Anda di halaman 1dari 39

KELOMPOK 1 dan 5

FANI MARDIANTI
FEBRI MERI ANDANI
ELSI TRISMA
RHOUDATUL ANNISA

Syafriani,M.Si.Ph.D
A.Tujuan
1. Menentukan besarnya kuat arus yang mengalir pada
rangkaian baterai dan resistor (pengukuran berulang).
2. Menyelidiki hubungan antara tegangan baterai dengan
kuat arus pada rangkaian dengan hambatan konstan.
3. Menyelidiki hubungan antara tahanan resistor dengan
kuat arus pada rangkaian dengan tegangan baterai
konstan.
4. Menyelidiki pengaruh antara kuat arus terhadap
keadaan resistor.
LANDASAN TEORITIS

Elektron –elektron bebas bergerak dalam suatu medan


listrik yang memperagakan periode yang sama sebagai
lettice-nya. Selama gerakan gerakan mereka, elektron-
elektron bebas ini sering sekali disebarkan oleh medan.
Uraian yang sesuai untu gerakan elektron jenis ini harus
menggunakan metode mekanika kuantum. Disini uraian yang
termasuk sederhana sudah mencukupi.
Ketika tidak terdapat medan listrik eksternal, elekton-
elektron tersebut bergerak kesegala arah dantidak ada
transportasi muatan netto atau arus listrik. Tetapi jika
digunakan sebuah medan listrik eksternal, terjadi aliran
gerakan dari gerakan-gerakan elektron sembarang sehingga
terjadi arus listrik. Tampaknya alamiah untuk menganggap
kekuatan dari arus tersebut sesuai dengan medan listrik.
Untuk membuktikan hubungan ini, kita meninjau hasil-
hasil percobaan yang telah dilakukan. Salah satu
hukum fisika yang mungkin paling dikenal oleh para
mahasiswa adalah hukum ohm, yang menyatakan
bahwa untuk suatu konduktor logam pada suhu
konstan, perbandingan antara perbedaan antara
perbedaan potensial ∆V antara dua titik dari konduktor
dengan arus listrik I yang melaui konduktor tersebut
adalah konstan. Konstan ini disebut tahanan listrik R
dari konduktor antara dua titik. Jadi hukum ohm bisa
dinyatakan sebagai:
V  I .R
atau
V
I 
R

Dari persamaan kelihatan bahwa R dinyatakan dalam satuan


SI sebagai volt ampere atau m2 kg s-1 C-2 , dan disebut ohm
(Ω). Jadi satu ohm adalah tahanan suatu konduktor yang
dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya
dijaga satu volt diujung-ujung konduktor tersebut (Alonso,
1992:76)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dalam praktikum.
2. Merakit rangkaian pada projectboard.
a.Menentukan besarnya kuat arus yang
mengalir pada rangkaian baterai dan resistor.
1. Memasang nilai tahanan atau
resistor yang digunakan.
2. Memasang nilai tahanan atau
resistor yang digunakan.
3, Mengukur besar arus yang mengalir
pada rangkaian.
4.Memasukkan data hasil pengukuran
pada tabel 1.
5.Mengulangi langkah 1 sampai 4
dengan nilai tegangan dan tahanan
yang bervariasi sebanyak 10 kali.
b.Menyelidiki hubungan antara
tegangan baterai dengan kuat arus pada
rangkaian dengan hambatan konstan.

1.Menetapkan satu nilai


tahanan yang akan digunakan.
2.Memasang nilai tegangan yang
akan digunakan.
3Mengukur kuat arus yang
mengalir pada rangkaian.
4.Memasukkan data hasil
pengukuran pada tabel 2.
5.Mengulangi langkah 2 sampai 4
sebanyak 10 kali dengan nilai
tegangan berbeda.
c. Menyelidiki hubungan antara
tahanan resistor dengan kuat arus pada
rangkaian dengan tegangan baterai
konstan.

