Anda di halaman 1dari 31

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 AK-3B :

1. IQFAR FASTABIRA ANGGRIAWAN (11)


2. SUPRANTI (21)
MATERIALITAS RESIKO AUDIT

Antara materialitas dan Resiko audit dengan


bukti audit strategi awal audit

Strategi audit dan


pengumpulan bukti
audit
 Materialitas adalah besarnya nilai yang
dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan
yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atau
pengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakan kepercayaan
terhadap informasi tersebut.
Laba sebelum diaudit Rp100.000.000.
Setelah audit ditemukan kesalahan pencatatan
sebesar Rp10.000.000,
Calon investor memutuskan tidak jadi
berinvestasi, apabila laba perusahaan hanya
Rp90.000.000, dan memilih berinvestasi di
tempat lain.
Maka kesalahan sebesar Rp10.000.000
dianggap materilial, dan harus di koreksi kalau
manajemen ingin laporan keuangannya wajar
tanpa pengecualian.
 Sebagai batas (materiality border)
untuk menentukan apakah salah saji
material/perlu dikoreksi apa tidak
 Seringjuga di sebut sebagai Tolerable
Error (kesalahan yang masih bisa di
toleransi)
 Contoh apabila materialitas tingkat
transaksi adalah Rp250,000, dan
ditemukan kesalahan sebesar
Rp200,000, apakah kesalahan tersebut
material??
 Karena dipandang tidak efektif untuk
menanyakan satu per satu besaran materialitas
dari para pengguna laporan keuangan,maka
auditor membuat penilaian dan kebijakan atas
besarnya materialitas dalam sebuah laporan
keuangan.
 Tingkat materialitas yang paling sering digunakan
adalah 5% dari Laba Sebelum Pajak
 Contoh Laba sebelum audit adalah Rp100.000.000
maka materiliatasnya adalah ......
 Materialitas tingkat Lap Keuangan; 5% dari laba
sebelum pajak = Rp5.000.000
 Materialitas Tingkat Akun = 50% dari Mat Tingkat
Lap Keuangan = Rp2.500.000
 Materilitas Tingkat Transaksi = 10% dari
Materialitas Tingkat Akun = Rp250.000
materialitas yang direncanakan (6-9 bulan
sebelum tanggal neraca)

Pertimbangan materialitas mencakup 2 hal:


Kuantitatif (jumlah salah saji)
Kualitatif (penyebab salah saji)

Penerapan materialitas pada 2 tingkatan yaitu:


1. Tingkat Laporan Keuangan
2. Tingkat saldo rekening
Cara Auditor menerapkan materialitas:

a. Auditor menggunakan materialitas


dalam perencanaan audit.
b. Saat mengevaluasi bukti audit dalam
pelaksanan audit.
Contoh panduan kuantitatif yang diterbitkan oleh IAI
yaitu:
 Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari
laba sebelum pajak.
 Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari
total aktiva.
 Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.
 Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari
pendapatan bruto.
Materialitas pada tingkat saldo akun
adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun
yang dipandang sebagai salah saji
material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh
dicampuradukkan dengan istilah saldo
akun material.
 Dalam melakukan alokasi, auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
salah saji dalam akun tertentu dengan biaya
yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi
akun tersebut.
 Sebagai contoh, salah saji lebih
kemungkinan lebih besar terdapat dapam
sediaan dibandingkan dengan aktiva tetap,
dan pada umumnya biaya untuk mengaudit
sediaan lebih mahal dibandingkan dengan
biaya untuk mengaudit asset tetap.
 Semakin kecil materialitas maka audit
semakin teliti, contoh ekstrimnya adalah
jika materialitas di tentukan Rp-0 ,
artinya semua transaksi yang terjadi di
perusahaan tersebut dianggap material.
 Jadi hubungan materialitas dan bukti
adalah berbanding terbalik, semakin
kecil materialitas semakin banyak bukti
yang harus di kumpulkan, dan
sebaliknya.
 Resiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal
auditor tidak menyadari atau tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana seharusnya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
 Seberapa tinggi tingkat keyakinan: di tetapkan
95%, artinya toleransi kesalahan adalah 5%
(penjelasan mengapa materialitas menggunakan
5% dari laba sebelum pajak)
 Artinya, resiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya adalah sebesar 5%
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua
bagian :
Risiko audit keseluruhan
yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai
keseluruhan (sesuai dengan definisi risiko audit yang
disajikan diatas).
Risiko audit individual
yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual
yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
 IR = Inherent Risk = Resiko Bawaan
kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur pengendalian internal
yang terkait
 CR = Control Risk = Resiko Pengendalian
adalah resiko terjadinya salah saji
materialdalah suatu asersi yang tidak dapat di
cegah atau di deteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian internal entitas.
 DR = Detection Risk = Resiko Deteksi
resiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi.
Bagan Komponen-komponen
Risiko Audit
RISIKO RISIKO RISIKO
BAWAAN PENGENDALIAN DETEKSI

