 Wet mount (sediaan basah)
 Kalium Hidroksida (KOH) "Test Whiff”
 Vaginal pH >4.5
  Culture (Diamond's media or InPouch TV) is a more sensitive
diagnostic tool than wet mount.
 Nucleic acid amplification tests (NAAT) : Baru baru ini uji
Trichomonas APTIMA (GenProbe) disetujui oleh A. FDA untuk diagnosis
trikomoniasis vagina. Tes ini sangat sensitif dan spesifik dan dapat
dilakukan pada swab vagina, urin atau media sitoserver endoserviks
yang dikumpulkan sendiri. Tes ini jauh lebih sensitif daripada kultur
Trichomonas vaginalis on Wet Mount

www.std.uw.edu
Tatalaksana Farmako
Diberikan pada simptomatik maupun asimptomatik.
Obat yang sering digunakan tergolong derivat
nitromidazol :

Metronidazol 2X500 mg per hari selama 7 hri,atau


dosi tunggal 2 gram atau
Nimorazol Dosis tunggal 2 gram
Tinidazol Dosis tunggal 2 gram
Omidazol Dosi tunggal 1,5 gram
Tatalaksana farmako
 Kehamilan
Infeksi T. Vaginalis ketuban pecah dini, persalinan prematur, dan berat
lahir rendah.
CDC recommend : Metronidazole 2g orally in single dose

 Kegagalan Pengobatan
Metronidazol 500 mg per oral dua kali sehari selama 7 hari (jika
pengobatan awal 2g secara oral dalam dosis tunggal)
atau
Tinidazole 2g dosis tunggal oral.

Dengan kegagalan rejimen, pertimbangkan pengobatan dengan:


Metronidazol atau Tinidazole 2g per hari sekali sehari selama 5 hari
Tatalaksana Non-Farmako
 Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan
tetapnya ( notifikasi pasangan )
 Anjurkan abstiensia sampai infeksi dinyatakan sembuh scr lab ,bila
tdak memungkinkan anjurkan penggunaan kondom
 Kunjungan ulang follow up hari ke7
 Lakukan konseling mengenai infeksi,komplikasi yg dapat terjadi
,pentingnya keteraturan obat.
 Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap
infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seks lain
 Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapian untuk IMS lainnya.
Vaginosis
Bakterialis
Monica Pramana (406182085
Definisi
Vaginosis bakterialis  sindrom klinis polymicrobial
yang dihasilkan dari penggantian jumlah Lactobacillus
sp.yang menghasilkan hidrogen peroksida di vagina
dengan konsentrasi bakteri anaerobik yang tinggi
(misalnya Prevotella sp dan Mobiluncus sp.), G.
vaginalis, Ureaplasma, Mycoplasma, dan banyak
anaerob.

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Patogenesis
 Vaginosis bakterialis timbul akibat perubahan ekosistem mikrobiologis
vagina, shg bakteri normal dalam vagina (Lactobacillus spp.) sangat berkurang.

 Zat amin yg dihasilkan oleh mikroorganisme, mungkin melalui kerja


dekarboksilase mikroba, berperan dalam bau amis abnormal (akibat
penguapan amin aromatik termasuk putersin, kadaverin, dan trimetilamin pd
keadaan Ph alkali).

 Cairan vagina pasien vaginosis bakterialis mengandung byk endotoksin,


sialidase, dan glikosidase yg akan mendegradasi musin shg
mengurangi viskositasnya, dan menghasilkam duh tubuh vagina yg
homogen dan encer.
Faktor Resiko
 Memilikibanyak pasangan pria atau wanita
 Pasangan seks baru
 Douching
 Kurangnya penggunaan kondom
 Kurangnya lactobacillus vagina
 Wanita yang belum pernah aktif secara seksual jarang
terkena

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Gejala klinis
 Sebanyak 50% perempuan yang menderita vaginosis bakterial tidak
menunjukkan keluhan atau gejala(asimptomatik)

 Bila ada keluhan umumnya berupa Duh tubuh vagina abnormal yang
berbau amis yang sering kali terjadi setelah hubungan seksual tanpa
kondom.

 Jarang terjadi keluhan gatal, disuria atau dispareunia. Umumnya pasangan seksual
atau suami pasien yang mengeluhkan mengenai duh vagina berbau tersebut.

 Pada pemeriksaan klinis menunjukkan Duh tubuh vagina berwarna abu-abu


homogen, viskositas rendah atau normal, berbau amis melekat di dinding
vagina, sering kali terlihat di labia dan fourchette, pH sekret vagina
berkisar antara 4,5-5,5. Tidak ditemukan tanda peradangan dan gambaran
serviks normal.
Diagnosis
Pewarnaan Gram (dianggap sebagai standar emas untuk mendiagnosis
vaginosis bakterial).