1.Menetapkan satu nilai


tegangan yang akan digunakan.
2.Memasang nilai tahanan yang
akan digunakan.
3.Mengukur kuat arus yang
mengalir pada rangkaian.
4.Memasukkan data hasil
pengukuran pada tabel 3.
5.Mengulangi langkah 2 sampai 4
dengan nilai tahanan bervariasi.
d. Menyelidiki pengaruh antara kuat
arus terhadap keadaan resistor.

a.Menetapkan satu nilai


tahanan yang akan digunakan.
b.Memasang tegangan yang
digunakan pada rangkaian.
c.Mengamati suhu pada resistor.
d.Memperhatikan warna pada
resistor.
e.Mengukur kuat arus pada
rangkaian.
f.Memasukkan data hasil
pengukuran pada tabel 4.
g.Mengulangi langkah 2 sampai 6
sebanyak 10 kali.
TABEL DATA
1.Menentukan besarnya kuat arus yang mengalir
pada rangkaian baterai dan resistor

No V R Iukur
1 0.6 Ω 15 A
2 0.6 Ω 14 A
3 0.6 Ω 14 A
4 0.6 Ω 14 A
5 0.6 Ω 15 A
8.4 Volt
6 0.6 Ω 15 A
7 0.6 Ω 14 A
8 0.6 Ω 15 A
9 0.6 Ω 14 A
10 0.6 Ω 14 A

I UKUR

2.Menyelidiki hubungan antara tegangan baterai dengan


kuat arus pada rangkaian dengan hambatan konstan

No V R Iukur
1 1.2 V 0.2Ω 6A
2 1.44V 0.2 Ω 7A
3 2.4 V 0.2 Ω 11 A
4 2.88 V 0.2 Ω 14 A
5 3.6 V 0.2 Ω 17 A
6 3.84 V 0.2 Ω 19 A
7 4.32 V 0.2 Ω 20 A
8 4.80 V 0.2 Ω 23 A
9 7.2 V 0.2 Ω 35 A
10 8.4 V 0.2 Ω 40 A

I UKUR

3.Menyelidiki hubungan antara tahanan resistor dengan


kuat arus pada rangkaian dengan tegangan baterai
konstan

No V R IUkur
1 0.33 Ω 19 A
2 0.4 Ω 15 A
3 0.47 Ω 12 A
4 0.53 Ω 10 A
5 0.6 Ω 10 A
6V
6 0.67 Ω 9A
7 0.73 Ω 9A
8 0.8 Ω 8A
9 0.87 Ω 7A
10 0.93 Ω 6A

I UKUR

4.Menyelidiki pengaruh antara kuat arus terhadap


keadaan resistor

Keadaan
No V R Iukur Warna
resistor
1 1.2 V 2A Dingin Merah
2 2.16 V 3A Dingin Merah
3 2.88 V 5A Dingin Merah
4 3.36 V 5A Dingin Merah
5 3.84 V 6A Dingin Merah
6 4.8 V 8A Dingin Orange
0.6 Ω
7 5.62 V 10 A Dingin Orange

8 6V 10 A Dingin Orange

9 7.44 V 12 A Dingin Orange

10 8.64 V 14 A Panas Orange


f. Pengolahan data
TABEL 1

Untuk tabel pertama,pengambilan data arus terukur dilakukan


secara pengukuran berulang,maka kita gunakan rumus

Keterangan rumus
n : jumlah data
: Jumlah kuadrat semua data
: Jumlah data kuadrat
: Data ke-i
n = 10

 
 X i2 = 15A + 14A + 14A + 14A + 15A + 15A + 14A + 15A +
2 2 2 2 2 2 2 2

14A2 + 14A
2

= 2076 A 2

X i 2 = 15 A  14 A  14 A  14 A  15 A  15 A  14 A  15 A  14 A  14 A2

= 144A
2

= 20736 A 2

Sehingga,

I =
  
1  10 2076 A 2  20736 A 2  

10  9 
 

= 0,163 A.
Data 1

I ukur  15 A
I  0,163 A
V  8,4Volt
R  0,6
V 8,4Volt
IH    14 A
R 0,6
| I H  I U | | 14 A  15 A |
% KSR   100%  7%
IH 14 A
I 1  15 A  0,163 A  15,163 A
I 2  15 A  0,163 A  14,837 A
Data 2

I ukur  14 A
I  0,163 A
V  8,4Volt
R  0,6
V 8,4Volt
IH    14 A
R 0,6
| I  I U | | 14 A  14 A |
% KSR  H  100%  0%
IH 14 A
I 1  14 A  0,163 A  14,163 A
I 2  14 A  0,163 A  13,837 A
Data 3

I ukur  14 A
I  0,163 A
V  8,4Volt
R  0,6
V 8,4Volt
IH    14 A
R 0,6
| I  I U | | 14 A  14 A |
% KSR  H  100%  0%
IH 14 A
I 1  14 A  0,163 A  14,163 A
I 2  14 A  0,163 A  13,837 A
TABEL 2

Data 1

I ukur  6 A
V  1,2Volt
R  0,2
V 1,2Volt
IH    6A
R 0,2
| I H  IU | | 6 A  6 A |
% KSR   100%  0%
IH 6A
Data 2

