Anda di halaman 1dari 6

TITRASI NON AQUA

OLEH : AJRINA AMRI


KELAS: XII.2 FARMASI
• TITRASI NON-AQUA
• Titrasi bebas air merupakan suatu jenis titrasi yang tidak
menggunakan pelarut air melainkan digunakan pelarut
organik. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan asam atau
basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu
titrasi yang tidak memuaskan dalam pelarut air. Titrasi bebas air
menggunakan pelarut organik untuk mempertajam titik akhir
titrasi asam/basa lemah. Disamping itu titrasi ini juga dilakukan
untuk senyawa yang sukar larut dalam air.. Yang tidak kalah
penting adalah pengaruh konstante dialetrik pada reaksi
protolisis pada pelarut bukan air
• Penggunakan pelarut organik untuk tirasi asam/basa lemah ini
karena air sebagai pelarut bersifat amfoter. Pada titrasi akan
terjadi kompetisi reaksi antara sampel dan air dengan titran
sehingga tidak diperoleh titik akhir yang jelas.
• Sebagian besar senyawa, terutama senyawa aktif organik, tidak
dapat ditentukan dalam larutan air menurut cara titrasi
protolisis, karena sifat asam dan basanya tidak jelas. Dalam
kebanyakan hal titrasi protolisis akan mungkin jika dikerjakan
dalam lingkungan bebas iar. Kemungkinan ini dapat dimengerti,
jika dilhat bahwa teori asam-basa Bronsted juga berlaku untuk
pelarut bukan air.
• Pengaruh pelarut aprotik terhadap titrasi bebas air adalah senyawa HCl yang
dilarutkan akan tidak bereaksi dengan pelarut, karena itu kekuatan asamnya tidak
berkurang. Sebagai ukuran untuk kekuatan asam adalah afinitas proton. Makin
kuat proton terikat makin sedikit proton yang diberikan dan asamnya akan
semakin meningkat / kuat. Begitupun dengan basa (Rivai, 1995).
• Dalam penitrasian bebas air, indikator bereaksi dengan H+ atau melepaskan H+,
masing-masing disertai dengan terjadinya perubahan warna. Perubahan warna
sangat tergantung dari jenis sampel. Oleh karena itu, pemilihan indikator secara
empiris, yaitu menggunkan potensiometer bersama-sama dengan indikator visual
yang diselidiki. Indkator yang diplih adalah yang memperlihatkan perubahan
warna yang tajam dekat dengan titik ekuivalen. Untuk titrasi basa lemah dan
garam-garamnya dapat digunakan crystal violet, methyl-rosaniline chloridee,
quanalfine red, naphtholbenzein dan malchite green. Untuk basa-basa yang realtif
lebih kuat dapat digunakan methyl red, methyl orange, dan thymol blue (Harmita,
2006).
• Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan dengan konsep dari
Bronsted dan Lowry, yaitu bahwa asam adalah pemberi proton (proton donor)
sedangkan basa adalah penerima proton (Proton acceptor) (Harmita, 2006).Maka
akan terdapat konsentrasi yang lebih besar dari proton yang tersolvasi dalam
pelarut tersebut. Jadi, bisa terlihat bahwa jika HB itu asam lemah untuk dititrasi
dengan layak larutan berair, jika dapat meningkatkan “keasamannya” dan juga
“titrabilitasnya” dengan memilih pelarut yang lebih basa dari air (Underwood,
1993).
• Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air harus
diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi, tetapan
dissosiasi, tetapan asam asam dan basa senyawa yang hendak dititrasi. Yang tidak
kalah penting adalah pengaruh konstanta dialetrik pada reaksi protolisis pada
pelarut bukan air (Wunas, 1986).
• Dalam pemilihan pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sifat asam-
basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih
bersifat asam dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa lemah,
asam asetat lebih baik daripada air, Tetapan dan autoprotolisis serta Tetapan
dielektrik. Asam perklorat sejauh ini merupakan asam yang telah luas digunakan
untuk titrasi basa lemah, karen asam ini adalah asam yang sangat kuat yang
sangat mudah didapat. Basa lemah dititrasi paling sering dalam larutan asam
asetat glasial. Normalnya pengaruh temperatur pada volume titran teukur dapat
diabaikan dengan diabaikan dengan larutab berair pada variasi temperatur kamar
basa. Pelarut organik seperti asam asetat, benzena, dan metanol sebaiknya
mempunyai koefisien ekspansi ternal yang agak besar, dan perubahan volumenya
tidak bisa diabaikan jika titran tersebut berada pada temperatur standarisasinya
(Underwood, 1993)
• Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil bagian yang amat
penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat mengambil
bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan reaksi netralisasi dalam
suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis dan teori Bronsted.
Penggunaan pelarut aprotik pada titrasi bebas air memberikan dua keuntungan.
Pelarut tidak mempunayi efek menyetingkatkan keasaman/kebasaan asam basa
yang bereaksi sesamanya. Garam yang terjadi pada titrasi tidak akan diuraikan
secara protolitik oleh pelarut. Kerugiannya adalah sifat yang sedikit polar atau
non polar yang mempunyai daya pelarutan kecil uuntuk protolit dan pendesakan
kembali disosiasi. Disebabkan terdesaknya kembali disosiasi, maka kemampuan
hantaran suatu larutan akan sangat dikurangi, sehingga misalnya penentuan
potensiometri suatu titrasi tidak mungkin dilakukan (Roth, 1988).
• Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam basa ditentukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton.
Berdasarkan hal ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi (Anonim,
2012) :
• 1.Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton.
• Misalnya : asam-asam
• 1.Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton.
• Misalnya : basa-basa, eter, keton
• 1.Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun
memberikan proton.
• Misalnya : air, asam asetat, alkohol
• 1.Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun
memberikan proton.
• Misalnya : kloroform, benzen, dioksan
• Digunakan pelarut organic bukan air karena senyawa tersebut tidak
dapat larut dalam air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti
misalnya garam-garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih
dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air, sari dengan pelarut
organik lain dan direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian
pelarutnya diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali
dengan basa baku sedangkan senyawa-senyawa organik yang mengandung
nitrogen ditentukan dengan metode Kjeldahl. (Dhanar Dani, 1998).
• Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak
mengunakan air sebagai pelarut,tetapi di gunakan
pelarut organik. Titrasi ini dilakukan pada zat asam
atau basa lemah seperti halnya asam-asam organik
atau alkoloida. Alkoloida sukar larut dalam air juga
kurang reaktif dalam air, seperti misalnya garam-
garam amina dimana garam-garam dirombak dulu
menjadi basa bebas yang larut dalam air. Pelarut yang
biasa digunakan dibagi atas dua golongan yaitu pelarut
protolitis dan pelarut amfiprotolitis.
• Indikator yang digunakan adalah berupa senyawa
organik yang bersifat asam atau basa lemah, dimana
warna molekulnya berbeda dengan warna bentuk
ionnya. Titrasi bebas air biasanya dalam bidang
farmasi digunakan untuk menentukan kadar obat-
obatan karena sebagian senyawa obat tidak dapat
ditentukan kadarnya dalam air karena keasama dan
kebasaannya lemah.

Anda mungkin juga menyukai