KELAS: XII.2 FARMASI • TITRASI NON-AQUA • Titrasi bebas air merupakan suatu jenis titrasi yang tidak menggunakan pelarut air melainkan digunakan pelarut organik. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan asam atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang tidak memuaskan dalam pelarut air. Titrasi bebas air menggunakan pelarut organik untuk mempertajam titik akhir titrasi asam/basa lemah. Disamping itu titrasi ini juga dilakukan untuk senyawa yang sukar larut dalam air.. Yang tidak kalah penting adalah pengaruh konstante dialetrik pada reaksi protolisis pada pelarut bukan air • Penggunakan pelarut organik untuk tirasi asam/basa lemah ini karena air sebagai pelarut bersifat amfoter. Pada titrasi akan terjadi kompetisi reaksi antara sampel dan air dengan titran sehingga tidak diperoleh titik akhir yang jelas. • Sebagian besar senyawa, terutama senyawa aktif organik, tidak dapat ditentukan dalam larutan air menurut cara titrasi protolisis, karena sifat asam dan basanya tidak jelas. Dalam kebanyakan hal titrasi protolisis akan mungkin jika dikerjakan dalam lingkungan bebas iar. Kemungkinan ini dapat dimengerti, jika dilhat bahwa teori asam-basa Bronsted juga berlaku untuk pelarut bukan air. • Pengaruh pelarut aprotik terhadap titrasi bebas air adalah senyawa HCl yang dilarutkan akan tidak bereaksi dengan pelarut, karena itu kekuatan asamnya tidak berkurang. Sebagai ukuran untuk kekuatan asam adalah afinitas proton. Makin kuat proton terikat makin sedikit proton yang diberikan dan asamnya akan semakin meningkat / kuat. Begitupun dengan basa (Rivai, 1995). • Dalam penitrasian bebas air, indikator bereaksi dengan H+ atau melepaskan H+, masing-masing disertai dengan terjadinya perubahan warna. Perubahan warna sangat tergantung dari jenis sampel. Oleh karena itu, pemilihan indikator secara empiris, yaitu menggunkan potensiometer bersama-sama dengan indikator visual yang diselidiki. Indkator yang diplih adalah yang memperlihatkan perubahan warna yang tajam dekat dengan titik ekuivalen. Untuk titrasi basa lemah dan garam-garamnya dapat digunakan crystal violet, methyl-rosaniline chloridee, quanalfine red, naphtholbenzein dan malchite green. Untuk basa-basa yang realtif lebih kuat dapat digunakan methyl red, methyl orange, dan thymol blue (Harmita, 2006). • Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan dengan konsep dari Bronsted dan Lowry, yaitu bahwa asam adalah pemberi proton (proton donor) sedangkan basa adalah penerima proton (Proton acceptor) (Harmita, 2006).Maka akan terdapat konsentrasi yang lebih besar dari proton yang tersolvasi dalam pelarut tersebut. Jadi, bisa terlihat bahwa jika HB itu asam lemah untuk dititrasi dengan layak larutan berair, jika dapat meningkatkan “keasamannya” dan juga “titrabilitasnya” dengan memilih pelarut yang lebih basa dari air (Underwood, 1993). • Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air harus diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi, tetapan dissosiasi, tetapan asam asam dan basa senyawa yang hendak dititrasi. Yang tidak kalah penting adalah pengaruh konstanta dialetrik pada reaksi protolisis pada pelarut bukan air (Wunas, 1986). • Dalam pemilihan pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sifat asam- basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih bersifat asam dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa lemah, asam asetat lebih baik daripada air, Tetapan dan autoprotolisis serta Tetapan dielektrik. Asam perklorat sejauh ini merupakan asam yang telah luas digunakan untuk titrasi basa lemah, karen asam ini adalah asam yang sangat kuat yang sangat mudah didapat. Basa lemah dititrasi paling sering dalam larutan asam asetat glasial. Normalnya pengaruh temperatur pada volume titran teukur dapat diabaikan dengan diabaikan dengan larutab berair pada variasi temperatur kamar basa. Pelarut organik seperti asam asetat, benzena, dan metanol sebaiknya mempunyai koefisien ekspansi ternal yang agak besar, dan perubahan volumenya tidak bisa diabaikan jika titran tersebut berada pada temperatur standarisasinya (Underwood, 1993) • Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil bagian yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan reaksi netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis dan teori Bronsted. Penggunaan pelarut aprotik pada titrasi bebas air memberikan dua keuntungan. Pelarut tidak mempunayi efek menyetingkatkan keasaman/kebasaan asam basa yang bereaksi sesamanya. Garam yang terjadi pada titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh pelarut. Kerugiannya adalah sifat yang sedikit polar atau non polar yang mempunyai daya pelarutan kecil uuntuk protolit dan pendesakan kembali disosiasi. Disebabkan terdesaknya kembali disosiasi, maka kemampuan hantaran suatu larutan akan sangat dikurangi, sehingga misalnya penentuan potensiometri suatu titrasi tidak mungkin dilakukan (Roth, 1988). • Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam basa ditentukan pula oleh kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton. Berdasarkan hal ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi (Anonim, 2012) : • 1.Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton. • Misalnya : asam-asam • 1.Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton. • Misalnya : basa-basa, eter, keton • 1.Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun memberikan proton. • Misalnya : air, asam asetat, alkohol • 1.Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun memberikan proton. • Misalnya : kloroform, benzen, dioksan • Digunakan pelarut organic bukan air karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan metode Kjeldahl. (Dhanar Dani, 1998). • Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak mengunakan air sebagai pelarut,tetapi di gunakan pelarut organik. Titrasi ini dilakukan pada zat asam atau basa lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkoloida. Alkoloida sukar larut dalam air juga kurang reaktif dalam air, seperti misalnya garam- garam amina dimana garam-garam dirombak dulu menjadi basa bebas yang larut dalam air. Pelarut yang biasa digunakan dibagi atas dua golongan yaitu pelarut protolitis dan pelarut amfiprotolitis. • Indikator yang digunakan adalah berupa senyawa organik yang bersifat asam atau basa lemah, dimana warna molekulnya berbeda dengan warna bentuk ionnya. Titrasi bebas air biasanya dalam bidang farmasi digunakan untuk menentukan kadar obat- obatan karena sebagian senyawa obat tidak dapat ditentukan kadarnya dalam air karena keasama dan kebasaannya lemah.