I ukur  7 A
V  1,44Volt
R  0,2
V 1,44Volt
IH    7, 2 A
R 0,2
| I H  I U | | 7, 2 A  7 A |
% KSR   100%  2,7%
IH 7, 2 A
Data 3

I ukur  11A
V  2,4Volt
R  0,2
V 2,4Volt
IH    12 A
R 0,2
| I H  I U | | 12 A  11A |
% KSR   .100%  8,3%
IH 12 A
TABEL 3
Data 1

I ukur  19 A
V  6Volt
R  0,33
V 6Volt
IH    18,18 A
R 0,33
| I H  I U | | 18,18 A  19 A |
% KSR   100%  4,5%
IH 18,18 A
Data 2

I ukur  15 A
V  6Volt
R  0,4
V 6Volt
IH    15 A
R 0,4
| I H  I U | | 15 A  15 A |
% KSR   100%  0%
IH 15 A
Data 3

I ukur  12 A
V  6Volt
R  0,47
V 6Volt
IH    12,76 A
R 0,47
| I H  I U | | 12,76 A  12 A |
% KSR   100%  5,95%
IH 12,76 A
 v TABEL 4
Data 1

I ukur  2 A
V  1,2Volt
R  0,6
V 1,2Volt
IH    2A
R 0,6
| I  IU | | 2 A  2 A |
% KSR  H  100%  0%
IH 2A
Data 2

I ukur  3 A
V  2,16Volt
R  0,6
V 2,16Volt
IH    3,6 A
R 0,6
| I H  I U | | 3,6 A  3 A |
% KSR   100%  16,6%
IH 3,6 A
Data 3

I ukur  5 A
V  2,88Volt
R  0,6
V 2,88Volt
IH    4,8 A
R 0,6
| I H  IU | | 4,8 A  5 A |
% KSR   100%  4,1%
IH 4,8 A
H. TABEL AKHIR Tabel 1

N V R Iukur % KSR
o
1 0.6 Ω 15 A 7%
2 0.6 Ω 14 A 0%
3 0.6 Ω 14 A 0%
4 0.6 Ω 14 A 0%
5 8.4 0.6 Ω 15 A 7%
6 Volt 0.6 Ω 15 A 7 %
7 0.6 Ω 14 A 0%
8 0.6 Ω 15 A 7%
9 0.6 Ω 14 A 0%
10 0.6 Ω 14 A 0%
Tabel 2

No V R Iukur % KSR

1 1.2 V 0.2Ω 6A 0%
2 1.44V 0.2 Ω 7A 2,7 %
3 2.4 V 0.2 Ω 11 A 8,3 %
4 2.88 V 0.2 Ω 14 A 2,7 %
5 3.6 V 0.2 Ω 17 A 5,5 %
6 3.84 V 0.2 Ω 19 A 1,04 %
7 4.32 V 0.2 Ω 20 A 7,4 %
8 4.80 V 0.2 Ω 23 A 4,16 %
9 7.2 V 0.2 Ω 35 A 2,7 %
10 8.4 V 0.2 Ω 40 A 4,76 %
Tabel 3

No V R IUkur % KSR
1 0.33 Ω 19 A 4,5 %
2 0.4 Ω 15 A 0%
3 0.47 Ω 12 A 5,95 %
4 0.53 Ω 10 A 11,66 %
5 6 0.6 Ω 10 A 0%
6 V 0.67 Ω 9A 0, 55 %
7 0.73 Ω 9A 9,5 %
8 0.8 Ω 8A 6,66 %
9 0.87 Ω 7A 1,59 %
10 0.93 Ω 6A 6,97 %
Tabel 4

Keadaan
No V R Iukur Warna % KSR
resistor
1 1.2 V 2A Dingin Merah 0%
2.16
2 3A Dingin Merah 16,6 %
V
2.88
3 5A Dingin Merah 4,1 %
V
3.36
4 5A Dingin Merah 10,7 %
V
3.84
5 6A Dingin Merah 6,25 %
V 0.6
6 4.8 V Ω 8A Dingin Orange 12,5 %

5.62
7 10 A Dingin Orange 6,7 %
V

8 6V 10 A Dingin Orange 0%

7.44
9 12 A Dingin Orange 3,2 %
V
8.64
10 14 A Panas Orange 2,7 %
V
H. pembahasan
Pada pratikum kali ini yaitu mengenai “
baterai dan resistor dalam rangkaian” kami
melakukan sebanyak empat kali percobaan
atau empat tabel. Pada percobaan pertama
atau tabel pertama yaitu menentukan kuat
arus dengan metoda pengukuran berulang,
pengukuran dilakukan sebanyak sepuluh kali
yang tegamasukannya adalah 8,4 V serta R
yang digunakan sebesar 0,6 ohm. Pada ini
didapat delta I nya sebesar 16,3 persen.
Hubungan antara tegangan baterai dengan
kuat arus
45
40
35