Kerentanaan Salah saji Salah saji Salah saji


Asersi-asersi material tidak Prosedur- material yang material dalam
Individual Struktur dapat dicegah prosedur auditor tetap tidak laporan
terhadap salah Pengendalian atau dideteksi untuk memeriksa terdeteksi dalam keuangan
saji saji material Intern oleh struktur asersi-asersi asersi-asersi
pengendalian individual
intern klien

Salah saji bisa Salah saji bisa


dicegah atau dideteksi oleh
dideteksi oleh prosedur audit
struktur yang
pengendalian digunakan
intern klien auditor

2
0
Formula untuk menentukan risiko audit:
Risiko Audit Individual= Risiko Bawaan X Risiko Pengendalian X Risiko
Deteksi

Resiko Deteksi = Resiko Audit


Resiko bawaan x Resiko Pengendalian

Keterangan:
 Resiko Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa dipengaruhi/diatur
oleh auditor, lewat banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan
atau pengurangan prosedur audit . Apabila auditor ingin resiko deteksi
kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan
sebaliknya.
 Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda
dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut
terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya
audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi
berhubungan dengan prosedur audit dan dapat
diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko
deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Hubungan antara Materialitas,
Risiko Audit, dan Bukti Audit

BUKTI
AUDIT

TINGKAT RISIKO
MATERIALITAS AUDIT

2
3
Risiko Audit Bukti Audit
Semakin rendah risiko audit ↓ banyak ■■■■■■■■■
Semakin tinggi risioko audit ↑ sedikit ■■■■

Risiko Audit ↓↑ Jumlah Bukti Audit,


artinya:
Semakin rendah tingkat risiko audit
yang ingin dicapai, semakin banyak
jumlah bukti audit yang diperlukan
24
Risiko Deteksi Bukti Audit
Semakin rendah risiko deteksi banyak ■■■■■■■■■

Semakin tinggi risiko deteksi ↑ sedikit ■■■■

Risiko deteksi ↓↑ Jumlah Bukti Audit, artinya:


Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima yang ditetapkan auditor, semakin banyak
jumlah bukti audit yang diperlukan untuk
membatasi tingkat risiko deteksi pada tingkat
tersebut 25
Risiko Bawaan &
Bukti
Risiko Pengendalian Audit
Semakin rendah risiko audit ↓ sedikit ■■■■

Semakin tinggi risiko audit ↑ banyak ■■■■■■■■■

Risiko Bawaan & Risiko Pengendalian


mempunyai hubungan langsung dengan
Jumlah Bukti Audit yang diperlukan, artinya:
bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila
risikonya rendah, karena dalam situasi
demikian risiko deteksinya dapat menjadi
tinggi 26
Penentuan strategi awal audit adalah
tujuan akhir dari perencanaan audit.
Ada dua pendekatan yang bisa dipakai
dalam stratregi awal audit:
1. Subtantif penuh (Primarily/Full
substantive)
2. Pendekatan taksiran tingkat resiko
rendah (Low Risk audit approach)
Unsur Strategi Audit Awal
a) Penetapan tingkat risiko pengendalian
yang direncanakan
b) Luasnya pemahaman SPI yang harus
dicapai
c) Pengujian pengendalian yang akan
dilakukan dlm penentapan risiko
pengendalian
d) Tingkat pengujian substantif
direncanakan yang akan dilakukan utk
mengurangi risiko audit pada tingkat
rendah yang sesuai

29
Strategi Audit Awal
Pendekatan Tingkat Risiko Pendekatan Tingkat Risiko
Pengendalian Ditetapkan Pengendalian Ditetapkan
Maksimum Lebih Rendah
(Primarily Substantive (Lower Assessed Level of
Approach) Control Risk Approach)

Tingkat risiko pengendalian yg Tingkat risiko pengendalian


direncanakan ditetapkan yang direncanakan ditetapkan
maksimum moderat/rendah
Pemahaman SPI minimum Pemahaman SPI mendalam
Pengujian pengendalian sedikit Pengujian pengendalian
(atau bahkan tidak ada) ekstensif
Pengujian substantif ekstensif Membatasi pengujian
(risiko deteksi rendah) substantif (risiko deteksi
moderat/rendah)

30

Anda mungkin juga menyukai