Kriteria klinis memerlukan tiga gejala atau tanda berikut:


 Discharge homogen, berwarna putih yang melapisi dinding vagina
 Terdapat clue-cells (mis., sel epitel vagina yang bertangkai dengan
coccobacilli yang melekat) pada pemeriksaan mikroskopis
 pH cairan vagina> 4.5
 Bau fishy odor pada vaginal discharge yang sebelum atau sesudah
penambahan 10% KOH (yaitu, whiff test).

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Tatalaksana
Treatment is recommended for women with symptoms

BV appears to recur with higher


frequency in women who have HIV
infection. Women with HIV who have
BV should receive the same
treatment regimen as those who do
not have HIV infection.

• Konsumsi alkohol harus dihindari selama pengobatan dengan nitroimidazol.


• Untuk mengurangi kemungkinan disulfiram-like reaction, pantang minum alkohol harus dilanjutkan
selama 24 jam setelah selesai metronidazol.
• Krim klindamisin oil-based dan dapat melemahkan kondom lateks dan diafragma selama 5 hari
setelah penggunaan (lihat pelabelan produk clindamycin untuk informasi tambahan).
• Wanita harus disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual atau menggunakan kondom secara
konsisten dan benar selama rejimen pengobatan.
2015 STD Treatment Guidelines. CDC
Tatalaksana

• Konsumsi alkohol harus dihindari selama pengobatan dengan


nitroimidazol.
• Untuk mengurangi kemungkinan disulfiram-like reaction, pantang minum
alkohol harus dilanjutkan selama 72 jam setelah selesai pengobatan
tinidazol.
2015 STD Treatment Guidelines. CDC
Komplikasi
  Wanita dengan vaginosis bakterial berisiko tinggi
untuk mendapatkan beberapa PMS (mis., HIV, N.
gonorrhoeae, C. trachomatis, dan HSV- 2), komplikasi
setelah operasi ginekologis, komplikasi kehamilan, dan
kambuhnya vaginosis bakterial .
 Vaginosis bakterial juga meningkatkan risiko penularan
HIV ke pasangan seks laki-laki

2015 STD Treatment Guidelines. CDC


Candidosis
Genitalis
Monica Pramana (406182085
 Kandidosis / kandidiasis: infeksi dg bbg manifestasi
klinis yg disebabkan o/ Candida t.u. Candida albicans
 Etiologi:
 Candida albicans (80-90%)
 Candida glabrata / Torulopsis glabrata (10%)
 Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida
krusei, Candida stellatoidea (3%)

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
 Epid:
 Mrp infeksi vaginal kedua terbesar di Amerika Serikat stl
bakterial vaginitis
 Lebih sering muncul pd ps imunokompromis
 Faktor predisposisi pd LK:
 Tertular oleh pasangan seksual
 Menderita DM
 Tidak disirkumsisi

https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
 Faktor predisposisi pd PR:
 Lingkungan hangat dan lembap: pakaian rapat dan ketat
 Penggunaan kontrasepsi hormonal:
 estrogen ↑ ikatan dg ragi → adhesi jamur ke epitel vagina ↑
 Estrogen ↑ → kadar glikogen di dinding epitel vagina ↑ → kondisi sesuai utk
pertumbuhan jamur (nutrisi utk jamur)
 Penggunaan kontrasepsi spiral
 Penggunaan antibiotik spekt luas
 Penderita DM
 Sist imun ↓ (pd HIV, menggunakan kortikosteroid, keganasan)
 Kehamilan: kadar glikogen di dinding epitel vagina ↑ → nutrisi utk jamur →
overgrowth jamur
 Douching: membersihkan vagina dg larutan pembersih → reaksi hipersensitivitas
& keseimbangan flora normal tgg → lebih rentan thd infeksi
Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5291939/
http://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/yeast-infections-during-pregnancy/
Gambaran klinis
Pada PR Pada LK
 Gatal:  Kemerahan dan iritasi pada glans
 Iritasi ringan sampai sangat berat hingga dan preputium
ps merasa sangat kering
 Gatal ringan hingga panas hebat
 Ada duh:
 Iritasi pd glans stl hub seks, bisa
 Biasanya sangat sedikit & cair
 Bisa banyak, putih keju disertai vesikulasi dan erosi yg
 Nyeri dan panas selama dan hilang dlm bbrp hari
sesudah berhubungan seks  Dapat menyebabkan keluarnya
 Disuri eksterna ketika urin mengenai duh terutama pd pagi hari
vulva yg radang (jarang)

