Anda di halaman 1dari 28

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

Joko Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep.


Anatomi Fisiologi
• Prostat adalah bagian dari
sistem reproduksi pria,
berfungsi memproduksi cairan
semen, yang berguna sebagai
transport sperma
• Terletak dibawah kandung
kemih, ditengahnya terdapat
urethra, saluran yang
mengalirkan urin dari kandung
kemih keluar melalui penis.
• Bentuknya seperti buah kemiri
dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan
beratnya kurang lebih 20 gram
Anatomi Fisiologi
• Kelenjar prostat terbagi
dalam beberapa zona,
antara lain: zona perifer,
zona sentral, zona
transisional, zona
fibromuskuler anterior
dan zona periurethra.
• Sebagian besar kejadian
BPH terdapat pada zona
transisional, sedangkan
pertumbuhan karsinoma
prostat berasal dari zona
perifer.
Anatomi Fisiologi
• Hormon androgen testis berfungsi untuk mengontrol
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel-sel prostat
• Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu,
yang mengandung kalsium, ion sitrat, ion fosfat, enzim
pembekuan, dan profibrinolisin.
• Sifat cairan prostat yang sedikit basa yang penting untuk
keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens
dan sekret vagina bersifat asam. Cairan prostat yang
sedikit basa dapat menetralkan sifat asam cairan
seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga
meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma.
Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
• Adalah nama yang biasa digunakan untuk kelainan jinak umum dari
prostat, ketika meluas, mengakibatkan berbagai tingkat obstruksi
saluran kemih, kadang-kadang membutuhkan intervensi bedah.
• Penyakit ini merupakan pembesaran nodular kelenjar yang
disebabkan oleh hiperplasia dari kedua kelenjar dan komponen
stromanya.
Terminologi

BPH BPE BPO


Histologic Enlargement due Urodynamically
diagnosis to benign growth proven BOO
(can be without (static/dynamic
obstruction) components)

BPH = benign prostatic hyperplasia; BPE = benign prostatic enlargement;


BPO = benign prostatic obstruction; BOO = bladder outlet obstruction
A Modern View of BPH
Clinical, Anatomic, and Pathophysiologic Changes

 BPH = Benign Prostatic


Hyperplasia All Men
>50 y
◦ Histologic: stromoglandular
hyperplasia1
Histologic
 May be associated with BPH
◦ Clinical: presence of BPE
bothersome LUTS2 Enlargement

◦ Anatomic: enlargement of
the gland (BPE = Benign
Prostatic Enlargement)2
◦ Pathophysiologic:
compression of urethra and `
BOO
Obstruction
LUTS/
compromise of urinary flow Bother
(BOO = Bladder
Outlet Obstruction)2

1. American Urological Association Research and Education Inc. BPH Guidelines 2003.
2. Nordling J et al. In: Chatelain C et al, eds. Benign Prostatic Hyperplasia. Plymouth,
UK: Health Publication Ltd; 2001:107166.
Epidemiologi
• 1500 B.C (papirus mesir)
BPH obstruksi saluran kencing
• WHO : tahun 2000 terdapat ± 600 juta penderita BPH
400 juta di negara industri
200 juta di negara berkembang
• Pria pada usia :
Dekade 5 : ± 50% BPH
Dekade 6 : ± 60% BPH
Dekade 7 : ± 70% BPH
Dekade 8 : ± 90% BPH
• Merupakan penyakit urologi terbanyak ke-2 setelah
urolithiasis
Usia terbanyak 60 – 70 tahun
75% dengan retensio urine
Epidemiologi
Etiologi
• Penyebab pembesaran kelenjar prostat belum
diketahui secara pasti.
• Tetapi hingga saat ini dianggap berhubungan dengan
proses penuaan yang mengakibatkan penurunan
kadar hormon pria, terutama testosteron.

•• Dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron
55  reduktase 
 reduktase  DHT 
DHT ++ Androgen
Androgen
reseptor
reseptor

Proliferasi
Proliferasi sel
sel prostat
prostat
Gejala Penyakit
• Tidak semua BPH menimbulkan gejala. Sebuah
penelitan pada pria berusia di atas 40 tahun,
sesuai dengan usianya, sekitar 50% mengalami
hiperplasia kelenjar prostat secara histopatlogis.
• Dari jumlah tersebut, 30-50% mengalami LUTS,
yang juga dapat disebabkan oleh kondisi lain
Penyebab LUTS pada Pria
Gejala Penyakit
• Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien
dengan Benigna Prostat Hiperplasi:
▫ Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang
iar kecil, sulit mengeluarkan atau menghentikan urin.
Mungkin juga urin yang keluar hanya merupakan tetesan
belaka.
▫ Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena
keinginan buang air kecil yang berulang-ulang.
▫ Pancaran atau lajunya urin lemah
▫ Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang iar kecil lagi
▫ Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut
akibat tertahannya urin atau menahan buang air kecil.
• Terdapat beberapa metode kuisioner yang
tersedia saat ini bagi para klinisi untuk mengukur
tingkat gejala saluran kemih bagian bawah, Sakah
satunya adalah International Prostate Symptom
Score (IPSS), yang dikembangkan oleh American
Urological Association.
• IPSS digunakan untuk menilai beratnya gejala,
dan bukan merupakan faktor diagnostik untuk
menegakkan adanya BPH.
Derajat gejala saluran
kemih bagian bawah
dikelompokkan
menjadi tiga,
• nilai 0-8 derajat
ringan,
• 9-19 derajat sedang,
• 20 ke atas derajat
berat.
Klasifikasi BPH

• Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi,


yaitu:
▫ Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus,
pada DRE (digital rectal examination) atau colok dubur
ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari
50 ml.
▫ Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada
derajat 1, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba
dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
▫ Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat
tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml.
▫ Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.
Pemeriksaan Fisik : Colok Dubur
• Syarat : buli-buli kosong / dikosongkan
• Tujuan :
1. menentukan konsistensi prostat

2. Menentukan besar prostat


- akurasi rendah
- perlu pengalaman
- faktor subyektif pemeriksa
- dapat membesar intravesikal
3. Menentukan sistem syaraf unit vesikouretra
- tonus sfingter ani : terasa ada jepitan pada jari
- bulbocavernosa refleks +
Pemeriksaan Colok Dubur
Physical examination
DRE (Digital prostate Examination)/Colok
Dubur
Memeriksa kondisi
prostat:
• Ukuran
• Nodul
• Konsistensi
• Kekenyalan
Penatalaksanaan
• Terapi spesifik berupa observasi pada penderita
gejala ringan hingga tindakan operasi pada
penderita dengan gejala berat.
• Indikasi absolut untuk pembedahan berupa
retensi urine yang berkelanjutan, infeksi saluran
kemih yang rekuren, gross hematuria rekuren,
batu buli akibat BPH, insufisiensi renal dan
divertikel buli.
Penatalaksanaan
• Watchful waiting
▫ Terbaik untuk penderita BPH dengan nilai IPSS 0-7. Penderita
▫ dengan gejala LUTS sedang juga dapat dilakukan observasi atas
kehendak pasien
• Medikamentosa
▫ Untuk mengurangi resistensi otot polos prostat dengan obat-
obatan penghambat adrenergik alfa.
▫ Menurunkan kadar hormon testosterone/ dihidrotestosteron
(DHT) melalui penghambat 5α-reduktase
• Operatif
▫ TURP (Transurethral Resection of the Prostate) = menjadi baku
emas tindakan operatif pada penderita BPH.
▫ Transurethral Incicion of the Prostate
▫ Prostatektomi
Indikasi TURP
• Klien yang mengalami retensi urin akut atau
pernah retensi urin akut (100 ml).
• Klien dengan residual urin yaitu urine masih
tersisa di kandung kemih setelah klien buang air
kecil > 100 Ml.
• Klien dengan penyulit yaitu klien dengan gangguan
sistem perkemihan seperti retensi urine atau
oliguria.
• Terapi medikamentosa tidak berhasil.
• Flowcytometri menunjukkan pola obstruktif.
TURP
Asuhan Keperawatan
• Pengkajian
– Data Objektif
– Data Subyektif
– Pemeriksaan Penunjang
• Diagnosa Keperawatan
Asuhan Keperawatan
• Intervensi
– NOC & NIC
• Implementasi
• Evaluasi
– Catatan Perkembangan
– SOAP
Terima Kasih
Any Question...?

Anda mungkin juga menyukai