Kuat arus (A)


30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tegangan (volt)

Percobaan kedua yaitu menyelidiki hubungan antara


tegangan baterai dengan kuat arus yang mengalir dalam
rangkaian dengan hambatan konstan. Dengan menetapkan
nilai resistor atau tahanan sebesar 0,2 ohm dan tegangan
divariasikan sebanyak sepuluh kali variasi. Secara perhitungan
dari pengolahan data didapatkan kuar arus yang mengalir
dalam rangkaian dan secara pengukuran hubungannya dengan
tegangan adalah sebanding dimana jika tegangan diperbesar
maka kuat arus yang didapatkan juga semakin besar, begitu
juga sebaliknya semakin kecil tegangan yang diberikan maka
semakin kecil pula kuat arus yang diadapatkan.
hubungan antara tahanan dengan kuat arus
20
18
16
14
kuat arus (A) 12
10
8
6
4
2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
tahanan (R)

Percobaan ketiga yaitu menyelidiki hubungan tahanan resistor


dengan kuat arus yang mengalir didalam rangkaian dengan tegangan
baterai konstan. Dengan menetapkan tegangan sebesar 6 V dan
memvariasikan nilai tahanan sebanyak sepuluh variasi, didapat besar
kuat arus yang mengalir dalam rangkaian dari hasil pengukuran dan
perhitungan berbanding terbalik hubungannya degan tahanan yang
diguanakan, dimana saat tahanan resistor diperbesar maka kuat arus
yang didapatkan semakin kecil dan sebaliknya disaat tahanan resistor
diperkecil maka kuat arus yang didapatkan semakin besar.
Percobaan terakhir yaitu menyelidiki pengaruh kuat
arus terhadap keadaan resistor. Dalam percobaan ini
ditetapkan nilai tahanan resistor sebesar 0,6 ohm dan
memvariasika tegangan sebanyak sepuluh variasi yaitu
semakin besar tegangan yang diberikan maka semakin
besar pula kuat arus yang didapatkan. Arus
mempengaruhi keadaan resistor panas atau dinginya dan
warnanya. Jika dalam keadaan dingin warnanya akan
merah semakin bertambahnya arus maka akan mengoren.
Jika dalam keadaan sedang maka warnaya akan menguning.
Pada saat resistor dalam keadan panas maka warnya putih.
Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa kuat arus
mempengaruhi keadaan resistor dan warnanya. Pada saat
kuat arus semakin besar maka keaadaan resistor semakin
panas dan warnanya menuju putih dan sebaliknya.
I, kesimpulan
Kesimpulan
1. Besarnya kuat arus yang didapat pada pengukuran
berulang ini ada sedikit perbedaan dalam setiap
pengukuran dan ada yang sama dan itu mendekati
hasil perhitungan yaitu 14 A.
2. Hubungan antara tegangan baterai dengan kuat
arus pada hambatan konstan yaitu sebanding atau
berbanding lurus, dimana semakin besar tegangan
baterai yang digunakan maka akan semakin tinggi
kuat arus yang didapatkan dan sebaliknya dimana
semakin kecil tegangan baterai yang digunakan
maka makin kecil kuat arus yang didapatkan.
3. Hubungan antara tahanan resistor dengan kuat
arus pada tegangan baterai tetap adalah
berbanding terbalik dimana semakin besar tahanan
yang digunakan maka semakin kecil kuat arus yang
dihasilakan dan sebaliknya semakin kecil tahanan
yang digunakan maka semakin besar yang
dihasilkan
4. Pengaruh kuat arus terhadap keadaan resistor
yaitu suhu resistor akan panas saat kuat arus yang
mengalir besar dan suhu resistor dingin pada saat
kuat arus yang mengalir kecil.
Daftar pustaka
 Alonso, dkk. 1979. Dasar-dasar fisika
universitas. Jakarta: Erlangga
 Durbin, dkk. 2005. Rangkaian Listrik.
Jakarta : Erlangga.
 Giancoli, Dauglas C. 2001. Fisika. Jakarta :
Erlangga.
 Rusdianto, edvard. 1999. Penerapan
Konsep Dasar Listrik dan Elektronika.
Yogyakarta : Konisius.

Anda mungkin juga menyukai