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
Pemeriksaan Fisik
Pada PR Pada LK
 Vulva bisa tampak normal atau tdp  Pd glans & preputium: eritem
kemerahan, udem, fisura hingga difus, fisura dg bintik2 merah
adanya erosi dan ulserasi
 Khas: ada pseudomembran brp plak
(vesikopustul) yg mudah pecah
putih spt sariawan (thrush) → tdr dr → erosi dg skuama putih di tepi
miselia yg kusut, leuko & epitel yg melekat pd (kolaret)
dinding vagina  Pseudomembran spt sariawan bisa
 Pd dinding vagina dapat tertutup
menyebar hga skrotum dan inguinal →
pseudomembran spt keju
jk ada di skrotum sangat gatal
 Duh tubuh:
 Dapat menyebabkan keluarnya
 sedikit dan cair
 mukoid atau cair dg butir – butir (gumpalan keju) duh cair atau mukoid dg butir2
 Pd kolposkopi tampak peningkatan vaskularisasi terutama pd pagi hari (jarang)
krn peradangan (tampak kemerahan)

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
Pemeriksaan Laboratorik
 Pemeriksaan mikroskopik dg garam
fisiologis, KOH, Gram staining
didapatkan:
 Sel tunas bentuk lonjong
 Pseudohifa
 Hifa bersepta
 Pemeriksaan gram staining: ragi
kandida bersifat Gram positif
 Kultur duh vagina: utk ps dg hasil
pemeriksaan mikroskopik false negative,
kandidiasis vulvovaginalis kronis dan
identifikasi spesies non Candida albicans
Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
http://www.life-worldwide.org/fungal-diseases/candida-albicans
Tatalaksana
 Kandidiasis vulvovaginalis tanpa komplikasi:
 Obat topikal gol azole
 Kandidiasis vulvovaginalis dg komplikasi
 Infeksi rekuren:
 Flukonazole 150mg 3 hari ATAU gol azole topikal 7-14hari
 Dosis pemeliharaan slm 6 bln: ketokonazole tab 100mg/hari ATAU flukonazole kaps 100-150mg/hari ATAU itrakonazole
400mg/bln ATAU klotrimazole tab vagina 500mg ATAU
 Kandidiasis berat: flukonazole 150mg 2 dosis selang 72 jam ATAU topikal gol azole 7-14hari
 Candida non albicans: azole 7-14 hari (kec flukonazole krn byk resisten)
 Pd penderita imunokompromis: antimikotik 7-14 hari
 Pd wanita hamil: azole topikal
 Mikonazole krim 2%, 5gr intravagina tiap malam slm 7 hari
 Mikonazole tab vagina 100mg tiap malam slm 7 hari atau 200mg tab vagina slm 3 hari
 Klotrimazole krim 1% 5gr intravagina tiap malam slm 7-14 hari
 Klotrimazole tab vagina 200mg tiap malam slm 3 hari atau 500mg tab vagina selama 1 hari
 Kandidiasis pd LK (balanitis):
 Klotrimazole topikal
 Flukonazole 150mg dosis tuggal
 Imidazole krim
 Nistatin 2x sehari slm 7hari

Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2014.
Terapi kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi
Nama obat Sediaan Dosis
Ketokonazole 200mg tab oral 2 x 1 tab 5 hari
Itrakonazole 100mg oral kaps 2x1 cap 2 hari
2x2 cap, 1 hari selang 8 jam
Flukonazole 150mg oral tab Dosis tunggal
50 mg oral tab 1x1 tab 7 hari
Klotrimazole 1% krim intravagina 5gr, 7-14 hari
2% krim intravagina 5gr 3 hari
100mg tab vagina 2x1 tab 3 hari
500mg tab vagina 1 tab 1 hari
Mikonazole 2% krim 5gr 1-7 hari
200mg tab vagina 1 tab 1-7 hari
Nistatin 100000 U tab vag 1x1 tab 12-14 hari
Amphotericin B + 50 mg tab vag 1x1 tab 7-12 hari
tetrasiklin 100mg cap 1x1 tab 7-12 hari
KIE
 Gunakan celana dalam dengan bahan katun
 Jaga kebersihan genitalia
 Minum obat sesuai dg petunjuk dokter

https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html
Differential diagnose

www.aafp.org
Daftar Pustaka
 Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Polano MK, Suurmond D.
Epidermal necrolysis in color atlas and synopsis of clinical
dermatology: common and serious diseases. New York: Mc Graw-Hill;
2008.
 Daili, SF, Makes, WIB, Zubier, F. Infeksi menular seksual. Edisi ke – 4.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
(PERDOSKI). Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin PERDOSKI. Jakarta: PP PERDOSKI; 2011.
 Kemenkes RI. Pedoman nasional penanggulangan IMS 2015. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI 2015

Anda mungkin juga menyukai